Soloensis

Kesasar masuk koran Solopos

2 tahun lalu, saat baju pramuka sudah ku kenakan dengan rapi, aku siap berangkat ke sekolah untuk menjalani aktivitas seperti biasa. Tetapi ternyata aku salah. Hari itu tidak biasa, bahkan luar biasa.

Setelah beberapa pelajaran ku jalani, temanku berkata bahwa Solopos mau datang ke sekolah. Aku sempat khawatir dengan ini. Apa yang sedang terjadi di sekolah sehingga membuat Solopos datang? Apakah sekolah kedatangan Tamu khusus sehingga diliput? Apakah sekolah mendapatkan prestasi luar biasa? Atau mungkin sekolah kebakaran! Tapi ku lihat diluar gak ada asap bertebaran, apalagi api.

Ku kira temanku hanya bercanda, ternyata di tengah pelajaran kami disuruh pergi ke aula. Dari kejauhan aula sudah ramai oleh murid kelas X yang berdesakan. Mereka semua terdengar riuh mengatur posisi mereka supaya bisa duduk rapi. Dengan situasi ramai seperti ini ditambah dengan LCD yang dihidupkan aku yakin bahwa kami akan diajak nonton bareng Cinta Di Musim Chery.

Tampak seorang mbak-mbak memegang mic dan mulai berteriak membuka acara. Dia memberitahukan bahwa kami berkumpul disini untuk mengikuti kegiatan Solopos Go To School. Untung saja hal-hal yang kubayangkan tidak ada yang terjadi.

Acara berlangsung cukup heboh dan seru. Para Jurnalis yang memimpin acara sangat handal membawakan acara dengan asik. Kami diajarkan banyak hal tentang jurnalisme saat itu. Aku memperhatikan dengan seksama sambil menganggukan kepala, walaupun tidak begitu mengerti.

Di tengah-tengah acara, salah satu dari kami diminta untuk maju. Entah mengapa aku merasa terpanggil. Tetapi aku menahan diri, mungkin ada orang lain yang lebih ingin. Setelah menunggu beberapa menit aku langsung berdiri dan melangkah ke depan beriringan dengan detak jantungku.

Mic langsung diberikan kepadaku, dan mbak solopos langsung menanyakan tentang identitasku. Selesai menjawab dia langsung bertanya lagi.
“Bagian apa yang kamu suka dari Solopos?” Tanya mbak Solopos.
“Saya suka berita Bola mbak. Terus jadwal acara TV sama gossip artis.” Aku menjawabnya dengan PD, padahal aku gak ngerti bola.
“Terus pemain favorit mas siapa?” Tanya mbak Solopos penasaran.
“Ya jelas dong mbak, pemain yang sudah mengharumkan nama Indonesia. Pemain favorit saya Chris John.” Susana langsung gaduh oleh sorakan teman-teman oleh jawabanku. Pengetahuanku tentang bola memang payah. Tetapi mbak Solopos tidak menyerah bertanya kepadaku.
“Menurut mas, apa yang kurang dari Koran Solopos?” Tanya mbak Solopos
“ Menurut saya sih Koran solopos kurang berwarna, kurang tebal halamannya sama kurang… kurang ada sayanya mbak! Hehe” jawab ku cengengesan.
“oh ya? OK.”

Mbak Solopos memanggil mas Fotografer dan menyuruhku berdiri di depan kawanan teman yang lain untuk difoto. Aku langsung saja berpose ganteng. Selesai diwawancarai aku diberi kaos dari Solopos dan dipersilahkan untuk duduk. Aku duduk kembali bersama temanku dengan ngos-ngosan. Ternyata difoto dengan berpose ganteng cukup melelahkan.

Acara berlanjut dan tambah heboh. Bahkan beberapa dari kami dipersilahkan berpura-pura mewawancarai salah satu tim solopos yang berpura-pura menjadi Ariel Noah. Acara tetap menyenangkan dan bermanfaat sampai akhir.

Keesokan harinya aku membaca Koran Solopos di perpustakaan sekolah. Aku langsung menjerit ketika melihat acara kemarin masuk dalam Koran dengan wajahku terpampang di depan gambar! Walaupun blur aku sangat bangga bisa terpampang disana. Solopos memang keren, orang sepertiku aja bisa masuk Koran apalagi berita lain yang lebih menarik dan menambah wawasan.

Terimakasih ya Solopos atas pengalamanku yang Amazing ini dan sudah berkenan memasukan ku ke dalam lembaran Koranmu :*

#Soloensis

Apakah tulisan ini membantu ?

juantony

pelajar di SMAN 1 Karanganyar yang mengisi kekosongan dengan menulis, olahraga dan teater.

View all posts

Add comment