Soloensis

Pelatihan dan Pumping ASI di Solopos

Saya mempunyai dua pengalaman menarik bersama Solopos. Pengalaman tersebut terjadi pada waktu yang bersamaan. Pertama, saat saya mengikuti dua pelatihan yang diselenggarakan Solopos. Kedua, ketika saya disediakan nursery room untuk pumping ASI selama pelatihan.

Bulan Agustus 2015, Lembaga Pelatihan Jurnalistik Solopos (LPJS) memberi kesempatan kepada masyarakat umum untuk mengikuti berbagai pelatihan terkait media dan menulis. Saya pun ikut serta pada Pelatihan Jurnalisme Warga (4-5 Agustus) dan Pelatihan How to Handle the Press Well (19-20 Agustus). Kedua pelatihan tersebut sangat cocok dengan latar belakang pekerjaan saya, yaitu sebagai Public Relation Officer (PRO) di sebuah Institusi Pendidikan Islam milik Pemerintah. Karena keterbatasan saya tentang media dan kehumasan baik secara teori maupun praktik, saya pun meminta ijin kepada atasan untuk turut serta dalam pelatihan demi bertambahnya pengalaman. Atasan pun dengan mudah mengijinkan saya untuk berpartisipasi. Betapa senangnya saya, karena semua biaya pelatihan tersebut di bebankan pada institusi dimana saya bekerja. Menurut atasan saya, harga yang ditawarkan oleh LPJS masih sangat terjangkau dan beliau meyakini bahwa LPJS akan memberikan banyak ilmu yang bermanfaat.

Masing-masing pelatihan berlangsung selama dua hari. Hari pertama kami mendapatkan teori dan mendapat penugasan sebagai praktek dari teori yang telah diajarkan. Selanjutnya pada hari kedua diagendakan untuk evaluasi karya yang telah ditugaskan kepada kami. Saya yakin hari-hari tersebut akan menjadi hari yang sangat menyenangkan karena selain bertambahnya ilmu, kami akan mendapat teman-teman baru dengan berbagi latar belakang yang berbeda. Namun demikian, sebelum berangkat menuju Griya Solopos, saya galau setengah mati.

Pagi itu, saya sudah rapi akan mengikuti pelatihan. Saya membawa “perangkat” tambahan yang biasa saya bawa ke kantor setiap pagi. Perangkat tersebut adalah cooler bag yang berisi pompa asi, botol kaca, dan ice gel. Keperluan saya adalah untuk memompa ASI untuk bayi saya yang usianya belum genap 6 bulan. Saya masih belum tenang sebelum mengetahui apakah di Griya Solopos menyediakan nursery room untuk memompa ASI atau tidak. Akhirnya setiba di Griya Solopos, saya langsung menuju receptionist dan menanyakan tentang ketersediaan nursery room.

Namanya Alda, mbak yang berprofesi sebagai receptionist tersebut telah membuat senyum saya merekah dan hati saya begitu lega.
“Mbak, disini apakah ada kulkas?” tanya saya.
“Ada Ibu, untuk apa?” kata Alda.
“Saya mau nitip ubo rampe saya selama mengikuti pelatihan,” lanjut saya sambil menyodorkan cooler bag warna pink.
“Oh iya Ibu, mari saya tunjukkan dimana kulkasnya, nanti Ibu bisa pumping di ruang atas. Bukan benar-benar nursery room, namun biasa digunakan ibu-ibu yang menyusui untuk pumping ASI,” terang Alda sambil berjalan menuju kulkas yang menurut saya super besar.
“Terima kasih Mbak.” Saya lega bukan main.

Kelegaan saya pun diikuti dengan kebahagiaan saya mengikuti kedua pelatihan yang total berlangsung selama empat hari. Pada pelatihan Jurnalisme Warga saya berkesempatan mendapatkan ilmu tentang teori jurnalistik dasar, tentang bagaimana proses berita di radio disiarkan dan yang tak kalah menarik tentang proses mengambil, mengedit, dan memposting video di youtube. Materi tersebut diberikan langsung oleh para praktisi di Solopos. Mereka adalah Syifaul Arifin dan Danang Nur Ikhsan selaku redaktur Solopos, dan Damar Sri Prakoso selaku Program Director Solopos FM. Saya merasa beruntung karena bisa bertemu dengan para ahlinya dan bertanya langsung terkait dengan jurnalisme warga. Saya juga bangga karena tugas liputan dalam bentuk voice recorded yang telah saya kerjakan disiarkan di Radio Solopos FM saat itu juga. Saya merasa tugas saya benar-benar dievaluasi dan diappresiasi.

Selain itu, yang lebih wow lagi adalah saat pelatihan How to Handle the Press Well. Saat Mas Syifaul Arifin (Faul) menanyakan tentang pengalaman buruk para PRO dengan pihak media, saya pun menjadi orang pertama yang mengacungkan tangan dan share pengalaman buruk ketika ditelpon wartawan yang secara tidak langsung memaksa saya untuk menjawab “ya” pada pernyataan-pernyataan yang wartawan lontarkan kepada saya.

Mas Faul sangat mengerti posisi dan keadaan saya. Dia pun memberikan berbagai macam tips sekaligus memberi pengertian tentang posisi, peran, dan tugas media dan PRO yang sering bertentangan.

Pada pelatihan How to Handle the Press Well, saya sangat terkesan dengan pembicara yang merupakan praktisi PRO di sebuah hotel ternama di Solo. Beliau dihadirkan khusus utnuk menyampaikan materi terkait manajemen krisis perusahanan kepada kami. Praktisi tersebut memberi wawasan kepada kami tentang langkah-langkah yang harus kami ambil saat menghadapi masalah terkait kehumasan. Berbagai ilmu baru saya dapatkan di pelatihan yang diselenggarakan oleh LPJS.

Selama pelatihan, setiap jam istirahat, saya menuju nursery room yang berukuran kira-kira 1x 2 meter. Ruang tersebut sederhana namun terjaga kebersihannya. Menurut saya, Griya Solopos patut diacungi jempol karena memiliki nursery room. Perlu jadi catatan, tidak setiap kantor mempunyai nursery room.

Pada akhirnya, selain kebagiaan mendapatkan ilmu sesuai kebutuhan ketika mengikuti pelatihan, saya pun dapat pumping ASI dengan tenang karena Solopos begitu peduli dengan karyawannya. Dengan demikian, saya makin yakin bahwa Solopos adalah media yang memanusiakan manusia. Terimakasih untuk service dari Receptionist Solopos, Mbak Alda, yang melayani dengan sangat baik dan ramah. Saya yakin apa yang dilakukan Mbak Alda adalah representasi Service Solopos terhadap seluruh relasinya.
Selamat ulang tahun ke 18 untuk Solopos.
#Soloensis

Apakah tulisan ini membantu ?

elliyina

Staf PRO yang hobby berenang

View all posts

Add comment