Soloensis

Transformasi Solopos

Solo bukan kota kelahiran saya. Walaupun dekat dengan kota kelahiran saya, Semarang, saya hampir tidak pernah ke Solo. Kenangan indah semasa kecil dihabiskan di kota kelahiran saya, Semarang.

Berhubung saya tak pernah ke Solo, saya hanya mengenal Solo hanya melalui pembicaraan teman, anak kos kelahiran Solo yang tinggal bersama kami.

Tak terasa saya saya harus bermutasi ke Jakarta karena sekolah dan bekerja. Perjalanan panjang di kota Metropolitan ini membuat saya hampir lupa kota Solo.

Namun, suatu hari saya dihentakkan oleh musibah yang terjadi dengan ibu saya. Beliau dari Jakarta akan ke Purwokerto dengan naik “travel”. Senangnya naik travel menurut beliau adalah karena ada antar jemput. Sayangnya, musibah terjadi kecelakaan travel yang tidak dapat dikendalikan. Semua penumpang harus dibawa ke RS Dr. Oen.

Inilah pertama kali kunjungan saya ke Solo. Saya harus menunggu operasi kedua kaki ibu saya di Dr. Oen. Kegelisahan yang luar biasa karena ibu saya sudah cukup sepuh. Tidak ada yang menemani saya saat itu karena memang saya tak mempunyai saudara di Solo. Kegelisahan ditambah dengan simpang siurnya berita mengenai kecelakaan karena saya mendapat telpon justru dari saudara yang di Purwokerto. Tak ada satu orangpun dari pihak travel yang menghubungi saya.

Di Rumah Sakit Dr. Oen, saya sendirian mondar mandiri di depan ruang operasi. Menurut dokter akan lama operasinya hampir 5 jam. Saya tak sangka demikian lamanya. Lalu saya , berjalan ke luar dari RS Sakit. Tadinya untuk menghilangkan kegelisahan saya. Tapi saya melihat ada satu lapak yang menjual koran lokal, seingat saya namanya Solopos. Di tahun 1997 logonya masih berwarna hitam. Di tengah-tengah halaman saya menjumpai berita mengenai kecelakaan travel yang ditumpangi oleh ibu saya.

Secepat kilat, saya membelinya, dan langsung saya kembali masuk ke Rumah Sakit. Dengan seksama, saya membaca apa penyebab kecelakaan travel itu. O…ternyata supirnya mengantuk dan menabrak pohon, padahal mobil travel itu sendiri masih baru. Semua informasi jelas. Pertanyaan yang ada dalam hati itu sudah terjawab dengan liputan yang sedang saya cari.

Setelah hampir sebulan di RS. Oen, ibu saya kembali ke Semarang, dan saya kembali ke Jakarta. Saya hampir tak mengikuti tren dari perubahan Solopos.

Ketika tahun 2004, saya harus transit ke Solo dalam kunjungan saya ke Ibu yang sakit di Muntilan. Musibah Gunung Merapi yang Meletus menyebabkan saya tak bisa kembali ke Jakarta. Dari Jogjakarta saya harus ke Solo. Saya menginap 1 malam di Solo. Saat di Hotel, di pagi hari seperti biasanya saya selalu mencari koran. Beruntung saya mendapatkan Solopos. Ternyata, ada perubahan yang saya lihat dari penampilannya. Logonya dan warnanya berubah jadi biru. Meskipun kontennya belum berubah tetapi dari segi isinya makin berbobot dan cakupannya luas. Membaca koran di pagi hari dengan berita hangat jadi menu saya yang sangat menyenangkan.

Tak mau ketinggalan dengan kebutuhan pembaca dan cakupan luas dari pembacaya yang luas, ternyata SolopPos telah melakukan perubahan lagi dua kali yaitu di Agustus 2005 dan Januari 2006. Dalam rangka melebarkan sayap perederan dan pelanggan, Solopos melengkapi dari edisi harian menjadi harian dan minggu . Harian dengan berita lebih aktual, Minggu beritanya lebih ringan, keseharian yang dihadapi oleh warga Solo. Apalagi lebih lengkap lagi dengan adanya suplemen Khazanah dan Jagad Jawa.

Luar biasanya, transformasi media yang telah dilakukan oleh Solopos. Tak mau ketinggalan dengan teknologi digital yang melanda media, Solopos yang saya kenal sebagai media cetak, sudah memiliki website yang keren banget. Saya sekarang tak perlu lagi ke Solo untuk mendapatkannya. Cukup dengan mengklik websitenya.

Transformasi ini merubah paradigma Solo Pos yang dulu saya kenal dengan media cetak sudah jadi media digital yang sangat memudahkan saya untuk terus mengikuti update informasi tentang Solo secra khusus. Apabila suatu hari saya akan berkunjung ke Solo, saya tak lagi sulit mencarinya.

Bravo Solopos, di hari ulangtahunnya yang ke-18 , terus maju, penuh dengan inovasi dan terobosan.

Apakah tulisan ini membantu ?

inatanaya

Blogger: Aktif ikut dalam Komunitas Emak-Emak Blogger & Kompasiana
Penulis : Free lancer
Hobby : Parenting & Travelling

View all posts

Add comment