Soloensis

Dari Boyolali Ke Meksiko Buka Warung Makan.

MEXICO CITY – Mexico City atau Kota Meksiko adalah ibu kota negara Meksiko (Mexico) yang berada di benua Amerika Utara. Sudah 3 minggu sejak saya menginjakkan kaki di Negeri Tequila ini, dengan cuaca terasa dingin maka dibutuhkan jaket yang cukup memadai. Kondisi kota yang berada di ketinggian 2.250 MDPL membuat kepala saya lumayan pening, juga ada sensasi agak mual. Maklum, saya termasuk orang yang sensitif terhadap ketinggian, istilahnya disebut altitude sickness, gejala yang ditimbulkan oleh kekurangan oksigen karena ketinggian suatu permukaan, kadang bisa menimbulkan pula kesulitan tidur atau hilangnya nafsu makan. Namun setelah seminggu tubuh sayapun menyesuaikan diri atas keadaan tersebut dan merasa baik-baik saja.

Bulan Desember dan Januari adalah bulan terdingin sepanjang tahun di kota ini, setidaknya cuaca bisa antara 4-17 derajat selsius tiap harinya. Paling pas memang dengan suasana dingin adalah makan dan menikmati kuliner ciri khas Meksiko. Saya sangat jatuh cinta dengan makanan Meksiko yang sangat berbumbu dengan ciri khas daun ketumbar, bawang bombai juga sambel (salsa) berbagai jenis baik sambel cabai atau sambel alpukat (guacamole), tentu saja masakan Meksiko tergolong pedas, dengan tingkat kepedasan yang bisa disesuaikan dengan selera kita sendiri.

Oleh karena saya dan suami sudah mengembara dan hidup berpindah pindah sejak 3 tahun belakangan ini membuat saya dan suami selalu kangen dengan masakan Indonesia.
Kami memang orang yang cukup fanatik dengan masakan Indonesia dan selalu merasa bersemangat bahkan walaupun hanya menyebutkan kata urap atau gado-gado.

Lihat-lihat dan searching di google ternyata di Kota Meksiko ada warung Indonesianya. Muncul nama “Warung Makan” dalam pencarian situs tripadvisor hingga mengarahkan saya ke page halaman facebook-nya. Saya dan suamipun tak sabaran ingin mengecap masakan yang di sajikan “Warung Makan”. Di sana kami berkenalan dengan pendirinya, adalah seorang perempuan hebat dan mandiri bernama lengkap Eni Sulistyaningsing, wirausaha muda cerdas dari Boyolali, Jawa Tengah. Usaha di tahun ke-4 perempuan yang akrab disapa Eni ini terpacu karena di Kota Meksiko belum ada warung atau restoran bergaya Indonesia. Hal ini merupakan potensi baik untuk memperkenalkan budaya kuliner Indonesia pada dunia.

Lokasi “Warung Makan” cukup strategis dimana di lingkungan sekitar warung terdapat berbagai macam kuliner ciri khas international lainnya seperti masakan Kuba, Cina, Amerika Serikat, Korea, Uruguay, Argentina dan negara-negara lainnya. Wajar karena Kota Meksiko adalah suatu kota sentral Negara Amerika Latin, yang mana ada berbagai orang dari seluruh penjuru dunia di kota tersebut.

Menu yang disajikan pun tak asing lagi bagi telinga dan lidah kita, sebut saja rendang daging sapi, ayam goreng, tempe orek, terong balado, udang tumis yang membuat rasa kangen dengan masakan Indonesia semakin menggebu. Begitu mendapatkan sambel terasi dan aroma masakannya dijamin rasa kangen itu langsung ada penawarnya. Rasanya perut terasa kenyang dan puas jika sudah dapat nasi dan masakan Indonesia.

Ditemani oleh dua orang karyawan, “Warung Indonesia” memiliki chef langsung orang Indonesia dan seorang waiter orang Meksiko, sehingga masakan yang disajikan tidak kehilangan rasa aslinya namun mereka tidak memiliki kesulitan dalam melayani orang-orang yang berkunjung ke sana. Eni sendiri fasih berbahasa Spanyol karena bahasa Spanyol adalah bahasa pengantar resmi di Meksiko.

Selain semangatnya mempromosikan kuliner Indonesia di Meksiko, Eni juga sering melibatkan diri dalam international events yang berkaitan dengan budaya, salah satunya memperkenalkan batik di berbagai pameran yang diadakan di Negara Meksiko, sehingga ciri khas kain Indonesia pun dikenal oleh masyarakat luar.

Semangat Eni dalam memperkenalkan nilai budaya sungguh menjadi inspirasi yang sangat patut ditiru. Bisa dilihat ornamen hiasan yang berada di dinding dan sudut-sudut ruangan restorannya, ada lukisan penari legong Bali terpajang dengan indahnya, ada wayang golek tertata dengan rapih, kipas prada emas, telapak meja bergambar wayang Panca Pandawa berbahan batik.

Tiada henti beliau dengan semangat, hasrat, keuletan dan kesabaran menggali potensi yang ada mengembangkan bisnis, mencari peruntungan di negeri orang sambil merepresentasikan budaya asli Indonesia. Semua dilakukan Eni dengan independent sembari memanfaatkan jaringan yang ada, dibarengi dengan kemampuan berbahasa yang baik dan potensi lainnya.

Seperti apa yang disebutkan pemilik zodiak cancer ini, setiap bisnis itu tidak selamanya berjalan mulus, kadang untung tidak banyak pada waktu tertentu, tapi semangat mengisi ruang untuk memperkenalkan Indonesia pada khalayak adalah hal yang utama sebagai bentuk pengabdian Eni ternadap bangsanya tercinta. Mencari bahan bakupun di Kota Meksiko tidak segampang mencari di Jawa, misalnya : terasi, daun pandan, daun salam, kemiri, kencur, kluak, daun jeruk, harus di import dari Amerika Serikat.

Kuliner Indonesia bisa dikatakan untuk di Asia tidaklah seterkenal kuliner China atau kuliner Thailand, tapi dengan gigih oleh seorang Eni, ciri khas yang sudah melekat dalam diri bangsa itu lah yang dimunculkan melalui tindakan nyata.
Keunikan nilai yang ditawarkan membuat WNI yang telah tinggal di Mexico City ini berani membuka warung sendiri, dimana warungnya memiliki nilai jual eksotis di mata warga Meksiko dan sekitarnya, sehingga membuat mereka penasaran ingin mengunjungi “Warung Makan” bergaya Indonesia.

Sebagai penduduk Kota Meksiko berwarga asing, Eni tentunya senantiasa mengikuti aturan baku setempat dalam membuka usaha makanan dan berada dalam rambu-rambu hukum yang berlaku. Misalnya : visa usaha, ketaatan pajak, ijin usaha dan tempat, sertipikat departemen kesehatan, fumigasi, yang membuat suatu tempat usaha makanan dinyatakan layak untuk beroperasi dan dijamin kesehatan serta kebersihannya.

Banyak pelanggan “Warung Makan”, Mexico City adalah Warga Indonesia yang kebetulan jalan-jalan di Mexico City, ekspatriat Indonesia atau warga negara Indonesia yang bertempat tinggal disana, baik kedutaan RI atau bahkan pejabat dari Indonesia yang kebetulan ada acara kenegaraan di Mexico City. Sebut saja nama-nama seperti Rieke Diah Pitaloka dan Fadli Zon pernah menikmati lezatnya sajian “Warung Makan” di Mexico City.

Tidak hanya itu, pelanggan yang sering datang bahkan dari negara tetangga, salah satunya kedutaan Filipina yang sangat ketagihan menikmati masakan di “Warung Makan”. Begitu pula orang asing yang pernah main atau lancong ke Indonesia, biasanya rasa kangen terhadap nasi goreng menjadikan “Warung Makan” sebagai magnet mereka untuk datang dan mengobati rasa kangen terhadap Indonesia. Sering kali jika ada pelanggan asing non-WNI masuk dan memesan masakan Indonesia, ada yang memesan menggunakan bahasa Indonesia, dengan aksen asing. Misalnya dengan gamblangnya mereka berucap “Saya mau satu jus alpukat sama mi goreng”.

Bagi anda yang penasaran dan ingin keep in touch dengan “Warung Makan” dan siapa tau suatu hari jalan-jalan ke Kota Meksiko bisa like page nya dengan pencarian kata “Warung Makan Mexico City” di facebook. Siapa tau nanti bisa kenalan langsung dengan Eni sambil ngobrol-ngobrol seru tentang budaya Meksiko dan praktik langsung bahasa Spanyol.

Apakah tulisan ini membantu ?

Dewa Ayu Agung Inten Utari

Inten Utari adalah seorang traveler, wirausaha, kelahiran 1985 yang sudah lebih dari 3 tahun keliling dunia, mendengarkan berbagai cerita dari berbagai orang dari seluruh dunia, menyaksikan dan menyampaikan cerita tersebut dalam tulisan pada orang-orang.

View all posts

Add comment