Soloensis

Guru Cukur Rambut Anak di Sekolah

barber-giving-boy-haircut_1308-20829
Sumber: Freepik

Pada, Rabu (10/1/2024) awal tahun ini, sebuah postingan Facebook dikirim ke kalangan grup WA orang tua murid di kelas perwalian saya. Isinya sudah menjadi pembicaraan di kalangan para guru di sekolah sebelumnya, tentang kerapian rambut peserta didik di awal semester genap yang kembali digalakkan.

Kalau tidak ada pengawasan, kadang peserta didik kurang memperhatikan peraturan tentang potongan rambut yang sudah disepakati. Tidak banyak yang menanggapi dan memberi komentar di WA group orang tua kelas.

Saya tahu beliau-beliau, orangtua peserta didik menunggu reaksi saya sebagai wali kelas dan guru di sekolah. Orang tua yang membagikan postingan FB itu termasuk orang tua yang kritis dalam menyikapi segala aktivitas sekolah.

Bahkan beliau share juga berita tentang sanksi guru yang cukur rambut anak yang dimuat di Radar Solo. Yang memposting kejadian di FB memang bukan orang tua peserta didik di kelas saya, namun masih termasuk orang tua peserta didik di sekolah.

Beliau mengeluarkan curahan isi hatinya karena putranya termasuk anak yang rambutnya dipotong (dirapikan) di sekolah. Kisah ceritanya setelah anaknya pulang beliau melihat potongan rambut anaknya lebih pendek.

Mengingat, tidak suka atau karena emosi, bukannya minta klarifikasi ke sekolah, namun malah menulis di dinding FB. Tentu saja postingan itu jadi viral dan banyak menerima komentar dari teman-teman FB-nya. Komentarnyapun pasti beraneka warna.

Beliau tidak menyadari bahwa hal itu akan membuat anaknya jadi ikut viral, karena beliau terang-terangan juga menyebutkan nama anaknya. Bagi yang setuju dengan postingan ini mugkin merasa terwakili, namun bagi yang tidak sependapat tentu beranggapan bahwa tindakan ini terlalu emosional.

Para guru di staf kesiswaan mengadakan pendekatan kepada orang tua tersebut. Mengkomunikasikannya dan menjelaskannya. Toh, potongan rambut putranya juga tidak asal asalan, karena sekolah mengundang tukang potong rambut untuk merapikannya. Bukan guru yang melakukan tindakan potong rambut.

Orang tua lain yang anaknya mendapatkan perlakuan yang sama tidak merasa keberatan. Akhirnya dengan komunikasi yang baik, terjadi pemahaman yang baik dengan orang tua. Sayapun akhirnya memberi komentar di group WA orang tua kelas perwalian saya agar bisa belajar dari peristiwa tersebut. Saya sarankan jika ada sesuatu yang kurang berkenan terkait dengan sekolah, sebaiknya dibicarakan ke Sekolah.

Mestinya akan lebih bijak jika bertemu guru yang bersangkutan di sekolah. Warga sekolah termasuk orang tua juga seharusnya menjaga nama baik sekolah dimana sudah mempercayakan pendidikan putra putrinya. Dan bisa mengendalikan emosi, karena itu merupakan pembelajaran juga untuk putra putrinya.

Bagaimana orang tua menjadi contoh yang baik untuk menyikapi sebuah permasalahan. Saya akhiri komentar dengan ucapan terimakasih kepada orang tua di group kelas perwalian saya atas dukungan dan perhatiannya dalam menaati peraturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama di awal tahun ajaran baru.

 

Nama              : Harini, S. Pd.

Sekolah           : Guru SMP Negeri 9 Surakarta

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment