Soloensis

ANAK MUDA, PERJUMPAAN DAN KEBAHAGIAAN

“Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu
Hatiku damai
Jiwaku tenram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram bersamamu”

Syair di atas adalah kutipan sebuah lagu berjudul Kemesraan, menurut saya lagu ini menggambarkan kebahagiaan, bahagia adalah mesra, dan mesra adalah kebersamaan dengan orang yang disayang. Lagu ciptaan Franky dan Jhony Sahilatua dan dipopulerkan oleh Iwan Fals dan didukung oleh musisi hebat seperti Alm.Chrisye, Rafika Duri, Betharia Sonatha, Itang Yunaz, Etrie Jayanthe, Jamal Mirdad, Nani Sugianto, lagu ini pula yang sudah bertahun-tahun menjadi lagu wajib yang selalu dinyanyikan bersama-sama di setiap penutup acara keluarga saya dengan kata lain ceremonial song di keluarga besar saya, seluruh keluarga berkumpul, menyanyikan lagu kemesraan dengan membawa lilin yang menyala api, dengan harapan pengalaman itu akan selalu terkenang, begitulah setidaknya yang saya rasakan, dan saya selalu rindu dengan kemesraan itu. Tanda keluarga bahagia yang pertama adalah merasakan kerinduan, yang kedua merasakan kebahagiaan di dalam kesederhanaan, dan yang ketiga adalah saling melayani dalam hidup bersama sebagai keluarga Allah, begitulah pesan yang saya dapat saat mengikuti perayaan Natal yang dipimpin oleh Romo Antonius Budi Wihandono, Rabu malam, 25 Desember 2015 yang bertempat di Gereja S,P Maria Regina Purbowardayan, Surakarta.

Tidak penting apapun agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tak akan pernah tanya agamamu moto dari Gus Dur itulah yang saya tanamkan dalam moto hidup saya ketika dihadapkan pada hidup sebagai orang Indonesia yang masyarakatnya multikultur. Keluarga saya berasal dari beragam keyakinan, di acara Idul Fitri kita berkumpul, saling ucap mohon maaf lahir dan batin, menikmati berbagai jenis makanan yang telah disajikan sebagai tradisi silaturahmi Idul Fitri, dan di acara Natal dan tahun baru tidak jauh beda, kami berkumpul, saling mengucapkan selamat atas hari raya Natal dan tahun baru. Sebuah toleransi yang saya banggakan di dalam keluarga, karena saya yakin agama apapun mengajarkan sebuah kebaikan, dengan penghayatan iman yang baik, dengan semangat kebersamaan walaupun di dalam perbedaan akan terasa membahagiakan.

Tentu berbicara bahagia melibatkan sisi emosional dari seorang individu, setiap individu memiliki pengalaman-pengalaman unik tersendiri, bagaimana kita memaknai dan mengolah sebuah peristiwa hidup yang kita lalui, manusia terkadang merasa bahagia yang bisa diciptakan sendiri ada pula bahagia yang tergantung dari orang lain.

Pengalaman bahagia bagi anak muda adalah semangat kebersamaan.

Semangat kebersamaan dengan orang tercinta, bagi anak muda berkumpul bersama teman sebaya, teman sehobi, atau bersama kekasih tentu menjadi suatu hal yang menimbulkan perasaan bahagia, bisa sharing, membicarakan berbagai hal tanpa tendensi apapun, mulai dari membicarakan pekerjaan, urusan sekolah, asmara, hingga bergosip, atau yang anak muda sekarang kenal dengan curhat (curahan hati)
Sebagai anak muda tentunya adalah masa mencari jati diri, atau disebut sebagai masa-masanya mencari perhatian dan kasih sayang dari seorang teman terbaik atau sering kita sebut sebagai sahabat, pacar atau apapun itu. Beberapa waktu yang lalu saya menjamu kawan-kawan saya suporter Persija Jakarta, kami mengalami perjumpaan kurang lebih kurun waktu seminggu.

Pertandingan 8 besar Piala Jendral Sudirman digelar di dua wilayah yaitu Sleman yang dihuni oleh Arema Cronus, Persipura, Pusamania Borneo FC, Surabaya United dan dihelat di kota Solo sebagai laga pembuka, sabtu, 12 Desember 2015, yang mempertemukan antara PS TNI melawan Semen Padang dilanjutkan Mitra Kukar kontra Persija Jakarta. Bersamaan dengan itu, hal ini seperti hajatan besar bagi saya, saya mempunyai kawan suporter dari Jakarta, dan ini adalah tugas saya menjamu, pada awalnya saya bingung, galau mau saya tempatkan di mana orang-orang ini, rumah saya sedang dibangun, dan sementara ini saya tinggal di rumah nenek saya, sementara saya mempunyai ikatan silaturahmi dengan suporter Persija, The Jakmania, muncul rasa ewuh pekewuh kalau tidak saya jamu, alhasil saya mencarikan penginapan, saya mendapatkan kost dengan harga satu kamar tiga ratus ribu untuk lima orang di kloter pertama, kemudian kloter kedua saat mempertemukan Persija Jakarta melawan PS TNI datang lagi rombongan 7 orang, beberapa dari mereka memang belum saya kenal, saya bertemu, saya berkenalan, mengalami sebuah perjumpaan dan langsung merasakan sebuah keakraban, perkumpulan dari beberapa individu, yang dipersatukan atas nama olahraga sepak bola, mengidentifikasi diri sebagai suporter, karena persamaan hobi inilah yang menghasilkan chemistry diantara kami, hobi dan ketertarikan terhadap sepak bola.

Pada awalnya saya bingung mau menampung mereka dengan cara bagaimana, saya seorang pengangguran dan hanya bisa mengumpulkan uang dari duit jajan yang dikasih orang tua, bagaimana saya bisa menjamu suporter yang jumlahnya tidak sedikit ini, mau tidak mau saya harus menjalankan dan Puji Tuhan jika kita ada niat pasti ada jalan, Ibu saya mau membantu.

Mulai dari penginapan yang akhirnya saya dapatkan di sebelah rumah nenek saya, karena tidak ada waktu lagi untuk mencari-cari dan membanding-bandingkan harga penginapan yang cocok untuk menerima rombongan sebanyak ini, apalagi dengan kondisi cuaca hujan deras dari siang hari hingga petang jadi tidak memungkinkan untuk mendapatkan penginapan dengan limited budget ala suporter yang bermodal militansi, malam hari setelah pertandingan pertama Persija melawan Mitra Kukar, dengan kelegaan saya bisa menyiapkan tempat untuk menampung mereka, dan mereka bisa beristirahat dengan lepas, bahagia melihatnya. Hari kedua mereka di sini, saya kenalkan mereka dengan makanan khas Solo, yaitu nasi liwet, yang kebetulan ada di daerah Jebres, langganan saya, karena rasanya juga enak, saya sajikan untuk mereka.

Salah satu dari mereka, yang juga seorang eks koordinator wilayah Kalideres yang masih rajin mengawal pasukan Jakmania Kalideres, membuat sebuah status di social media facebook dengan kata-kata seperti ini :
“Terima kasih buat mas Adrian yang udah ngasih tumpangan tempat tinggal buat anak-anak Pangeran Barat Jak Xderes (baca: Kalideres) yang tandang ke Solo selama seminggu. Mudah-mudahan kebaikannya di balas ama Tuhan Yang Maha Esa. Amin
Buat pasukan Kalideres kloter pertama jaga sopan santunnya, jangan bikin kecewa sahabat kita mas Adrian.
Buat kloter kedua pasukan Kalideres yang berangkat dari Mabes Sekret Jak Xderes besok hati-hati ya. Jaga terus nama baik Jakmania. Mlitan Jak Xderes ga ada matinya”
Seperti itulah ungkapan yang disampaikan kepada saya melalui media sosial facebook, dapat dilihat sebuah pesan yang mengingatkan kepada anggotanya bahwa harus beradaptasi dengan lingkungan, bukan lingkungan yang beradaptasi dengan kita, harus menghormati wilayah yang mereka tempati ini. Siapa yang tidak bahagia rasanya melihat pesan tersebut, saya pribadi mengatakan bahagia.

