Soloensis

Pro Kontra Kurikulum Merdeka, PMM, dan Realitas Peningkatan Kualitas Guru

teacher-with-light-bulb-classroom_40876-2423
Sumber: Freepik

Pendahuluan

           Dunia pendidikan disibukkan dengan berbagai hal  dengan kurikulum  Merdeka.  Adanya berbagai upaya dilakukan untuk menyukseskan kurikulum terbaru ini. Mulai dari workshop, sosialisasi atau Implementasi kurikulum Merdeka di berbagai jenjang pendidikan. Terdapat beberapa perubahan pola dalam kurikulum yang baru tiga tahunan dirilis oleh kemendikbud ristek

           Pada Kurikulum merdeka, pendidikan berfokus pada  peserta didik dalam memperoleh pembelajaran sesuai dengan minat dan bakatnya.  Sekolah atau guru di sekolah berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran yang dulunya berpusat pada guru,  sekarang bergeser pada berpusat pada peserta didik.  Peserta didik bukan lagi sebagai objek tetapi beralih menjadi subjek pembelajaran.

        Semua aktivitas pembelajaran lebih fokus pada cara belajar peserta didik. Kebebasan memilih model pembelajaran,  maupun cara belajar disesuaikan dengan minat peserta didik. Guru bukan lagi menjadi pusat ilmu,  sumber ilmu.   

         Berbagai upaya guru baik melalui workshop,  seminar,  diklat diklat pembelajaran maupun kombel (kelompok Pembelajaran) diikuti guru masa kini. Hal ini dikarenakan guru perlu melakukan upaya menyesuaikan diri dengan mengubah pola pikir dan pola pemberian layanan kepada peserta didik.

Menyikapi situasi ini, pemerintah khususnya kemendikbudristek mempublish platform pembelajaran yang disebut PMM.  Platform ini diperuntukkan bagi guru untuk lebih mengembangkan diri, memberi ruang belajar bagi guru guna mengantisipasi berbagai persoalan yang terjadi  pada saat kegiatan belajar memgajar di sekolah.  Berbagai hal yang disajikan pada PMM antara lain model pembelajaran,  video video pembelajaran maupun kelompok kelompok pembelajar yang berbagi praktik baik antar sesama pendidik di seluruh Indonesia.  Upaya ini dilakukan guna membantu guru menjawab kesulitan dan variasi pembelajaran yang menarik minat peserta didik.

Dampak PMM bagi guru

        Berbagai tanggapan program atau aplikasi PMM dari guru sebagai pelaksana pendidikan di lapangan sangatlah beragam.  Ada yang pro dengan program ini, akan tetapi tidak sedikit pula yang mempertanyakan efektivitas platform ini dalam implementasi pembelajaran di kelas.

Platform ini yang sedianya untuk membantu guru mencari solusi permasalah di dunia pendidikan justru membebani guru baik fisik maupun psikis. Sehingga hanya sebagian guru yang akif memanfaatkan plaform ini.

            Jika dilihat dari ide dari aplikasi ini adalah untuk membantu guru dalam bidang administrassi yang lebih simpel. Guru dapat mengadministrasikan kegiatan peningkatan proses kinerjanya dalam. Mendampingi pembelajaran dan pengembamgan karirnya. Tetapi dalam Pelaksanaan di lapangan tidak semua guru mampu untk melakukan hal itu dikarenakan beberapa kendala baik waktu dan tenaganya.  Apalagi jika tugas guru tumpang tindih dalam menanggapi kebijakaan emangku jabatan di bidang pendidikan.  Dengan adanya kewajiaban guru  minimal 24 jam seminggu tatap muka,  penyiapan materi ajar dn stratrgi pembelajaran, serta adanya tugas tugas pengembangan prestasi siswa dalam lomba lomba. Belum lagi jika ada anak yang  belum tuntas dalam pembelajaran dan nilainya  kurang maka guru juga mesti mengangkat nilai tersebut agar memenuhi kriteria ketuntasan dan lain lainnya. Hal ini yang menjadikan guru merasa berbeban baik fisik maupun psikisnya.

Dengan adanya PMM ini banyak kalangan pendidik yang merasa hal ini menambah beban pekerjaan di samping tugas pokoknya sebagai pengajar dan pendidik di lingkungan pendidikan. Karena konten yang disajikan  menjadikan guru merasa banyak hal yang kurang membantu menjawab persoalan di lapangan. Bahkan dewasa ini di platform ini disisipkan adanya pengerjaan sasaran kinerja guru yang mesti upload beberapa administrasi pribadi guru berkenaan dengan kinerja. Perencanaan kinerja guru yang bertumpuk seakan mewajibkan guru untuk selalu  membuka PMM demi keberlanjutan karirnya.  Ini yang membebani guru yang notabene- nya sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran di kelas.

Bagi sebagian guru yang berkonsentrasi pengembangan karir merasa ini merupakan hal yang sangat bermanfaat untuk karirnya. Akan berbeda bagi guru yang merasa karirnya sudah mentok alias menjelang masa pensiun. Hal ini justru menjadi beban psikis dengan alasan yang bermacam pula.  Ada yang kurang fasih menggunakan IT,  ada yang merasa tak ada pengaruhnya dslam pengembangan karakter anak,  hanya fokus ke administrasi kinerja guru.

Menilik dari adanya pro dan kontra mengenai aktivitas atau aplikasi PMM, perlu adanya evaluasi beberapa kendala di lapangn. Mestinya ada penilaian berimbang antara pemilik aplikasi, dengan guru baik yang pro maupun yang kontra. Jika hanya ditilik dari guru yang pro atau pemangku jabatan pendidikan, maka laporan dilapangan bahwa PMM sangat membantu guru dalam pengadministrasian, penyiapan diri dalam pengembangan karir dan praktik pembelajaran yang lebih inovatif kreatif dan sebagainya, semua akan melaporkan bahwa tak ada kendala. Tepai jika dilirik dari pengalaman di lapangan dan guru guru yang kontra  karena pengalaman di lapangan dan kenyataannya bahwa program atau aplikasi ini masih banyak masalah yang teradi dan belum tertangani. Dan persoalan ini tak sampai dilaporkan ke  pemangku kebijakan adalam hal ini pencetus aplikasi PMM. Hal ini bisa jadi untuk menyelamatkan agar tidak dinilai jelek gagal oleh pimpinn di atasnya. Dan mungkin juga karena ingunnya semuanya baik baik saja meskiun tidak sedang baik baik saja.  Persoalan lain adalah adanya permasalahan di lapangan belum ada suatu solusi yang tepat yang diambil dari PMM guna menyukseskan kurikulum merdeka.

Menilik dari uraian di atas, maka perlu adanya riset yang lebih detail dari kementrian, pemangku jabatan di lingkungan pendidikan sehingga implementasi kurikulum merdeka dan aplikasi PMM dapat benar benar menjawab tantangan pendidikan di masa sekarangdan bukan hanya pencitraan atau pemaksaan program  demi kepentingan sekolompok tertentu yang diuntungkan tentu saja.

 

Nama              : Teguh Widada, S.Pd.

Sekolah           : Guru SMP Negeri 9 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment