Soloensis

Menulis Itu Membebaskan

Seru, menggugah dan mencerahkan. Inilah barangkali kesan yang dirasakan oleh peserta “Workshop Kreatif Menulis Esai” yang diselenggarakan oleh LPJS ( Lembaga Pendidikan Jurnalistik Solopos ), pada ahad (19/3) di Griya Solopos, Jl. Adisucipto 190 Solo. Acara yang merupakan agenda rutin LPJS tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk memberikan sarana pembelajaran berupa workshop, in house training, konsultasi media serta outing class kemampuan jurnalistik dasar dan terapan yang selaras dengan motto harian Solopos sebagai induk dari LPJS yaitu “Meningkatkan Dinamika Masyarakat”. Kegiatan hari ini diikuti oleh sekitar 20 peserta yang berasal dari latar belakang profesi yang beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, profesional, pekerja bahkan ada peserta yang berprofesi sebagai tukang pijit tradisional. Yang jelas mereka memiliki hasrat yang sama yaitu menulis. Tentu saja dengan latar belakang yang berbeda-beda mengapa mengikuti workshop tersebut.

Tampil sebagai pemateri adalah jurnalis harian Solopos Syifaul Arifin dan Ichwan Prasetyo dan esais terkemuka Bandung Mawardi. Syifaul Arifin yang tampil sebagai pemateri pertama menyampaikan tentang bagaimana memanen ide untuk tulisan opini. Tulisan yang baik, menurut mas Syifaul Arifin, paling tidak memiliki empat kriteria, pertama, Ide yang baik, yaitu memenuhi kriteria antara lain orisinal, berdampak, unik, baru, bermanfaat. Selain itu memiliki informasi awal yang akan dipertajam menjadi topik dan penentuan sudut pandang. Kedua,, Tulisan yang berbobot, yang paling tidak memenuhi unsur-unsur antara lain informatif, benar, akurat dan objektif. Ketiga, Kepiawaian menyusun kalimat, yang berhubungan dengan jenis-jenis tulisan ( eksposisi, argumentasi, deskripsi, dan narasi), dan keempat, Kepiawaian berbahasa, yang terkait dengan menggunakan bahasa yang baku (KBBI) dan sedapat mungkin menghindari penggunaan istilah asing yang membingungkan pembaca.

Bagaimana menggali tema tulisan?

Tema tulisan bisa kita gali dari berbagai sumber, yang menurut mas Syifaul, bisa di dapatkan dari empat sumber yaitu momentum, berita lanjutan, petistiwa teragenda, dan berita berdasarkan fenomena. Momentum, misalnya pada musim penghujan banyak terjadi bencana banjir dan tanah longsor, yang bisa diangkat menjadi tulisan, tentu saja dengan penyajian yang menarik pembaca. Berita lanjutan, misalnya penduduk yang menghuni bantaran kali Ciliwung setelah mereka digusur dan dipindahkan ke rumah susun, bagaimana kehidupan selanjutnya. Apakah pindah dari bantaran kali menuju rumah susun menyelesaikan semua masalah atau malah menimbulkan masalah baru. Peristiwa teragenda, maksudnya adalah mengangkat tema tulisan yang biasanya setiap tahun selalu ada, misalnya tiap bulan April memperingati hari Kartini. Nah, tema inilah yang bisa diangkat menjadi tulisan, yang tidak hanya mengangkat sejarah Kartini semata, namun mengembangkan dalam konteks kekinian yang dihubungkan dengan cita-cita Kartini. Terakhir adalah Berita berdasarkan fenomena, misalnya yang saat ini jadi pembicaraan hangat adalah tentang peristiwa bunuh diri yang direkam secara live.. Fenomena yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu mengapa melakukan hal seperti itu. Apakah hal ini merupakan potret dari masyarakat kita yang sedang sakit ? Wajib diingat, dalam menulis opini, diupayakan untuk mengangkat hal-hal yang sedang aktual, trending dan kekinian karena pembaca akan lebih tertarik.

