Soloensis

Gara-gara Solopos, Terkenal Sebagai Penulis

Pembaca, perkenalkan, nama saya Nurul Qomariyah. Saya seorang pengajar di sebuah Madrasah Ibtidaiyyah /MI (setingkat SD) di sebuah desa bernama Ngreco di kecamatan Weru kabupaten Sukoharjo. Saya mulai mengenal Solopos saat teman saya memposting hasil karyanya yang dipublikasikan di koran tersebut di facebook. Sebenarnya untuk kelas penulis kenamaan  tidak terlalu keren juga karena hanya sekelas rubrik “Ah Tenane”, tapi untuk selevel saya yang tidak suka dan buta menulis, itu sudah sangat hebat sekali.

Oh ya, anda jangan berbaik sangka dulu, jangan karena saya seorang pengajar  terus anda berpikir saya bisa menulis, tidak. Pengajar itu sama seperti non pengajar, kebanyakan tidak suka dan tidak bisa menulis (jangan bilang-bilang ya!).  Kira-kira cara berfikirnya begini, apa betul yang kerja di warung nasi itu bisa masak?, tidak kan? karena ada yang tugasnya mencuci piring, melayani pembeli, dan lain-lain.

Intinya, saya tidak bisa menulis, titik. Apalagi jika mengingat saya sebenarnya pengajar dengan basik keilmuan Pendidikan Bahasa Arab yang meskipun sama-sama bahasa tapi sangat berbeda sekali. Nah, saat saya lihat postingan temen tadi itu akhirnya saya ngidam pengen menulis dan muncul di koran, meski itu tadi, hanya sekelas rubrik “Ah tenane” untuk penulis sangat pemula. Akhirnya, target pertama adalah menulis di “Ah tenane”.

Pembaca, tahu dong rasanya orang ngidam, segala cara mulai dari tanya sana-sini, searching google, melototin “Ah tenane” untuk mempelajari bahasa (umum)nya dan lain-lain. Terus akhirnya saya buat satu dua cerita kemudian saya baca ulang-ulang, saya edit lagi kalau merasakan ada kalimat yang aneh dan terus mutar-muter seperti itu. Setelah cape dan dirasa sempurna, saya emailkan ke temen yang tulisannya pernah diposting itu. Saya bilang saja ; “Tolong diedit ya, maaf kalau kalimatnya tidak bagus. Maklum, itu tulisan pertama, hehe..”.

Satu hari tidak dibales, dua hari juga belum dibales. Alhamdulillah, hari ke-tiga saat saya cek email, ada email baru di sela-sela email kantor. “Maaf lama, selamat sudah bisa menjadi Penulis..”, begitu kalimat subyek dari email itu. Langsung saya buka kemudian saya download lampiran tulisannya dan saya baca-baca. Wah, ternyata tulisannya sudah sedemikian rupa berubah. Kok bisa ya, cerita-cerita saya kok sepertinya dia malah lebih tahu ceritanya dibanding saya.

Nah, setelah ngobrol dengan teman saya tersebut via WhatsApp, saya dapat ilmu tuh tentang tulis menulis. Katanya nih, menulis itu bermula dari membaca. Setelah banyak membaca, pasti seseorang punya banyak bekal untuk menulis. Begitu jawaban filosofisnya tentang menulis.

Singkat cerita setelah tulisan saya emailkan ke redaksi solopos, setelah tiap hari dengan sabar melihat koran  harian solopos versi online, akhirnya tidak sampai seminggu tulisan saya muncul dan langsung deh saya posting di facebook. Haha, sombong banget, baru saja muncul di rubrik ‘Ah tenane’.

Langsung deh, teman seantoro dunia maya langsung gempar dan heboh seperti ada berita kabut asap di kalimantan. Secara, saya yang tidak pernah menulis kok bisa muncul. Tidak ketinggalan Kepala sekolah di tempat saya mengajar juga ikut memberikan ucapan selamat dan komentar positif yang membuat saya menjadi besar hati.

Lebih hebohnya lagi, saat ada rapat kepala MI di sekolah saya. Kepala sekolah dengan santainya mempromosikan bahwa ada salah satu pengajarnya yang bisa menulis dan tulisannya dipublikasi di Solopos. Heboh kan? Ya heboh sekali kalau menurut saya. Bagaimana tidak heboh, saya jadi perbincangan di rapat sekelas Kepala Sekolah dasar dan hebohnya lagi, mereka tidak tahu kalau tulisannya hanya sekedar rubrik ‘Ah tenane’ dan bukan sekelas kolom Artikel.

Pembaca, yang jelas saya terlanjur terkenal sebagai penulis yang menurut saya sangat tidak layak. Agar tidak membuat malu, saya terus mencoba menulis meki masih sebatas rubrik ‘Ah tenane’ yang alhamdulillah kalau tidak salah sudah dua/tiga kali tulisanku dipublikasi.

Untuk menguatkan dugaan mereka bahwa saya seorang penulis, akhirnya saya juga mencoba menulis di kolom Didaktika yang menerima tulisan seputar pendidikan, sekolah dan permasalahan belajar mengajar lainnya. Syukurlah, setelah tiga-empat kali mencoba mengirim, akhirnya tulisanku ada yang layak dan dipublikasikan di rubrik Didaktika yang bisa dikatakan rubrik artikel pendek. Sangat lumayan sekali, berbekal terlanjur terkenal menjadi penulis, akhirnya saya menjadi penulisan betulan, meski hanya selevel kolom Didaktika(menurut info, kolom ini telah ditiadakan).

Pembaca, begitu pengalaman menyenangkan dan hebatku dengan Solopos. Meski mungkin bagi pembaca itu tidak terlalu wah, bagi saya itu sangat wah sekali.

Salam Soloensis… Hidup Soloensis!!! Hidup Solopos!!!

Nurul Qomariyah

Pengajar MI Muh Sidowayah Ngreco Weru SKH

Apakah tulisan ini membantu ?

nurulbulan

Add comment