Soloensis

Puppet Show, Sarana Mendongeng bagi Anak

Sekali-kali curhat ah tentang parenting, sekaligus sharing…siapa tahu bisa dapat ilmu baru dari sesama ibu atau psikolog anak hehe.

Begini, sejak menjadi ibu saya sering dilanda galau. Banyak hal yang membuat galau misalnya apakah saya sudah memberikan makanan yang proper untuk anak, apakah saya sudah melakukan yang terbaik untuk anak, apakah keputusan saya ini tepat, apakah ini apakah itu dan sebagainya. Namun yang paling sering membuat saya galau adalah saya tak bisa membacakan dongeng sebelum tidur ke putera saya (seperti yang dilakukan ibu saya dulu waktu saya masih anak-anak). Penyebabnya bukan karena malas, tak punya buku, atau tak punya ide cerita. Bukan itu. Melainkan jam kerja saya mulai pukul 14.00 WIB-pukul 22.00 WIB, sehingga tak memungkinkan saya membacakan dongeng sebelum tidur (bed time story) kepada anak saya. Ya iyalah. Masak iya, saya suruh anak saya bobok sepulang saya kerja? Kan enggak mungkin banget. Bagi ibu-ibu yang memiliki jam kerja normal (maksudnya nine to five, lebih beruntung karena saat anak bobo, ibu bisa mengantarkannya bobok dengan dongeng sebelum tidur). Sementara saya enggak mungkin melakukan itu. Enggak mungkin pula saya pulang sebentar dari kantor ke rumah hanya untuk bacain dongeng ke anak. Ah ribet banget. Itulah yang bikin saya galau.

Padahal kalo baca-baca rubrik parenting, salah satu cara menumbuhkan minat baca anak adalah dengan membacakan mereka dongeng sebelum tidur, selain tentu saja kita sebagai orang tua juga harus memiliki hobi membaca di rumah. Saya ingeeeet banget, sewaktu kecil dulu, selain hobi membacakan dongeng sebelum tidur (sampai sekarang pun saya masih inget tuh dongeng karya Hans Christian Andersen yang dulu dibacakan ibu), ibu juga hobi membaca, memenuhi rumah kami dengan buku-buku hingga membiarkan kami langganan majalah mulai dari Bobo, Ananda, Gadis, dsb lalu setiap ulang tahun ibu memberikan kado berupa buku (bukan mainan atau pakaian). Dengan cara seperti itulah, akhirnya saya jadi hobi banget membaca. Nah, setelah memiliki anak, saya kurang lebih ingin menerapkan cara yang sama untuk menumbuhkan minat baca anak.

Bicara tentang mendongeng, pengalaman pertama mendongeng justru sewaktu masih single. Waktu itu keponakan mendadak mendaulat saya membacakan dongeng sebelum tidur. Asal tau aja, bagi yang enggak atau belum terbiasa melakukan ini, membacakan dongeng sebelum tidur tu bisa bikin grogi juga. Yah kalo asal baca gitu aja sih enggak bikin grogi. Tapi, kalo asal dibaca gitu doang entar anak malah enggak mau menyimak, entar mereka malah asyik mainan sendiri. Jadi, baca dongeng tu ada triknya misalnya kudu pakai ekspresi, jago niru suara-suara, kalo perlu pakai acting pula (ibu guru PAUD pasti paham betul ini). Di situlah yang bikin grogi! Tambah bikin grogi lagi karena koleksi buku keponakan saya berbahasa Inggris dan semuanya masih asing bagi saya. Selagi dia asyik memilih-milih buku, saya merapal doa semoga keponakan minta dibacain buku karya HC Andersen, sebab sekali pun berbahasa Inggris tapi saya kan masih inget kisah-kisahnya. Doa saya tak terkabul! Dengan wajah ceria tanpa dosa, keponakan menyodorkan buku berjudul Bob The Builder!

“Mampus gue!” batin saya.

