Soloensis

Tak Sengaja Berjumpa Namun Mampu Melukiskan Cerita

Pagi yang indah, sang surya bersinar tidak terlalu terik. Agaknya cuaca kurang bersahabat. Awan mendung mulai datang menghampiri. Aktivitas menggambarku sedikit terganggu saat kudengar ada suara riuh dari seberang rumahku. Terdorong oleh rasa penasaran, aku menapakkan kakiku di tanah untuk berjalan. Kutinggalkan sejenak alat gambarku di meja belajar, kubiarkan berserakan tanpa dirapikan terlebih dahulu. Setelah keluar dari pagar, barulah aku mengerti bahwa hiruk-pikuk tadi merupakan suara orang-orang yang tengah sibuk mempersiapkan Peresmian Taman Keprabon. Mungkin bagi sebagian orang, “Taman Keprabon” terbilang asing. Memang, tanah lapang yang cukup luas dengan disertai joglo kecil berwarna coklat ini belum lama didirikan. Namun aku yakin, seiring berlalunya sang waktu, Taman Keprabon akan dikenal oleh segenap masyarakat dari berbagai kalangan. Indra penglihatanku nampaknya sedang tajam. Terekspos dengan jelas bahwa Walikota Solo, yakni Bapak Rudi ada di situ, ikut membantu para warga. Suara hatiku membisikkan sesuatu, katanya aku harus bersiap-siap untuk datang ke peresmian itu. Pasti banyak hal berharga yang bisa kudapatkan. Aku berlari kecil memasuki rumah, lalu segera menyambar handuk dan secepat kilat membersihkan tubuhku di kamar mandi.

Ritual bersih diri yang singkat usai jua. Bersamaan dengan hal ini, Taman Keprabon mulai ramai dikunjungi. Berbekal tas mungil berisi telepon genggam, buku tulis, serta bolpoin, aku bergegas menyeberangi jalan raya menuju tempat tersebut. Sejenak aku berdecak kagum, karena awalnya kupikir peresmiannya akan biasa saja, tidak ada istimewanya. Tetapi ternyata dugaanku seratus persen salah, karena terdapat hiasan meriah berwarna-warni serta sebongkah tumpeng berukuran cukup besar. Tak disangka pula, awak media dengan jumlah cukup besar tengah berkumpul di sana. Salah satunya yang kulihat adalah crew SOLOPOS. Perlahan namun pasti, aku mendekatinya. Tanpa ragu, aku mengajaknya berkenalan, sebab pembawaannya sangat menarik dan terlihat bersahabat. Ternyata benar, crew SOLOPOS memang ramah. Setelah selesai meliput acara peresmian, aku memberanikan diri bertanya beberapa hal yang menyangkut jurnalistik. Untungnya sang awak media tidak pernah lelah menjawab pertanyaanku yang terkadang cukup konyol. Beberapa di antaranya ialah sudah berapa lama sang crew menyelami dunia jurnalistik, apa alasan sang crew menggeluti dunia jurnalistik, bagaimana pendapat sang crew mengenai jurnalistik, serta tanggapan darinya bagi anak muda yang membenci jurnalistik sepertiku. Kira-kira aku hanya menanyakan sekitar 8 pertanyaan saja dikarenakan sang crew akan pergi meliput kegiatan lain. Sebelum beliau pergi, tak lupa kuucapkan terimakasih, sebab telah sudi membuka mataku untuk lebih peduli pada dunia jurnalistik. Pesan beliau yang sampai sekarang masih kuingat adalah : “Jangan pernah memaksakan diri untuk mencintai hal yang kamu benci, tetapi biarkan hatimu sendiri yang mengatakan kemana arah yang harus kamu lalui. Rasa cinta akan tumbuh begitu saja ketika kamu menyadari bahwa sesungguhnya cinta itulah yang mampu membawamu pada kebahagiaan sejati.”
Perlu pembaca ketahui, sesungguhnya dari kecil aku bukanlah tipikal orang yang menyukai bidang ini. Sepanjang waktu sering kuhabiskan untuk menggambar. Ya, aku sangat senang menggambar sebelum bersua dengan crew SOLOPOS. Namun setelah bersua dengannya, semuanya berubah. Dulu, menurutku hal-hal yang berhubungan dengan jurnalistik seperti menulis dan meliput berita sangatlah membosankan. Aku sama sekali tidak tertarik, “Ah, buang-buang waktu saja, tidak ada gunanya,” pikirku saat itu. Namun berkat pertemuanku dengan crew SOLOPOS, aku menjadi sadar sepenuhnya, bahwa di era yang serba modern ini tetaplah diperlukan kaum muda pecinta jurnalistik. Kini aku mengerti, meskipun sudah ada perangkat canggih yang dapat mengakses informasi, namun media cetak seperti koran lebih banyak melekat di hati masyarakat. Terimakasih SOLOPOS, karena telah menyadarkanku tentang betapa mulianya jasa para jurnalis. Mereka telah membantu menyebarkan berbagai berita hingga ke pelosok dunia. Kini aku tak lagi membenci jurnalistik, tetapi justru berkeinginan untuk mengembangkan dunia jurnalistik agar lebih maju lagi serta mampu bersaing di kancah internasional.

Apakah tulisan ini membantu ?

Add comment