Soloensis

Solopos, Jendela Kabar Baik

Solopos, Jendela Kabar Baik

 

Sekira lima tahun yang lalu. Saya adalah seorang sarjana baru yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor lokal di kota Solo sebagai staf logistik proyek. Bagi saya bergelut dengan pekerjaan yang sangat berbeda dengan basis pendidikan, rawan kecelakaan kerja, dan dengan gaji pas-pasan, jauh lebih baik daripada menyandang status sarjana pengangguran dan membebani orangtua. Saya menjalani hari-hari di lokasi proyek yang panas dan kotor dengan sabar, sembari mencari peluang kerja lain dengan ikut beberapa tes CPNS.

Selasa pagi, 28 Desember 2010. Pesan masuk di ponsel dari seorang teman lama membuncahkan hati saya.

“Dwi selamat ya, kamu keterima CPNS Solo, coba lihat di Solopos”, begitu bunyi pesannya.

Dengan perasaan campur aduk antara terkejut dan tidak percaya, saya segera membeli  Solopos dalam perjalanan ke lokasi proyek, pada pengecer koran di lampu merah perempatan Ngemplak. Dan benar saja, nama saya lolos seleksi sebagai CPNS di Pemkot Surakarta.

Singkat cerita hari itu menjadi hari bahagia untuk saya. Tak pernah menyangka, selembar halaman Solopos menjadi jendela bagi perubahan nasib seorang anak tukang becak. Begitu mendapat telepon dari saya, ibu berlari sambil menangis haru meyampaikan kabar bahagia ini kepada Bapak yang berada di pangkalan becak selatan Pasar Nusukan. Sanak saudara, teman-teman dan para tetangga turut berbahagia. Para pekerja di proyek pun menyempatkan diri memberi selamat pada saya. Saya sangat bersyukur atas semua ini.

Namun ternyata nasib baik itu tak segera terealisasi. Lamanya proses administrasi pengangkatan CPNS mengharuskan saya untuk menunggu selama tiga bulan sebelum mulai bekerja di Pemkot Surakarta, sementara itu saya sudah mengundurkan diri dari pekerjaan lama. Tak hilang akal, untuk memenuhi kebutuhan pribadi saya berusaha mencari pekerjaan paruh waktu sembari menunggu panggilan kerja. Akhirnya atas bantuan seorang teman saya bisa menjadi loper koran.

Menjadi loper koran mengharuskan saya bangun pagi-pagi buta. Menunggu kiriman koran di sudut palang kereta api Badran. Kemudian mengantarkan koran ke rumah-rumah pelanggan, dari daerah Tipes sampai Sawahan, sejak saat jalan-jalan kota Solo masih gelap dan lengang sampai penuh hiruk pikuk aktivitas warga. Meskipun berat namun saya senang menjalaninya. Karena selain saya mendapat penghasilan, saya juga bisa selalu mengetahui berita perkembangan proses pengangkatan CPNS, yang kebetulan selalu ada di Solopos.

Tak hanya sampai di situ. Berawal dari iseng-iseng mengisi dan mengirimkan jawaban Teka-Teki Silang Solopos yang saat itu hadir setiap edisi Selasa, nama saya kembali terpampang di koran kebanggaan Wong Solo ini sebagai pemenang Teka Teki Silang. Sungguh blessing in disguise.

Seminggu setelah saya menerima hadiah Rp 100 ribu dari Solopos, saya pun mulai bekerja di Pemerintah Kota Surakarta hingga saat ini. Sungguh Solopos telah menjadi jendela kabar baik dalam sepenggal perjalanan hidup saya. Dua edisi Solopos yang bersejarah itu saya simpan sebagai kenang-kenangan. Namun sayangnya tanpa saya ketahui kini koran itu telah hilang karena dipakai sebagai bungkus pecel dagangan ibu. #Soloensis

 

 Dwisan – Solo

Apakah tulisan ini membantu ?

dwisan.4474

Add comment