Dengan penampilan seadanya plus meraba-raba jalan ceritanya, saya mendongeng. Untunglah, keponakan saya tidak kecewa dengan penampilan perdana saya xixixi…. buktinya dia tetap menyimak dan menggelendot-gelendot di pangkutan saya sekali pun saya asal ngedongeng. Malah dia sudah hapal jalan ceritanya, sehingga dia malah yang ngasih tau jalan cerita berikutnya. “BUkan begitu auntie, ceritanya habis itu begini-begini…” begitu kata dia tiap kali saya mengarang bagian yang tak saya tau. Hahaha…

Belajar dari pengalaman itulah, kunci tampil mempesona saat mendongeng pertama-tama adalah kita harus menguasai jalan cerita terlebih dahulu and the rest will follow. Benar?

Nah kembali ke kegalauan saya, akhirnya saya menemukan jalan mendongeng untuk anak yaitu lewat pertunjukan boneka alias puppet show! Kebetulan anak punya beberapa boneka binatang. Awalnya saya selip-selipin di acara permainan dia. Misalnya saat main mobil-mobilan, saya libatkan boneka-boneka tersebut pura-puranya naik mobil piknik bareng dan sebagainya. Ternyata anak suka. Tentu saja, sebagai pendongeng yang baik, saya memberi karakter suara yang beda-beda untuk tiap boneka kadang-kadang diselingi adegan lucu yang bikin anak ketawa ngekek-ngekek. Dengan demikian anak suka dan tidak merasa dipaksa “dengerin” ibunya mendongeng. Bahkan tak jarang saya melibatkan dia sebagai salah satu tokoh dalam dongeng saya, sehingga dia makin suka.

Lalu suatu hari, saya berencana bikin panggung pertunjukan boneka beneran. Berhubung enggak punya properti penunjang puppet show (mahal pasti kalo beli), saya berencana bikin sendiri dari karton bekas. Saya menawarinya,”Mas, mau lihat puppet show enggak?”

Dengan antusias dia mengangguk sambil bilang,”Heeh! Papet toooo!”

“Ibu bikinin kastil dan pohon dulu yaaa,” kata saya lagi.

“Heeh!” angguk anak saya. Lalu, saya ambil karton bekas. Saya bikin gambar kastil, saya gambar pohon. Selama saya sibuk menggambar, mewarnai, dan menggunting, anak saya menonton sambil berkata,”Papet tooo….papet tooo!” Akhirnya…trada dadada…jadilah panggung puppet show sederhana hasil karya ibu! Hasilnya? Pertunjukan boneka hari itu sukses besaaar! Sebagai ibu, enggak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anak tertawa bahagia dan puas melihat hasil karya kita. Serius nih. Yah, mungkin saya lebay….maklum anak baru satu. Mungkin kalo anak saya lima atau 10, enggak seperti itu kale rasanya dan mungkin saya juga enggak punya waktu untuk ngebikinin properti puppet show (karena terlalu sibuk ngurus anak lainnya hahaha). Kesimpulannya adalah kesibukan bukan alasan bagi kita untuk tak mendongeng bagi anak. Selalu ada jalan kok untuk mendongeng bagi anak-anak kita tercinta. Apalagi, kegiatan mendongeng ini banyak banget manfaatnya.

Berikut ini 12 manfaat mendongeng untuk anak seperti dikutip dari majalah Ayah Bunda:
1. Meningkatkan keterampilan bicara anak karena bayi atau anak balita akan mengenal lebih banyak kosa kata
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak.
3. Meningkatkan minat baca.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir.
5. Meningkatkan keterampilan problem solving.
6. Merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak.
7. Mengembangkan emosi.
8. Memperkenalkan nilai-nilai moral.
9. Memperkenalkan ide-ide baru.
10. Mengalami budaya lain.
11. Relaksasi.
12. Mempererat ikatan emosi ibu dan anak.

Apakah tulisan ini membantu ?

Astrid Prihatini Wisnu Dewi

i love travelling sooo much!

View all posts

Add comment