Soloensis

Terhambat teknologi spbu yang kuno

Direktur Pemasaran Ritel Pertamina Masud Khamid mengatakan, proyek digitalisasi nozzle belum tuntas lantaran SPBU-SPBU yang ada di Indonesia merupakan konstruksi lama sehingga tidak mengakomodir desain digitalisasi nozzle.

Hal senada diungkapkan Ketua Umum DPP Hiswana Migas Rachmad Muhammadiyah. Ia menyatakan kendala terbesar lantaran sebagian besar fasilitas SPBU di Indonesia memiliki umur operasi yang relatif tua. “Dari sisi tangki timbun maupun mesin sudah lama (tua) dan (SPBU) di daerah-daerah, mesin masih sangat kuno,” ujarnya seperti dikutip Republika. Omzet SPBU tersebut juga tidak terlalu besar sehingga berat jika harus membeli peralatan yang baru.

Penyebab lain berasal dari minimnya pemahaman pengelola SPBU. Mereka khawatir pemasangan sensor digital akan mengganggu keamanan SPBU. Namun, Masud memastikan hal ini telah diatasi Pertamina lewat upaya edukasi kepada para pengelola SPBU.

Kendala terakhir adalah beragamnya integrasi aplikasi. “Jadi memang meskipun secara hardware itu sudah di-install semua tapi itu perlu integrasi dan yang diintegrasikan tidak sekadar mendigitalkan pengukuran SPBU tetapi juga dengan pos LinkAja,” kata Masud. Dari 2.539 SPBU yang telah terdigitalisasi, terdapat sejumlah 1.910 SPBU yang sudah dapat melakukan pembayaran menggunakan perangkat EDC dari program Link Aja.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment