Soloensis

Berbeda tetapi Berteman

20230402_165653

Waktu  kelas 1 di SDn 1 Ngargoyoso, Karanganyar,  saya adalah satu-satunya murid yang beragama Kristen. Teman saya kebanyakan beragama Islam, hanya ada satu yang beragama Hindu. Meskipun demikian, teman-teman tetap mau bergaul tanpa membeda-bedakan agama. 

Sekalipun sudah terlampau lama, namun saya masih ingat kenangan-kenangan bersama teman-teman. Kami bermain, membeli jajanan, dan bahkan belajar kelompok seusai pulang sekolah. Belajar kelompoknya berpindah-pindah sehingga kami juga jadi mengenal keluarga masing-masing.

Padahal awalnya saya tidak mau bersekolah di SD tersebut karna  takut akan dikucilkan, karna hanya saya yang Kristen dikelas tersebut, namun karna itu adalah SD yang paling dekat dari rumah, jadi orang tua membujuk agar mau menimba ilmu disana. Namun ternyata teman-teman tidak mempersoalkan perbedaan agama. Lama-kelamaan saya merasa nyaman bersekolah.

Ketika ada pelajaran agama saya dan satu teman saya yang Hindu harus keluar kelas, karna saat itu guru agama Kristen untuk kelas saya belum ada. Saat itu saya sempat merasa sedih dan kesepian karna harus keluar kelas sedangkan semua teman-teman akrab didalam kelas. Namun setelah selesai pelajaran agama, mereka langsung keluar mencari saya untuk masuk kelas, saya masih ingat teman-teman menanyakan apakah saya baik-baik saja saat harus keluar pada jam pelajaran agama, pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup menghibur kesedihan saya, karna saya merasa mereka peduli.

Puji Tuhan akhirnya ada guru agama Kristen untuk mengajar dikelas saya, jadi waktu ada pelajaran agama saya tidak harus keluar kelas.

Pada saar Hari Raya Qurban, sekolah mengadakan  pemotongan kambing dan sapi. Sekalipun saya Kristen yang minoritas, namun mereka tetap peduli dengan membagikan qurban kepada saya juga. Saat hari raya Natal, sekolahpun juga mengadakan acara. Sekalipun jumlah keseluruhan murid Nasrani sedikit, namun pihak sekolah tetap mengizinkan untuk kami merayakan natal.

Ada cerita menarik perihal hubungan saya dengan teman muslim. Pada saat hari Minggu pagi teman saya mengajak main, namun karna saya ada ibadah teman-teman dapat menerimanya dan menundanya saat sudah selesai ibadah. Saya juga pernah mengajak teman-teman untuk bermain dimana saat itu ternyata bersamaan mereka harus ke masjid untuk TPA, saya memutuskan untuk menunggunya di luar masjid karna kami sudah janjian untuk bermain  setelah TPA selesai.

Hal-hal tersebut sangat berkesan bagi saya, terlebih saat itu kami masih sangat kecil, namun rasa saling menghargai satu sama lain sangatlah terasa. Saya berharap sikap toleransi itu akan selalu ada baik bagi kita semua dan generasi-generasi selanjutnya, agar bangsa dan negara kita Indonesia tetap damai, aman, dan sejahtera.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment