Soloensis

Perempuan Perlu Belajar Berkomunikasi

Hari Minggu, 22 Mei 2016 saya menghadiri Kopdar (Kopi Darat = Pertemuan) IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis), IIDB (Ibu-Ibu Doyan Bisnis),dan Emak Pintar Yogya. Ketiga komunitas/wadah khusus untuk Ibu dan Calon Ibu (Perempuan) tersebut didirikan oleh Ibu Indari Mastuti (Perempuan Inspiratif). Kopdar kali ini bertempat di Pusat Oleh-oleh Halal Tsahabo, beralamat di Jl. Honggowongso No. 55, Selatan SMA Al Islam, Honggowongso, Solo. Materi yang akan disampaikan oleh Ibu Indari Mastuti adalah Public Speaking

Interaksi antara 2 orang atau lebih pasti memerlukan komunikasi yang baik. Komunikasi, bisa dilakukan secara tertulis dan lisan. Komunikasi secara lisan pun dibedakan atas komunikasi secara langsung (tatap muka) maupun tak langsung (melalui telepon/voice). Tidak mudah melakukan komunikasi secara lisan. Bahasa lisan sangat berbeda dengan bahasa tertulis. Komunikasi dengan bahasa lisan secara langsung (tatap muka) ternyata sulit.

Berkomunikasi, hal ini berbicara di depan satu orang, sama dengan berbicara di depan sepuluh, dan seratus orang. Itu bagi yang sudah berpengalaman. Bagi yang belum berpengalaman, berbicara di depan banyak orang tentu akan lebih stress, lebih grogi atau deg-degan. Apalagi berbicara di depan orang yang memiliki jabatan lebih tinggi.

Akan tetapi semua hambatan bisa diatasi. Berbicara pun ada ilmunya, tidak asal biacara. Saya pernah menulis tentang berbicara perlu latihan/belajar. Yang paling mudah, ringan dan sederhana adalah latihan/belajar berbicara di depan cermin. Anggap saja kita sedang berbicara di depan orang. Kalau perlu, kita membawa sesuatu yang layak kita gunakan sebagai mikrofon. Mungkin awalnya akan grogi, tapi beberapa menit kemudian semua akan berjalan lancar dan lebih tenang.

Berkomunikasi secara lisan memunyai 4 fungsi, yaitu 1) membentuk komunikasi dengan cara berkomunikasi yang menyenangkan sehingga orang yang diajak komunikasi/bicara terkesan, 2) membentuk dan memperkuat branding (merek dagang), 3) berbagi manfaat/ilmu kepada orang lain, dan 4) memotivasi dan menginspirasi orang lain.

Agar komunikasi kita lancar dan baik maka ada langkah yang perlu ditempuh, yaitu membuka komunikasi atau pembicaraan dengan menarik dan melibatkan lawan bicara aktif dalam berkomunikasi.

Suara dan intonasi kita juga harus kita jaga agar tetap stabil. Apabila kita mau mengatakan sesuatu dengan kalimat yang panjang, maka kita atur napas terlebih dahulu. Tujuannya adalah agar suara kita tidak secara tiba-tiba tercekat. Agar suara kita baik dan napas kita teratur maka kita perlu melakukan olah raga secara rutin dan teratur. Akan lebih aman kalau berbicara memilih kalimat yang efektif yang pendek-pendek.

Bicara itu tidak mudah tetapi bisa dipelajari. Wahai perempuan, mari belajar bicara. Bicara dengan kalimat efektif dan fokus pada satu hal yang penting. Tujuannya adalah agar orang yang mendengarkan pembicaraan kita juga akan memahami apa yang kita sampaikan.

00000

Oleh karena materi yang disampaikan Ibu Indari bertema Public Speaking, maka perempuan-perempuan dengan berbagai latar belakang pekerjaan ini harus langsung memraktekkan ilmu yang didapat. Caranya dengan membagi peserta yang hadir menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota. Dalam 1 kelompok, ada anggota yang sudah saling kenal dan ada yang belum. Ibu Indari sengaja menyarankan peserta untuk menjadi satu kelompok meskipun belum saling mengenal.

Kebetulan peserta yang hadir belum tentu semuanya dikenal. Ada beberapa orang yang baru bertemu saat itu. Akan tetapi ada juga teman yang sudah lama dikenal. Misalnya sesama anggota IIDN sudah saling kenal. Demikian juga dengan sesama anggota IIDB dan EPY, mereka sudah saling mengenal.