Setiap harinya kami selalu bertukar pikiran yang tentunya tidak akan semua saya umbar di sini karena merupakan sebuah privacy person, namun yang ingin saya tekankan adalah banyak pelajaran yang dapat saya ambil dari setiap interaksi, bahagia saat kita mengenalkan sebuah culture daerah kita, ikon tradisional daerah, seperti saat ada bancakan, saya mengenalkan ini sebagai sebuah tradisi di tempat kami kalau ada bayi yang baru lahir akan diadakan syukuran seperti ini, mereka bingung kok ada bagi-bagi nasi gratis, saya bilang ibaratnya istilah nasional kita sebut sebagai syukuran, bahagia rasanya bisa mengenalkan budaya daerah kepada orang lain dari luar daerah, seperti makanan tradisinal khas Solo, cabuk rambak yang setiap pagi hari lewat di perkampungan rumah saya, saya jelaskan ini makanan favorit ibu Tien, istri mantan Presiden Suharto ketika berada di Solo seperti yang diceritakan nenek saya, kemudian bakso bakar pak Broto di Alun-Alun Kidul walaupun ini bukan makanan tradisional khas Solo, baru ngehitz akhir-akhir ini, tapi dapat membuat mereka berkata “ini nih yang bakal bikin kangen ama Solo,” ungkap the Jakmania. Bahagia dapat berasal dari manapun, seperti taste makanan yang menjadi mood booster kalau anak muda zaman sekarang bilang, dengan sebuah pengenalan ikon sebuah kota, saya bangga dan bahagia memperkenalkannya.

Bertepatan dengan hari jadi the Jakmania yang ke-18 pada tanggal 19 Desember esok, malam harinya ada perayaan kecil-kecilan yang diadakan oleh Jakmania Solo Raya dan Pasoepati, hadir pula Bung Ferry pendiri the Jakmania dan Ketua Umum aktif the Jakmania, Richard Achmad Supriyanto, perayaan diadakan dengan potong tumpeng dan kue ulang tahun, beserta jajanan pasar, di dalam kesederhanaan tampak raut kebahagiaan.

Berbagi adalah cara meraih kebahagiaan paling sederhana, seperti poin kedua ciri hidup bahagia yang disampaikan oleh Romo Budi. Sabtu malam (19/12/2015), malam terakhir mereka menginap di sini, secara spesial namun sederhana, saya membelikan nasi goreng langganan saya dua bungkus, sesampai di kost saya mendapati di antara mereka ada yang sedang keluar berjalan-jalan di alun-alun, melihat sekaten, yang kebetulan bertepatan dengan perayaan sekaten, salah satu tradisi di Solo menyambut Hari Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagian lagi ada 3 orang yang mengamen untuk mencari tambahan biaya menyambung hidup di kota Solo ini, saat mereka pulang jalan-jalan di kota Solo, saya suguhkan lah nasi goreng yang menurut saya enak, bahagia rasanya saat melihat mereka berkumpul menikmati nasi goreng ini, terbungkus nuansa sederhana namun diselimuti kebersamaan, saya merasa senang dapat berbagi kepada sesama yang membutuhkan, saat teman mereka baru datang dari jalan-jalan, lalu yang dari kamar atas teriak “woy naik…sini ayo makan,” setelah menunggu kedatangan teman lain untuk makan bersama. Untuk membangun rasa kepedulian terhadap sesama jangan melihat dan mengikuti orang yang tidak punya rasa kepedulian, even orang itu orang sukses atau apalah, jadilah pelayan yang hebat bagi sesama.

Minggu pagi (20/12/2015), kawan-kawan saya the Jakmania, sudah mulai berkemas, ada yang bernyanyi di balkon kamar kost atas, bernyanyi lagu-lagi Persija dan Jakmania, dan yang membuat saya sedih, terharu, merinding saat mereka nyanyi:
“Terima kasih warga Jebres, terima kasih warga Jebres, dari kami Jak Kalideres”
Jebres adalah wilayah tempat saya tinggal, pada nyanyi kenceng banget coba, wah ini semoga warga senang nih kalau mendengar ini, terus berlanjut chant kedua yang lebih pecah !!!
“Terima kasih bang Adrian..terima kasih bang Adrian dari kami Jak Kalideres”
Saat nyanyian itu berkumandang, merindinglah saya. Selama 10 hari ini saya belajar bagaimana bertanggung jawab, dan belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik dari kawan saya yang akrab dipangggil Qthink eks Koordinator Wilayah Kalideres, bahwa rasa nyaman anggota saat away day lah yang utama, cara yang dekat, mensejahterakan anggota tanpa melihat untung rugi. Saya merasa seperti halnya seorang peneliti, terjun langsung ke lapangan, berinteraksi, bercengkrama secara langsung karena akan memperoleh sebuah insight yang lebih mendalam.

