Soloensis

Mengenang Potongan Kecil Kampung [Kanoman]

Boyolali-Pemasangan pagar pembatas antara desa Kanoman dengan Bandara Internasional Adi Soemarmo rampung sejak 2017 lalu. Pagar kini berdiri di area lahan rumah warga yang sudah digusur dan bekas tembok mushola serta sumur mati. Desa Kanoman khususnya Rt 1 dan 2 kini menjadi sempit dan tanah yang dimiliki pihak bandara pun jadi luas akibat penggusuran tersebut.

Akibatnya pendirian pagar tersebut, para warga khususnya pemuda desa Kanoman kehilangan tempat bermain mereka. Mereka bisa menghabiskan waktu bersama di sore hari dengan bermain voli. Karena lapangan voli tersebut dekat dengan bendara maka lapangan ikut digusur. Kini tinggal lahan kosong yang dipenuhi rumput serta sampah yang sengaja dibuang oleh warga yang kebetulan rumahnya hanya berjarak 10 M dari pagar pembatas.

Selain lapangan voli, pemuda Kanoman juga merasa kehilangan tempat dimana dulunya mereka menghabiskan waktu istirahat ketika sekolah, TPA, dan waktu-waktu senggang lainnya. Madrasah Ibtidaiyah Gagaksipat 1 Kanoman misalnya. Sekolah tersebut sangat dekat dengan bandara. Salah satu alumni Eni Septiana Rahmawati, 20. Dia menceritakan masa kecilnya ketika. Dia menceritakan hal yang paling diingatnya. “Dulu waktu jam istirahat, seringnya saat bel bunyi langsung lari ke bandara, kan dekat, kesana cari angin, apalagi saat pesawat akan naik, anginnya makin kencang”. Gadis 20 tahun itu juga mengabarkan seberapa dekatnya dengan pesawat. “Dekat sekali, saya dan teman-teman melambaikan tangan ke pesawat, sampai di sekitar jendela pilot kelihatan pilotnya ikut melambaikan tangannya, saat lihat hal itu saya dan teman-teman makin senang” jelasnya.

Selain pengalaman yang menggembirakan, ada juga satu momen dari Siti Zulaikah, 20. Alumni yang sama dengan Eni. Dia menceritakan momen saat petama kali guru sekolahan ikut pergi ke bandara. “Waktu itu pertama kali ke bandara bersama Bu Siti, guru kelas 6. Itu habis upacara bendera setengah tiang, kita diajak menunggu kedatangan pesawat yang mengantarkan jenazah mantan Presiden Indonesia nomor 2 bapak Soeharto pada 27 Januari 2008. Beliau waktu itu akan di makamkan di Astana Giribangun Jl. Astana Giribangun, Dengkeng, Girilayu, Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Itu momen sedih, bahkan bu guru sempat menitikkan air matanya saat doa bersama. Dan kita bersama-sama menyanyikan lagu Gugur Bunga”. Jelas Siti Zulaikah. “Ada juga momen lucunya saat TPA. Karena Ustad dan Ustadzah belum datang, dan saat itu juga musim haji, pesawat haji pasti besar-besar jadi saat mau terbang anginnya makin kencang, saya dan teman-teman keasyikan di bandara tiba-tiba mas Narno, guru ngaji yang dikenal galak datang dan kita lari berhamburan balik ke masjid” terang gadis 20 tahun itu.

Momen masa kecil versi pria yang tidak kalah menariknya dari Yasmari, 30. Dia menerangkan caranya dulu menghabiskan waktunya. “Extreme pas dikejar-kejar Patroli bandara, itu dulu ada jalan kecil yang diaspal menyatu dengan landasan pacu, saya dan teman-taman naik sepeda sampai keliling di landasan walaupun cuma dipinggiran. Pernah juga main dan pegang-pegang bagian sayap pesawat capung. Dan lagi-lagi dikejar patroli” kata Yasmari. “untungnya saya dan teman-teman naik sepeda, jadi bisa ngebut, sampai patrolinya ketinggalan jauh”. Kata Yasmari. “Sadar memang dikejar patroli itu juga demi keselamatan kita, jadi aturan harus ditegakkan”. Tambahnya. “Dan tidak enaknya sekarang sudah tidak ada lapangan voli, jadi tidak bisa main karena ikut digusur”. Jelas pria 30 tahun itu.

Pembatas menjadikan kondisi desa Kanoman kaku. Tetangga jadi sedikit, aturan warga dilarang memasuki kawasan bandara dengan papan berwarna merah terpampang besar disamping pagar. Tulisan denda dengan huruf besar. Dulunya warga bisa bercocok tanam dengan menanam sayur padi dan anak-anak bebas bermain di lahan bandara. Kini hanya jadi gundukan lahan kosong milik bandara internasional. Memori pemuda hanya bisa dikenang dan tak bisa diulang oleh anak jaman sekarang. Anak sekolah dasar hanya bisa menghabiskan waktu istirahatnya dengan jajanan pinggir jalan. Entah layakkan desa Kanoman yang dekat dengan Bandara Internasional disebut kampung atau pinggiran kota. Lahan kosong tersebut memang dulunya potongan kecil Kanoman.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Rika Ardiya

    Mahasiswa KPI16 IAIN SURAKARTA

    View all posts

    Add comment