Menulis itu adalah ritual

Pemateri kedua adalah Bandung Mawardi, esais yang tulisan-tulisannya sudah menghiasi berbagai surat kabar terkemuka di Indonesia. Sebut saja Kompas, Jawa Pos, Suara Merdeka, Republika, dll. Pengalaman selama 10 tahun menggeluti dunia menulis itulah yang coba dibagi mas Mawar ( panggilan akrabnya ) kepada peserta. Dengan penyampaian yang santai dan lebih banyak menceritakan pengalaman menulis, menjadikan workshop ini lebih cair dan tidak terkesan menggurui. Ada satu hal yang diungkapkan oleh mas Mawar, bahwa ketika kita menulis untuk tujuan surat kabar dan ternyata tulisan kita belum di muat, janganlah menjadi alasan kita untuk tidak menulis. Kalau kita berhenti menulis hanya karena tulisan kita tidak dimuat, justru itu akan menunjukkan bahwa kita tidak sungguh-sungguh menulis. Menulis hanya dengan tujuan agar dimuat di surat kabar dan mendapat honor. Mas Mawar menegaskan bahwa proses kreatif, termasuk menulis, jangan dikotori dengan tujuan sempit berupa materi ( walau hal ini juga perlu hehee..), namun yang lebih penting bagaimana kita bisa mengaktualisasikan diri untuk selalu menulis. Termasuk apakah tulisan kita layak atau tidak, itu bukan urusan kita. Urusan kita adalah menulis, itu saja. Menulis merupakan ritual yang sakral begitu kata mas Mawar, karena melibatkan banyak aspek di dalamnya, mulai dari kreatifitas, motivasi diri, keberanian untuk bersuara lewat bahasa tulis dan yang terpenting, menyampaikan kepada pembaca lewat tulisan, apa yang sedang kita rasakan. Karena pada prinsipnya tulisan adalah refleksi dari apa yang dirasakan penulisnya.

Saatnya menuangkan gagasan

Menungkan gagasan, barangkali inilah problem yang banyak dialami oleh penulis-penulis pemula bahkan mungkin juga penulis senior. Bagaimana ide / gagasan yang ada di kepala yang bersumber dari pengamatan, hasil obrolan, membaca surat kabar dll kita tuangkan ke dalam tulisan. Inilah yang coba diterangkan oleh mas Ichwan Prasetyo selaku pemateri ketiga. Pengalamannya selaku “penjaga gawang” di redaktur Solopos yang salah satunya menyeleksi naskah-naskah yang dimuat di koran Solopos, memberikan banyak wawasan pada mas Ichwan. Banyak tulisan yang masuk ke meja redaksi dengan berbagai tema yang diangkat. Butuh kejelian untuk memilah dan memilih tulisan-tulisan yang masuk kriteria koran Solopos yang termasuk jenis koran harian. Karena harian maka diupayakan tulisan yang dimuat adalah tulisan yang kekinian, selalu menarik dan tentu saja mengikuti selera dari pembacanya.

Penulis esai/opini umumnya terus menrus menawarkan pandangan atas dunia ideal yang bertolak dari suatu fakta. Karenanya ada beberapa kiat yang bisa dilakukan bagi para penulis esai/opini yang bisa dicoba. Kiat dasarnya cukup sederhana, yaitu kita hanya membutuhkan “bahan dasar” yang terdiri dari ide, berfikir sistematis, data, dan fokus pada masalah. Jika keempat poin ini sudah kita miliki, maka insha Allah menulis bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah. Perlu kiranya di sini disampaikan juga tips menulis dari Goenawan Mohamad sebagai penyemangat kita dalam menelorkan ide-ide kreatif kita dalam bentuk tulisan, diantaranya:

Harus mendisiplinkan pikiran

Tahu siapa pembaca kita

Bergairah untuk bercerita

Tentukan topik, kerangka cerita

Harus spesifik

Harus banyak menggunakan sinonim, dan

Harus ada ritme dalam bahasa dan komposisi.

Nah, saatnya bagi jiwa-jiwa yang ingin menuangkan hasrat menulisnya, ambil dan mainkan penamu, menyelamlah di lautan imajinasi dan juga ide-ide kreatifmu, bebaskan diri menembus batas ruang dan waktu, karena menulis itu membebaskan….

Apakah tulisan ini membantu ?

rusdi

Guru sejarah MAN 1 Solo yang memiliki passion di bidang literasi dan fotografi, dua dunia yang saling mengisi dan melengkapi. Ingin selalu berbagi dengan orang lain lewat tulisan dan jepretan mata kamera.

menulis adalah pengembaraan jiwa mengasyikkan yang melewati ruang dan waktu. fotografi menjadi bumbu penyedap dari tulisan yang dibuat.

memiliki obsesi bisa membuat buku yang diterbitkan penerbit mayor dan membuat buku foto.

motto:
"menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi".

View all posts

Add comment