Soloensis

Rumah Bahasa di Soloensis

Aku adalah seorang siswi yang sedang duduk di bangku kelas dua SMA , sejak kelas satu aku sudah bercita -cita menjadi penulis .Menulis sebenarnya bukan hal mudah karena membutuhkan sebuah emosi dan ketulusan dari hati. Tetapi di sini aku mencoba untuk bercerita tentang pengalamanku.Ini benar -benar nyata dalam kehidupanku.
Di sebuah kampung yang mana memang masih jauh dari keramaian .Di mana di situ saya tinggal, ada seorang Bapak-Bapak yang berumur 40 tahunan . Dia adalah” Pak Min” ,itu adalah nama panggilannya, nama aslinya Pak Legimin dia adalah tetanggaku yang rumahnya berjarak kurang lebih 50 meter dari rumah saya. Sehari-harinya ia mencari nafkah untuk menghidupi dua anaknya yang masih duduk di bangku SD, dan satu lagi masih bayi berumur sekitar 4-5 bulan , serta istrinya bernama Tuminem, biasa dipanggil “Ibu Tum”dengan berjualan koran. Ia hanya mengandalkan pekerjaan berjualan koran, padahal di tengah keadaan teknologi modern sudah merambah ke berbagai kalangan ia tetap bertahan untuk menjual koran .Pak Min bejualan di area sekolah , rumah sakit , di pasar ,dan daerah strategis di Tawangsari. Bahkan Pak Min juga sudah menjadi langganan para guru-guru di sekolahku, termasuk Pak Witono guru PPKn yang cukup akrab denganku ia guru yang favorite teman -temanku karena sifat humorisnya . Ketika menjelang istirahat kedua pasti Pak Min terlihat membawa tumpukan koran SOLOPOS untuk diletakkan didepan kelas agar tidak mengganggu proses pembelajaran. Dan yang unik lagi adalah Riyando, teman satu kelasku yang sangat luas tentang pengetahuan umum karena berkat hobi membacanya, setelah aku amati ternyata walaupun dia masih sebayaku dia suka membaca koran diantaranya koran SOLOPOS. Bahkan berkat hobi membacanya itu Riyando menjabat di peringkat satu ketika lomba cerdas cermat tentang wawasan umum di sekolahku.
Ketika aku dan teman-temanku bedah naskah untuk pementasan drama yang akan diadakan oleh”Rumah Bahasa”, pemimpin atau orang yang mengarahkan organisasi “Rumah Bahasa” yang bernama Mas Kurniawan tetapi akrab disapa Mas Wawan memberi tahu tentang contest menulis di SOLOPOS , ia meminta kami semua anggota “Rumah Bahasa” untuk ikut serta dalam lomba itu, karena rasa penasaranku keesokan harinya meminjam koran kepada temanku yang memang sudah berlangganan SOLOPOS sejak kelas 10,yaitu Riyando untuk mencari informasi tentang lomba itu. Dan akhirnya rasa tertarik untuk mengikuti lomba itu pun ada pada benakku , aku pikir Pak Min cocok untuk aku muat dalam tulisan ini.Tanpa membuang waktu aku ingin mengunjungi rumahnya dan bertanya- tanya tentang Pak Min. Sepulang sekolah aku bergegas untuk pergi ke rumah Pak Min,sesampainya di sana aku segera memasuki rumahnya. Rumahnya sangat sederhana tetapi semuanya tertata dengan rapi dan indah. “Permisi, Bu “,salamku untuk Ibu Tum.”Iya silahkan masuk dan duduk ke dalam”,Ibu Tum menjawab dengan ramah,”Iya makasih ,Bu. Saya ke sini mau wawancara dengan Pak Min, apakah beliau ada di rumah??”, tanyaku pada Ibu Tum sambil mendekati kursi ruang tamu untuk duduk.
“Maaf, Bapak belum pulang beliau pulang setelah magrib!”menjawab dengan lembut pertanyaanku. Ketika itu aku terlihat salah tingkah karena aku bingung apa yang harus aku lakukan di sini kalau Pak Min tidak ada ,lalu Bu Tum mengajukan pertanyaan untukku, “memang apa yang bisa saya bantu ,tentang wawancara itu?”, karena merasa tanggung sudah sampai di sana dan aku merasa tidak enak kepada Ibu Tum akhirnya aku mewawancarai beliau.
“Maaf , bu sebelumnya sudah merepotkan . Jadi begini saya ingin tahu berapa lama Pak Min berjualan koran ?”, tanyaku .” Sekitar 28 tahun hingga sekarang bapak bekerja sebagai penjual koran”, jawab Bu Tum. “Kenapa Pak Min memilih pekerjaan ini di tengah maraknya media sosial yang kini mudah untuk mencari informasi ??”, tanyaku lagi. “Karena kami bekerja dengan prinsip yang penting halal, jadi pekerjaan apapun yang penting hasilnya halal itu yang akan kami lakoni untuk pemenuhan hidup sehari-hari lagi pula rezeki sudah ada yang ngatur,”mendengar itu aku merasa salut kepada keluarga ini. Karena berkat ketekunan dari keluarga ini, rumah yang dulu hanya ngontrak hingga sekarang mempunyai rumah yang cukup bagus menurutku. Bahkan sekarang tidak tanggung-tanggung tampilan pintu depan berwarna coklat tua yang begitu bagus lebih bagus daripada rumahku dan kursi yang empuk dan bagus telah disediakan Pak Min untuk menyambut tamu.
Dan setelah beberapa hari aku mengonsep apa yang akan aku ceritakan aku mencoba masuk,akhirnya aku masuk di link SOLOPOS, di situ akubisa melihat bagaimana kualitas dari media cetak koran SOLOPOS itu , betapa kece beth-nya (kece bangetnya ) mereka tim jurnalis berusaha untuk menyajikan mulai dari berbagai informasi yang lengkap mulai dari pendidikan , politik , ekonomi ,sosial , cerita humoris ,bahkan tanpa ragu mereka membagi hadiah untuk pemenang kuis TTS. Pokonya luar biasa !!
Setelah mengamati sejauh ini berarti kesimpulan dari pengalaman menarik saya ketika mengamati mulai dari orang yang menjual sampai pembacanya , bahkan sampai orang yang menyediakan informasi (tim jurnalis) bukanlah orang biasa tetapi orang luar biasa.
Untuk ulang tahun SOLOPOS saya berharap makin maju , tetap memberikan informasi yang bermanfaat dan menghibur, tetap SEMANGAT,dan terus SUKSES di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju.

Apakah tulisan ini membantu ?

Nisa Salsabila

Saya seorang siswi kelas 11 SMA N1 Tawangsari, saya mempunyai cita- cita menjadi penulis.

View all posts

3 comments