Soloensis

TOLERANSI DALAM PERBEDAAN SUKU DAN AGAMA

images

 

Papiku adalah orang Jawa yang beragama Islam. Ketika papiku bersekolah di sekolah dasar, papiku pindah dari SD Negeri Gondowijayan Solo ke SD Kristus Raja Jayapura. Papiku pindah sekolah ke Jayapura karena mengikuti bapaknya yang pindah tugas disana. Orangtua papiku adalah kakekku, beliau adalah seorang militer yang ditugaskan di Papua. Ketika di Jayapura, papiku yang masih duduk di bangku sekolah dasar mendapatkan sekolah dasar Katholik, namanya SD Kristus Raja. Di SD ini, tidak semua muridnya beragama Katholik, bahkan murid-muridnya pun banyak dari berbagai macam suku. Ada yang berasal dari suku Jawa, Sunda, Batak, Minang, Makassar, Bugis, Manado, Toraja, Ambon. Dan bahkan putra daerah Papua banyak yang bersekolah di SD tersebut.

Mungkin tidak semua sekolah akan mendapati keberagaman suku maupun agama seperti di Jayapura ini. Walaupun secara umum bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dengan logat daerah. Sehingga ketika papiku masuk ke sekolah tersebut, tidak mendapatkan kesulitan dalam bahasa maupun pergaulan. Hanya logat bahasanya saja yang tidak terbiasa, karena itu memang unik dan khas.

Ada yang menarik lagi di sekolah tersebut, yaitu tentang pelajaran agama. Dimana murid-murid di sekolah tersebut menerima pelajaran agama Katholik. Walaupun ada murid-murid lain yang beragama Islam atau yang lainnya, tetapi dalam pelajaran agama mereka tidak dibedakan. Bahkan untuk mengenalkan lebih detail tentang agama Katholik, setiap 3 (tiga) bulan sekali semua murid dibawa ke gereja Katredal. Di gereja tersebut, bagi murid-murid yang beragama selain Katholik duduk dibangku paling belakang dan menyaksikan kegiatan-kegiatan Sakramen yang hanya diperuntukkan bagi murid-murid yang beragama Katholik saja. Sehingga bagi papiku yang beragama Islam mengerti benar bahwa tahapan-tahapan yang dikhususkan bagi murid yang beragama Katholik tidak boleh dilakukan oleh agama lain atau tidak diperkenankan tata caranya. Papiku dan teman-teman lainnya yang bukan beragama Katholik hanya menyaksikan saja tanpa harus melakukannya. Disitu papiku ditunjukkan bagaimana penghargaan terhadap agama lain, menghargai keberagaman serta tidak memaksakan kehendak dan keyakinan agama tertentu. Sehingga semuanya berjalan dengan rukun, damai, indah, nyaman dan membahagiakan.

FADHILLAH QURROTA’AYUN

SMP NEGERI 2 SURAKARTA

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment