Solopos Institute
Di sebuah sekolah menengah pertama, terdapat dua anak yang menjadi teman akrab, Abigail dan Aisha. Aisha berasal dari keluarga muslim, sementara Abigail dari keluarga kristen. Meskipun perbedaan keyakinan, mereka saling menghargai dan memiliki ikatan yang erat.
Suatu hari, di kelas agama, Abigail dan Aisha menyadari perbedaan keyakinan mereka. Namun, alih-alih menjadikan perbedaan itu sebagai pemisah, mereka memutuskan untuk lebih memahami satu sama lain. Setelah sekolah, mereka sering bertukar cerita tentang kepercayaan dan tradisi keluarga masing-masing.
Pada suatu perayaan, Aisha diundang untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarganya. Tanpa ragu, Abigail menerima undangan itu dengan senang hati. Dia ingin memahami lebih dalam tentang budaya dan kepercayaan yang dijunjung tinggi oleh temannya. Sebaliknya, ketika Natal tiba, Abigail mengajak Aisha untuk merayakan bersama keluarganya. Aisha dengan senang hati menerima undangan itu dan menghormati perayaan Natal sebagai momen kebersamaan, bukan hanya sebagai perayaan agama.
Ketika tugas sekolah mengharuskan mereka untuk membuat proyek bersama, Aisha dan Abigail memutuskan untuk menggabungkan elemen-elemen dari kedua kepercayaan mereka. Mereka menciptakan proyek yang menggambarkan nilai-nilai universal seperti persaudaraan, kasih sayang, dan perdamaian.
Pada suatu hari, saat mengerjakan proyek itu, mereka mendapat pertanyaan dari teman sekelas yang ingin tahu lebih banyak tentang kepercayaan mereka. Dengan penuh pengertian, Aisha dan Abigail menjelaskan bahwa meskipun memiliki perbedaan keyakinan, mereka bisa hidup bersama dalam harmoni dan saling menghormati.
Kisah persahabatan mereka menjadi inspirasi di sekolah, menunjukkan bahwa toleransi adalah kunci untuk membangun dunia yang penuh dengan pengertian dan cinta. Aisha dan Abigail terus menjadi teladan, membuktikan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang bisa memperkaya kehidupan kita semua.
Nama : Florensia Angelina Wiling
Sekolah : SMPN 9 Surakarta
mediacirebon
Badrun Solikhun
Add comment