Soloensis

Aku dan Perjalananku

Aku dan Perjalananku
Saya adalah seorang gadis yang beranjak remaja, panggil saja Pahing. Karena nama Mipa sudah terlalu pasaran bagi saya. Yah, Mipa itulah nama asli saya yang memiliki arti kepanjangan dari hari kelahiran saya Minggu Pahing.
Kisah ini saya awali ketika saya duduk di bangku SMP. Dimana saya tertarik untuk mengikuti sebuah ekstrakulikuler yang bernama jurnalistik. Dari namanya saja sudah terlihat menarik dan asyik, tapi setelah saya masuk kedalamnya ternyata semua berbanding terbalik. Posisi sebagai wakil ketua ternyata bukan jaminan bahagia, setiap hari harus berhadapan dengan tugas dan deadline belum lagi harus berhadapan dengan teman yang sulit untuk diajak bekerja sama. Lama kelamaan saya merasa jenuh dalam organisasi tersebut, dan berniat untuk mengundurkan diri.
Hingga suatu ketika saya ditawari teman saya untuk mengikuti kegiatan pesantren jurnalistik yang diselenggarakan oleh Solopos secara gratis. Saya pun iseng untuk coba mengikutinya. Saya memberitahu informasi tersebut kepada guru pembimbing saya, dan beliau menghantarkan saya untuk mengikuti pesantren jurnalistik tersebut.
Dengan materi ‘Menulis Itu Seksi’ yang dibawakan oleh Bapak Solahudin mampu membuat saya termotivasi. Seketika itu saya tersadar bahwa menulis bukan merupakan cara untuk mendongkrak eksistensi diri, tapi menulis adalah berkarya. Sekecil apapun karya itu adalah suatu wujud kreatifitas yang perlu dihargai. Menulis ialah menyalurkan ide-ide kreatif seseorang yang tak mampu menyampaikannya melalui lisan. Semakin banyak kita memproduksi tulisan, maka akan mengasah kemampuan kita.
Kegiatan pesantren yang diakhiri dengan berbuka puasa bersama dikemas sederhana dan menyenangkan membuat saya memiliki banyak teman baru yang sama-sama menggemari bidang jurnalistik. Halwa Latief Naja, yah itulah teman saya yang berasal dari Pacitan yang masih akrab hingga sekarang. Kami selalu berbagi informasi mengenai seluk beluk jurnalistik.
Seusai kegiatan tersebut saya tertarik untuk mengikuti WASIS(wartawan siswa) Solopos. Setelah umur saya mencukupi, saya pun memberanikan diri untuk mendaftar. Dengan semua persyaratan dan ketentuan yang telah saya penuhi, hingga tiba waktunya untuk menunggu pengumuman.
Alhamdulillah, saya lolos seleksi tahap pertama dalam penyaringan Wasis Solopos dan mendapat panggilan untuk mengikuti seleksi tahap berikutnya. Tiba saatnya untuk saya mengikuti seleksi tahap ke-2. Saya datang ke Solopos dan disana banyak sekali calon wasis seperti saya. Seketika saya merasa nerves karena ternyata mereka-mereka yang menjadi lawan saya berpengalaman lebih jauh dibanding saya. Teman baru yang pintar, cantik, berpengalaman panggil saja Nadiva. Seorang yang berbeda usia 2 tahun lebih tua dari saya, pengalamannya dalam wideshoot metro TV membuat saya tertarik untuk bekerja dalam bidang jurnalistik.
Saya semakin yakin tidak akan mampu menjalankan tugas sebagai seorang wasis karena terkendala oleh orang tua saya. Yah, sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan saya memang telalu sulit untuk bergerak dalam artian terlalu dibatasi oleh berbagai macam peraturan. Saya tahu orang tua saya melakukan ini semua karena sayang sama saya. Tapi kadang saya merasa iri dengan teman-teman saya yang lain. Namun saya yakin, suatu saat nanti semua akan indah pada waktunya.
Hingga pada akhirnya keputusan pun menyatakan saya tidak lolos dalam seleksi wasis Solopos. Mungkin itu memang keputusan yang terbaik dalam hidup saya, meskipun hati ini sunggguh berat menerimanya. Tak heran jika Nadiva lolos dalam seleksi wasis Solopos, karena orang tuanya sangat mendukung apa hoby anaknya tersebut.
Saya dan Nadiva menjalin komunikasi jarak jauh dengan baik hingga sekarang. Suatu saat Nadiva minta bantuan wawancara dengan saya. Saya pun bersedia membantu teman social media saya itu. Dan beberapa hari kemudian foto saya terpampang jelas di koran mingguan Solopos berkat wawancara dari Nadiva. Saya merasa sangat senang sekali dan berterimakasih banyak kepada Nadiva.
Ya beginilah singkat cerita perjalananku dengan Solopos. Solopos memang tempat penjaring koneksi, tempat yang mempertemukan saya dengan teman-teman yang berbau jurnalistik. Meskipun saya tidak berhasil menjadi seorang wasis saya berharap suatu saat nanti saya menjadi bagian dari Solopos. Saya ingin sekali ketika telah dewasa nanti saya bisa bekerja di Solopos. #SOLOENSIS #solopos, sukses bersama!

Apakah tulisan ini membantu ?

minggupahing

saya adalah saya bukan orang lain, karena saya bangga menjadi diri saya sendiri :)

View all posts

2 comments