Soloensis

Menghargai keberagaman Cara Belajar di Lingkungan Sekolah

images (1)

Di SMAN 1 Mojolaban, keberagaman gaya belajar merupakan ciri  yang mencerminkan semangat inklusi dan menghargai perbedaan antar siswa. Dalam lingkungan belajar yang menyenangkan ini, setiap siswa dihargai dan didorong untuk menemukan gaya belajar yang paling cocok untuk mereka.

 

Cerita dimulai dengan pertemuan pertama tahun ajaran baru di aula sekolah. Di sini, siswa baru dan siswa lama berkumpul untuk acara penyambutan yang meriah. Ada Jaya yang  suka belajar melalui visualisasi dan gambar, sedangkan Jihan suka belajar melalui diskusi dan interaksi dengan teman. Diantaranya adalah Robby yang merasa lebih nyaman  belajar melalui aktivitas fisik dan pengalaman nyata.

 

Saat kelas dimulai, guru SMAN 1 Mojolaban menggunakan berbagai metode pembelajaran untuk mengakomodasi gaya belajar yang berbeda. Di kelas matematika, Bu Ning menggunakan alat peraga untuk membantu siswa seperti Jaya memvisualisasikan konsep abstrak. Di kelas PKWU, Pak Jati membuat diskusi kelompok yang memicu minat dan kreativitas siswa seperti Jihan. Sedangkan di kelas kimia, Bu Hestik menyiapkan eksperimen dan ilustrasi yang menggugah semangat eksplorasi dan rasa ingin tahu Robby. Misalnya saja melakukan praktikum tes larutan asam basa.

 

Adapun keunikan tersendiri dari masing-masing cara belajar mereka, pertama pembelajaran visual karena menggunakan gambar, diagram, grafik, dan visual lainnya untuk membantu pemahaman siswa dalam menyimpan informasi.​ Cara belajar ini mungkin lebih efektif bagi sebagian siswa karena memungkinkan mereka menggunakan kemampuan visual mereka untuk memproses informasi daripada hanya menampilkan teks atau catatan. 

 

Kedua, keunikan cara belajar auditori adalah fokus pada pendengaran sebagai sarana utama untuk memahami dan mengingat informasi. Siswa yang cenderung belajar secara auditori lebih suka mendengarkan pembicaraan, kuliah, atau rekaman audio. Mereka mungkin memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap informasi melalui pendengaran dan memprosesnya dengan mendengarkan ulang,membuat catatan suara atau berdiskusi dengan teman. 

 

Ketiga, keunikan cara belajar kinestetik adalah menggunakan gerakan tubuh dan aktivitas fisik sebagai cara utama untuk memahami dan mengingat sebuah ilmu atau informasi. Siswa yang memiliki preferensi belajar kinestetik cenderung belajar lebih efektif melalui pengalaman langsung, seperti melakukan eksperimen, praktek langsung, atau berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang terkait dengan materi pelajaran. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau tidak bisa fokus hanya dengan duduk diam dan mendengarkan. Melalui interaksi fisik dengan materi pelajaran, mereka dapat mengasah pemahaman dan keterampilan dengan lebih baik.

 

Tidak hanya di dalam kelas, keberagaman gaya belajar juga tercermin dalam kegiatan ekstrakurikuler. Di klub seni, Jaya mengekspresikan dirinya melalui seni menggambar dan  visual, sedangkan Jihan mengeksplorasi ide-idenya melalui permainan peran dan drama. Di bidang olah raga, Robby tampil dengan keberanian dan atletisnya, menunjukkan kepiawaiannya di berbagai cabang olah raga. Namun, hal ini tidak selalu mudah.

 

Terkadang siswa SMAN 1 Mojolaban menghadapi tantangan dan hambatan dalam mempelajari gayanya. Namun, dengan dukungan  guru dan teman sekelas, mereka belajar  mengatasi hambatan tersebut dan menemukan kekuatan dalam keberagaman mereka.

Di penghujung tahun ajaran, saat upacara perpisahan, para siswa mengenang kembali perjalanan belajarnya dengan rasa bangga dan haru. Walaupun gaya belajarnya berbeda-beda, namun semuanya tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik dan berharga di lingkungan SMAN 1 Mojolaban. Di sekolah ini, keberagaman gaya belajar bukanlah suatu hambatan melainkan sumber kekuatan dan pengayaan bagi setiap siswa yang berani memulai perjalanan pendidikannya.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment