Soloensis

Analogi Oli Kreativitas

tema: PENGALAMAN SERU BERSAMA SOLOPOS
Judul: “analogi oli kreatifitas”

Dulu jaman saya masih siswa SMA, guru saya memotivasi kami untuk belajar menulis. Bukan sekedar menulis alfabet, maksudnya adalah belajar menulis di media. Pertamanya saya mencoba menulis puisi, lantas di kirimkan ke griya solopos, masih menggunakan jasa pos jaman itu.
Jelang beberapa waktu, tiba tiba guru saya mengumumkan karya saya dimuat disolopos edisi hari minggu. Semua ucapkan selamat pada saya. Mulai saat itu saya bersemangat buat mengirimkan karya ke media cetak.
Yang lebih tidak disangka, ternyata setelah karya kita dicetak, ada honorarium yang diberikan. Akhirnya pulang sekolah,saya mampir ke griya solopos di jalan adi sucipto. Sekalinya saya kesana, sendirian saja, masih dengan baju putih abu.
Sedikit linglung dan mungkin terlihat kampungan,saya menuju resepsionis. Saya bertanya apa benar jika karya kita dimuat akan dapat honor? Mbak yang ramah itupun mengantar saya di ruang atas.
Bahkan sampai saat ini.masih ingat detail ruanganya. Seorang pegawai atau redaksi menyalami dan mempersilakan duduk. Tanpa lama,si Mbak tahu maksudku,langsung saja menjelaskan peroleha honornya. Pada tahun itu sekitar 60 ribu kalau tidak salah.
Untuk pelajar sma di kala itu ya lumayan. Meski demikian bukan rupiahnya.yang sekedar dinilai,tapi kebanggaan saat baca karya tulisan kita tercetak di surat kabar. Perasaan yang tidak terbeli dengan uang. Perasaan yang dianalogikan oli di sebuah mesin. Tanpa oli yang tak melumasi mesin,tentu mesin aka berjalan berat dan lama kelamaan berkarat, begitu pula hubungan antara daya kreasi dan pengakuan. Perasaan bangga itu sekaligus pertanda harapan serta menjadi power berkreasi lagi.
Terimakasih Solopos,karna pengalaman bersamamulah makin membuat saya kecanduan menulis. Dan percayalah,menulis itu baik!

” koran dua dunia”

Koran lusuh mulai tak terpakai.
Kumal dan tulisanya hampir luntur
Lihat saja,bekas minyak juga dimana mana
Gampang,
Remas dan buang deh ke sampah!
Itu ucap gadis yang menenteng tas berlogo terkenal.
Koran lusuh tak terpakai,
Kumal dan tulisanya hampir luntur
Bekas minyak membentuk pulau pulau berskala peta
Alhamdulillah,
Bentangkan dan pakai alas tidur,
membentengi bercumbunya si punggung krempeng dengan lantai es!
Itu ucap gadis yang menenteng gitar kecil senar cuma satu

Apakah tulisan ini membantu ?

Sintha Harity

Saya petugas kesehatan, lahir dan besar di solo. Sekarang ikut dinas suami tinggal di cirebon.
Namun,hati saya masi soloensis,masih cinta kota solo.
Keluarga besar masih tinggal di solo,dan saya akan slalu rindu pulang ke Solo

Solo,
Ku lahir
Ku besar
Ku belajar

Ku kan pulang

View all posts

Add comment