Perasaan bahagia adalah manipulasi hati dan pikiran, jadi sebenarnya bahagia adalah pikiran dan hati kita selaras, saat menulis artikel ini saya berstatus pengangguran dalam kemiskinan, banyak hutang, single pula, saya sedang tidak berada di posisi atas, namun saya merasa sangat berbahagia karena saya melihat kesempatan untuk menjadi lebih baik dengan membagi pikiran saya kepada masyarakat luas dengan menulis, menunjukkan pengalaman bahagia saya.

Ada orang yang bahagia dengan hal mewah, dengan segala duniawinya, kita tidak menyalahkan hal itu karena seperti apa kita adalah pengaruh habit kita. Menurut saya ada dua kebahagiaan yaitu hati dan duniawi tergantung kita menggantungkan kebahagiaan dari mana dan bagaimana cara self-control kita untuk menyeimbangkan, banyak orang yang mencari kebahagiaan mengorbankan segalanya seperti kata Uus, artis komedi, yang juga merupakan alumni stand up comedy menganalogikan seorang pekerja keras adalah seorang hamba uang.

Pengalaman bahagia yang terangkum dalam tulisan ini, bahagia bukan karena harta, tahta, atau wanita, tapi bahagia adalah karena pengalaman, bagaimana kita memaknai sebuah peristiwa, maka dalam kontes menulis yang bertajuk “Pengalaman Bahagiamu” ini, saya melihat banyak orang yang mengirimkan tulisan dengan masing-masing peristiwa hidup, saya percaya setiap orang diijinkan Tuhan untuk merasaka kebahagiaan.

Rupanya, dalam menyikapi pengalaman bahagia kita tahu bahwa bahagia sifatnya semu, tidak absolut. Bahagia adalah kita yang menciptakan, ciri bahagia yang terakhir yang diungkapkan Romo Budi, masuk dalam poin keluarga bahagia yaitu saling melayani dengan menawarkan untuk membantu sesama, ketika nenek saya sakit tidak bisa berjalan, dengan kondisi fisik yang tampak mulai melemah, usia semakin menua hanya bisa beraktivitas dengan kursi roda, saat akan mengantarkan kontrol ke rumah sakit, saya bisa membantu mendorong kursi roda dari rumah ke rumah sakit kebetulan jaraknya tidak begitu jauh, namun dengan membantu nenek, saya merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri, yang pada awalnya jujur saya merasa malas karena harus menunda segala aktivitas saya, mengorbankan waktu untuk hal yang lebih mulia, “Dorong mbah sebelum nanti mendorong kereta Jenazah Mbah,” ungkap Mbah dok (panggilan saya kepada nenek), Jadi jika ingin merasakan bahagia yang sesungguhnya, bergunalah bagi orang lain, jangan berpikiran negatif, malas dan lain-lain, sebelum kita menjalaninya, kita tidak tau betapa bermaknanya apa yang kita lakukan, sebelum kita merasakan. Berbicara pengalaman bahagia tentu banyak sekali jika mau kita uraikan semasa hidup kita, akan tetapi yang terpenting kita dapat memaknai sumber kebahagiaan itu sendiri, dalam setiap perjumpaan timbulkanlah kesan, saat perpisaan kita akan dirindukan.

Seperti itulah cuplikan pengalaman-pengalaman yang membuat rasa bahagia dalam hidup saya. Terima kasih untuk Soloensis yang membuka wadah bagi warga, jika tidak ada writing contest mungkin tulisan ini hanya berhenti dalam benak saya, dengan ini saya bisa berbagi kepada saudara-saudari pembaca, semoga bermanfaat.

Apakah tulisan ini membantu ?

Adrian Amurwonegoro

Pengangguran, dalam tahap belajar dan mencari tempat berjudi mengikuti intuisi nurani.

View all posts

Add comment