Soloensis

Piknik Asyik ke Kota Batik

Mentari pagi seakan memberi salam hangat kepadaku. Sekitar pukul setengah tujuh aku telah siap di depan pintu gerbang asramaku. Dengan pakaian rapi serta mengenakan jas almamater kampus aku sedang menunggu seorang kawan.

Kami berjanji akan berangkat bersama menuju kampus. Agenda hari ini adalah kunjungan ke Kantor Redaksi Solopos dan Monumen Pers Nasional. Teman-teman lainnya pun sudah berada di kampus. Kunjungan tersebut merupakan agenda kuliah lapangan mata kuliah Manajemen Redaksi. Di sana nanti akan diberi penjelasan dari Solopos mengenai keredaksian surat kabar, khususnya dari Solopos sendiri.

Tak berapa lama kawanku datang. Kami pun segera meluncur menuju kampus dengan mengendarai sepeda motor. Kira-kira lima belas menitan, kami pun sampai di halaman kampus. Teman-teman yang lain pun sudah berada di depang gedung Multipurpose. Beberapa menit kemudian pak dosen pun datang. Setelah semua personil lengkap, dan mini bus yang kami pesan sudah datang, kami pun bergegas masuk ke dalam bus.

Perjalanan dari Jogja-Solo ditempuh selama kurang lebih dua jam. Kira-kira pukul sembilan kami telah sampai di Kantor Redaksi Solopos. Di sana kami disambut dengan baik oleh bagian Promosi, Mbak Alda namanya. Beliau sangat ramah dan baik. Kami diberi penjelasan mengenai proses produksi surat kabar, khususnya Solopos. Dari penjelasan beliau, beberapa hal yang kami dapatkan mengenai Solopos.

Solopos merupakan koran kebanggaan bagi warga Solo dan merupakan koran terbesar di sana. Berdiri pada 19 September 1997 di bawah naungan PT. Jurnalindo Aksara Grafika. Pada waktu itu Kota Solo disebut sebagai “Kuburannya koran” karena pada waktu itu banyak surat kabar yang “gagal” menjadi media. Pasalnya setiap ada surat kabar yang berdiri oleh pemerintah langsung dibredel. Sehingga banyak surat kabar usang.

Kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 pada waktu itu menjadi keuntungan tersendiri bagi Solopos. Banyak surat kabar yang mulai beraktifitas kembali, begitu pula dengan Solopos. Solopos kembali bangkit dengan berbagai perubahan. Hingga Solopos dapat berkembang seperti sampai saat ini. Solopos kemudian tak hanya memiliki surat kabar, berbagai media dan anak perusaan pun telah didirikan, seperti Solopos Online, stasiun radio Solopos FM, percetakan dan penerbitan, Event Organizer (EO) Solo Pro dan Madiun Pos dengan wilayah kerjanya di daerah-daerah barat sebelum Surabaya.

Bidang lain yang baru-baru ini masih dalam tahap perkembangan dan penyempurnaan adalah jual beli online Solopos Store, Solo Pos TV, dan Soloensis yang merupakan media online untuk mewadahi tulis menulis masyarakat (Citizen Jurnalizm).

Setelah mendapat banyak penjelasan dari Mbak Alda, kami pun diajak melihat-lihat sekitar kantor. Kami diantar menuju ruang siaran radio Solopos FM, ruang redaktur, percetakan, hingga minimarket. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul dua belas. Setelah dirasa cukup, kami pun berpamitan. Namun sebelumnya kami berfoto bersama di halaman kantor disertai pemberian kenang-kenangan dari rombongan yang diwakili oleh bapak dosen kepada mbak Alda.

Setelah itu kami pun langsung meluncur menuju Monumen Pers Nasional setelah makan siang dan sholat dhuhur. Di sana kami belajar banyak mengenai sejarah pers di tanah air. Dengan dipandu oleh petugas museum kami diajak mengelilingi dan diberi penjelasan mengenai museum pers ini. Kami menyempatkan diri untuk berfoto dan bertanya kepada petugas mengenai museum dan sejarah perkembangan pers.

Banyak hal dan ilmu kami dapatkan dari perjalanan tersebut. Selain sebagai rekreasi, juga sebagai wahana belajar dan menambah wawasan mengenai jurnalistik. Sehingga kami lebih mengetahui dan benar-benar mantab untuk menekuni bidang kepenulisan dan media sesuai jurusan yang sedang kami tempuh saat ini. Tetap jaya Solopos dan Kota Batik !!

#Soloensis

Apakah tulisan ini membantu ?

charismanto

Ingin lebih produktif lagi dalam menulis ...

View all posts

Add comment