Soloensis

Teman Spesial, untuk Keberagaman.

Tak berjudul288 (1)

Sekitar enam atau tujuh tahun lalu tepatnya pada saat saya berumur 10 tahun, saya mendapat pengalaman yang begitu berharga dan menjadi pembelajaran bagi saya hingga saat ini. Kejadian ini cukup lama terjadi, namun masih saya ingat persis sampai sekarang. Saya memiliki teman spesial yang mengajarkan saya banyak hal dan arti dari keberagaman. Pengalaman ini sungguh membuat saya tersadar bahwa bersyukur itu terkadang memang harus dilakukan, bersyukur itu memang kewajiban. Dan keberagaman itu tak hanya soal budaya serta agama.

Saat itu di daerah desa saya ada satu sekolah, yang mungkin kita anggap sekolah itu untuk anak anak yang memiliki keterbelakangan maupun secara fisik dan mental. Namun bagi saya, sekolah tersebut adalah jabaran dari Pasal 28 C ayat (1) UUD 1945 “setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Sekolah itu bernama SLB singkatan dari Sekolah Luar Biasa. SLB berisi anak anak yang sangat luar biasa kecerdasannya, fisiknya, mentalnya yang dibalik itu semua mereka memiliki minat dan bakat yang begitu luar biasa. 

Siang hari yang terik melanda, saya sedang bermain dengan teman teman saya di desa. Namun kita sudah bosan dengan permainan petak umpet, lompat tali dan monopoli. Disitulah kami berpikir jika ingin bermain sebentar di sekolah SLB didekat desa kami. Entah apa yang membuat kami terpikirkan untuk bermain disana, entah pikiran apa yang melanda kami. Sekolah itu memang terbuka untuk umum. Jadi siapapun dipersilahkan masuk untuk melihat lihat. Singkatnya, setelah kami berdiskusi, kami akhirnya memutuskan untuk sekedar bermain beberapa wahana di halaman sekolah tersebut, kami berniat untuk meminjam beberapa permainan seperti ayunan dan jungkat jungkit disana. Namun disaat itulah bertepatan dengan jam istirahat murid-murid disekolah itu. 

Gambar ini hanya ilustrasi

Saya sedang bermain ayunan. Saya bermain sendiri, teman-teman saya semuanya fokus pada hal lain. Saya juga melamun disertai hembusan angin siang yang menyengat, hobi saya memang melamun, namun lamunan saya buyar setelah satu anak yang memakai seragam duduk di dekat saya, dia memberikan senyuman yang cukup manis. Saya terkejut dan beberapa anak dari sekolah itu juga menghampiri saya untuk sekedar duduk didepan ayunan tersebut. Mereka tertawa riang dan gembira tanpa saya tahu apa yang mereka tertawakan. Karena saat itu saya masih terbilang anak anak yang penasaran, saya mencoba berkomunikasi kepada mereka. 

Satu persatu mereka berkenalan, ada anak yang bernama Laila, iya masih bisa berkomunikasi namun terkadang jika saya bertanya beberapa hal dia akan menjawab keluar dari topik tersebut, saya memaklumi itu, dia sempat pernah saya marahi dan tidak sengaja saya cubit tangannya, anehnya dia tidak merasa sakit. Saya memaklumi itu lagi karena saya sudah berpengalaman mempunyai teman seperti Laila ini, Laila mengidap keterbatasan intelegensi. Namun dibalik itu, dia sungguh pintar menggambar, gambaran yang dia buat sudah termasuk gambaran yang keren untuk anak yang spesial sepertinya. Mungkin jika di asah ia akan menjadi seniman yang sukses nantinya.

Ada yang bernama Dodo, dia seorang tunawicara umurnya terbilang cukup untuk memasuki perguruan tinggi namun mungkin orang tua nya sedikit pesimis dengan itu. Dodo ini termasuk pekerja keras, dengan keterbatasan saya untuk berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat, ada beberapa hal yang membuat saya mengetahui tentang Dodo. Dia ini ternyata sudah bekerja, dia akan membawa satu gerobak yang berisi cilok, terkadang ia berkeliling saat sore dan jika libur sekolah dia akan berkeliling dari siang sampai sore. Saya pernah mencoba membeli cilok Dodo, tanpa disangka cilok itu memang enak, dia memberitahu saya bahwa cilok tersebut adalah buatan Ibunya dan dia berusaha membantu ibunya dengan menjual cilok tersebut.

Dan yang terakhir ia bernama Desi, Desi seorang tunarungu, mungkin kondisi ia berkomunikasi hampir sama dengan Dodo. Dan dengan bantuan teman teman yang lain saya jadi tahu bahwa Desi ini berpacaran dengan Dodo, saya terkejut saat itu karena dengan keterbelakangan mereka, mereka masih bisa menjalin hubungan dengan romantisme yang ada. Desi cantik, dia juga ceria. Terkadang saat saya melihat gerak gerik dia, dia selalu mencari perhatian untuk Dodo, itu gemas bagi saya. Ingin sekali saya menggoda mereka agar selalu tersipu malu satu sama lain. Desi ini terbilang cukup mengerti apa yang saya maksud, dia cepat tanggap dan saya segera tahu apa yang dia bicarakan meski memakai bahasa isyarat dengan bantuan barang lain disekitarnya.

Setelah kunjungan itu, saya jadi berteman baik dengan mereka dan saya memiliki beberapa kawan spesial lainnya. Itu membuat saya menjadi adiksi dan mampir ke sekolah SLB lagi, untuk hanya saling sapa dan bercerita kembali. Karena saya masih kecil, rasa penasaran saya menjadi menggebu-gebu saat saya mencoba mengintip pembelajaran mereka. Ternyata beberapa murid disana cukup aktif untuk menjawab beberapa hal yang dipertanyakan guru, itu membuat saya ikut senang melihatnya. Mereka sungguh luar biasa dan semangat. Saya juga jadi tahu sedikit tentang bahasa isyarat dan cara berkomunikasi mereka yang unik. Tak sengaja juga saya melihat satu murid di sana yang sudah dijemput sang ayah, Ayahnya begitu sayang kepadanya, itu membuat saya sedikit iri. Namun ada hal yang sangat disayangkan terjadi, yaitu setelah Corona, sekolah itu secara tiba tiba ditutup, dan saya sedih. Merasa sedikit kehilangan terhadap teman teman saya yang sudah saya kenal. 

Gambar ini hanya ilustrasi 

Mereka mengajarkan saya apa itu arti keberagaman sesungguhnya, walaupun memiliki kecerdasan dan fisik yang berbeda beda, kami itu semua sama dimata Tuhan. Saya bangga melihat mereka yang begitu gembira dan selalu tersenyum didunia ini, entah jika mereka tidak ada didunia ini mungkin dunia sudah tidak ada yang namanya rasa menghargai. Tidak ada perbedaan, saya yakin mereka diberikan hal hal istimewa dari Tuhan sebagai perantara untuk menyampaikan pelajaran tentang rasa syukur yang seharusnya kita sadari dan juga keberagaman yang ada didunia ini tak memutuskan tali rantai untuk saling menghargai. Ini membuat saya tersadar bahwa perbedaan yang kami miliki adalah suatu kelengkapan untuk mencapai keberagaman. Mari kita menormalisasi keberagaman didunia ini yang tidak hanya soal budaya, ras dan agama. Keberagaman itu luas jika di kulik dengan benar, keberagaman adalah kunci dari keadilan dan rasa toleransi yang ada. 

Saya bangga memiliki teman seperti mereka yang mengajarkan saya apa arti dari keberagaman sesungguhnya. 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment