Ada logika yang tidak “lurus” dalam sebuah berita di Rubrik Berita Utama Solopos edisi 20 Januari 2016. Berita di halaman 3 Solopos itu berjudul “Jokowi Masuk 5 Besar Pemimpin Terpopuler di Dunia Maya”.
Makna kalimat judul itu jelas, tidak bias, apa adanya: Presiden Jokowi termasuk dalam 5 besar pemimpin terpopuler di dunia maya (media sosial, Internet). Makna kalimat judul yang lugas ini menjadi tidak “lurus” logikanya dengan paragraf pertama atau lead berita tersebut.
Lead berita itu: Presiden Indonesia Joko Widodo dinobatkan menjadi pemimpin terpopuler dan paling disukai oleh pengguna Facebook di seluruh dunia.
Paragrag di bawahnya menjelaskan panjang lebar tentang pemimpin-pemimpin negara di dunia ini yang memiliki akun Facebook. Ada penjelasan dalam berita itu bahwa 90% pemerintah di dunia ini memiliki akun Facebook.
Ada pula penjelasan 87 kepala negara, 82 kepala pemerintahan, dan 51 menteri luar negeri memiliki akun di Facebook. Data-data itu adalah hasil penelitian firma kehumasan dan komunikasi global Burson-Marsteller.
Di paragrag ke-7 ada penjelasan Presiden Amerika Serikat Barack Obama adalah pemimpin negara yang terpopuler di dunia. Indikasinya adalah di Facebook dia mendapatkan 46 juta like.
Presiden Indonesia Joko Widodo di peringkat ke-5 dengan indikasi mendapat like lebih dari lima juta, hampir sama dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Di Asia, Presiden Joko Widodo menduduki peringkat ke-2 setelah Narendra Modi dari India sebagai pemimpin yang paling disukai.
Jadi, kalimat judul berita ini jelas, sesuai dengan penjelasan di badan berita. Lead-nya yang tak berlogika selaras dengan judul dan penjelasan di badan berita. Presiden Joko Widodo tidak menjadi pemimpin terpopuler dan paling disukai pengguna Facebook karena kalah peringkat dengan Barack Obama di level internasional dan kalah dengan Narenda Modi di level Asia.
Sungguh lead yang tidak perlu….!!!
2 comments
Anda harus masuk log untuk mengirim sebuah komentar.
Maaf ada typo. Kata “paragrag” di teks di atas seharusnya “paragraf”.
membaca judulnya saja males membaca lanjutannya, mestinya judul diganti Terpopuler di Indonesia saja, logis kan?