Soloensis

Alkisah Mangkus dan Sangkil

Kalimat “Petani menggunakan traktor agar lebih efektif dan efisien dalam menggarap sawah” pasti terdengar sangat wajar bagi pengguna bahasa Indonesia. Namun, bagaimana dengan kalimat “Petani menggunakan traktor agar lebih mangkus dan sangkil dalam menggarap sawah”? Tentu kalimat tersebut sangat tidak akrab bagi pengguna bahasa Indonesia. Mangkus merupakan sebuah kata yang memiliki ati ‘berhasil guna’, sedangkan sangkil memiliki arti ‘berdaya guna’.

Kedua kata tersebut telah tergantikan dengan kata efektif dan efisien dalam penggunaan bahasa Indonesia. Efektif merupakan kata serapan bahasa Inggris, yakni “effective” yang berarti ‘berhasil guna’, sedangkan efisien juga merupakan kata serapan bahasa Inggris, yakni “efficient” yang berarti ‘berdaya guna’.

Efektif dan efisien merupakan kata yang telah terdapat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Hal ini menunjukkan, bahwa kata efektif dan efisien merupakan kata baku dalam Bahasa Indonesia. Demikian pula dengan mengkus dan sangkil. Kata tersebut juga telah masuk sebagai lema dalam KBBI. Lantas mengapa efektif dan efisien justru lebih akrab bagi pengguna bahasa Indonesia daripada mangkus dan sangkil? Padahal mangkus dan sangkil telah disosialisasikan oleh para ahli bahasa agar digunakan sebagai padanan kata efektif dan efisien.

Tampaknya pengguna bahasa Indonesia cenderung lebih menyukai penggunaan bahasa yang diserap dari kata asing daripada bahasa yang bersal dari Indonesia. Hal ini tidak hanya berlaku bagi mangkus dan sangkil tetapi juga beberapa kata lainnya, misalnya kata “upload”, “download”, dan “website”. Ketiga kata tersebut memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia, yakni “unggah”, “unduh”, dan “laman”. Namun, ketiga contoh dalam bahasa Inggris tersebut memiliki kasus yang sedikit berbeda dengan efektif dan efisien karena ketiga kata tersebut belum masuk sebagai lema dalam KBBI. Namun, hal tersebut memberikan bukti bahwa beberapa kosa kata asing lebih akrab bagi pengguna bahasa Indonesia daripada kosa kata Indonesia.

Mangkus dan sangkil merupakan kosa kata yang dapat dikatakan bernasib tragis karena hampir tidak pernah digunakan dalam komunikasi bahasa Indonesia. Jangan sampai mangkus dan sangkil punah karena sama sekali tidak pernah digunakan oleh pengguna bahasa Indonesia. Bagaimanapun juga mangkus dan sangkil adalah kosa kata yang memperkaya bahasa Indonesia. Jangan sampai ada anggapan, bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang tidak memenuhi kebutuhan berbahasa karena dalam penggunaannya, bahasa Indonesia lebih didominasi oleh kosa kata asing daripada kosa kata bahasa Indonesia.

Indonesia bukanlah bangsa yang miskin kosa kata. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat kaya dengan kosa kata. Betapa indahnya apabila pengguna bahasa Indonesia mengutamakan menggunakan kosa kata bahasa Indonesia sebagai padanan kosa kata bahasa asing. Menggunakan kosa kata bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari merupakan salah satu wujud rasa syukur kepada Tuhan YME karena telah memberikan anugrah berupa bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia juga merupakan salah satu wujud cinta tanah air.

Usaha untuk membuat kosa kata bahasa Indonesia agar lebih akrab bagi pengguna bahasa Indonesia memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah, penulis buku, pendidik, dan masyarakat umum memiliki peran yang sangat penting dalam pelestarian bahasa Indonesia. Mari gunakan bahasa Indonesia sebagai wujud cinta tanah air terhadap bangsa Indonesia.

Apakah tulisan ini membantu ?

Ririn

I love reading and I love writing!

View all posts

2 comments

  • sebaiknya dibiasakan menulis kata asing disertai artinya dalam bahasa Indonesia. Contoh:
    efektif (mangkus), efisien (sangkil) bagaimana?
    kok rasanya malah kata mangkus dan sangkil menjadi kata asing, jadi nantinya menjadi”
    mangkus ( efektif) dan sangkil (efisien)
    Dalam berbahasa sebaiknya dibiasakan sejak kecil, agar kata milik kita tidak punah.

  • mangkus dan sangkil punah karena faktor kenyamanan fonetis masyarakat Indonesia. Kata akan hilang apabila penggunanya juga menghilang. Sedangkan mangkus dan sangkil dirasa “lidah” tidak nyaman diucapkan sehingga makin sedikit penggunanya bahkan hampir tidak ada lalu menyebabkan kata itu punah.