Tiap anggota kelompok harus menyampaikan sesuatu di hadapan teman-temannya. Tiap anggota memperkenalkan diri, lalu menyampaikan produk/jasa yang akan dijual atau ditawarkan kepada orang lain. Bila ada anggota yang menyampaikan produk/barang/jasa, maka anggota yang lain tugasnya memberi penilaian terhadap anggota yang sedang berbicara.

Bila dalam 1 kelompok terdiri dari 5 orang, maka tiap orang dinilai oleh 4 temannya. Teman-teman memberi penilaian secara tertulis dalam kertas terhadap anggota yang berbicara. Kertas-kertas tersebut diberikan pada anggota yang dinilai. Hasilnya, tiap anggota akan mendapatkan penilaian positif atau negatif dari teman-temannya. Penilaian ini sangat penting sebagai bahan evaluasi bagi kita untuk bisa berubah menjadi lebih baik.

Praktek Public Speaking ini berlangsung hanya sepuluh menit. Rata-rata tiap orang berbicara selama 2 menit saja. Akan tetapi setelah selesai dan berdiskusi, ternyata luar biasa hasil evaluasinya. Hampir semua peserta kopdar merasa diri memiliki kekurangan dalam berbicara di depan umum. Mengapa demikian? Ternyata sebagian besar menyampaikan sesuatu tidak berurutan/runtut, suara bergetar (takut), kelihatan malu-malu (dilihat dari mimic mukanya), tidak percaya diri dan tak bisa membagi waktu untuk menyampaikan suatu hal.

Dua menit, itu bisa dikatakan waktu yang lama atau waktu yang singkat. Bagi yang merasa tidak percaya diri dan grogi, 2 menit adalah waktu yang lama. Akan tetapi bagi orang yang memiliki banyak bahan pembicaraan, 2 menit adalah waktu yang singkat.

Saran dari Ibu Indari ketika diskusi adalah sebagai pembicara harus bisa mengatur waktu. Kalau waktunya sangat singkat, diusahakan kita fokus pada satu topik saja yang akan disampaikan. Berbicara dengan pelan dan tenang, tak perlu buru-buru. Kalau kita tenang dalam berbicara, maka kita dengan mudah mengatur pernapasan kita. Hal ini sangat penting, jangan sampai ketika kita sedang berbicara, tiba-tiba suara kita tercekat dan berhenti. Kalau kita fokus pada satu topik, maka apa yang akan kita sampaikan pada orang lain akan tercapai sasarannya. Orang lain juga akan memahami apa yang kita sampaikan.

Untuk mengatasi grogi dan rasa tak percaya diri, bisa dengan melibatkan langsung peserta diskusi atau lawan bicara. Jangan pernah memiliki pikiran kalau orang lain tahu kita dalam posisi gemetaran. Buanglah pikiran negatif tersebut. Orang yang kita ajak bicara tidak peduli dengan rasa gemetar dan ketakutan kita ketika kita berdiri di depan atau berhadapan dengan orang banyak.

Ibu Indari memberikan contoh sederhana cara berkomunikasi dengan suami. Ternyata menyampaikan sesuatu pada suami juga ada seni dan ilmunya, tidak asal menyampaikan. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman, dan suami mengerti maksud dari pembicaraan isterinya. “Pak, sekarang ini apa-apa serba mahal. Belum ada sebulan, uang belanja sudah habis.” Lalu suami menyimpulkan dengan bahasanya sendiri,”Oh, jadi Mama mau minta uang belanja dinaikkan, ta.”

Bagi seorang pedagang, komunikasi yang baik akan membuat penjualan berhasil. Bagi penyedia jasa dan penulis juga sama. Kalau kita pandai berkomunikasi dan memengaruhi orang lain, maka apa yang kita tawarkan akan berhasil mendapatkan klien/pengguna jasa.

Senang rasanya mendapatkan ilmu Public Speaking dari mentor yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya. Semoga dengan ilmu yang didapat dalam kopdar tersebut, perempuan-perempuan lebih maju dan sukses. Jadi, perempuan juga perlu belajar berkomunikasi.

Apakah tulisan ini membantu ?

Noer Ima Kaltsum

Ibu Rumah Tangga, Ibu dari 2 anak. www.noerimakaltsum.com

View all posts

Add comment