Soloensis

Perbedaan menguatkan

New Project [FB37AAC]

Mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew pernah berkata “Saya belum pernah tahu akan seseorang yang menjadi seorang pemimpin dari sebuah kursus kepemimpinan.” Intinya beliau berkata bahwa seorang pemimpin menjadi pemimpin bukan karena dilatih tapi karena pengalaman. Hal itu yang saya alami selama 1 tahun lebih menjadi ketua OSIS di SMA Negeri 1 Mojolaban. Menjadi seorang ketua OSIS atau pemimpin dari sebuah organisasi sekolah bukan pekerjaan yang mudah. Tidak sesederhana seperti sinetron remaja, dielu-elukan dan menjadi terkenal dan dimudahkan segalanya. Saya harus membagi hati untuk banyak kepala. Saya dipaksa oleh keadaan, terpaksa menjalankan kegiatan dan terbiasa menghadapi semua hal dengan lebih bijaksana dibandingkan dengan teman-teman seusia saya. Banyak hal yang saya temui selama saya menjadi ketua OSIS. Salah satunya adalah menghadapi perbedaan entah itu perbedaan pendapat, perbedaan sikap dari teman ataupun guru yang saya hadapi, ataupun perbedaan keadaan yang saya hadapi sebelum dan sesudah menjadi ketua OSIS.

Walaupun ritme hidup saya berubah, menjadi lebih cepat, saya merasa bahagia karena bisa menyalurkan passion saya yaitu belajar berorganisasi dan bersosialisasi dengan orang lain. Sebagia mimpi saya ketika masih SD untuk berkecimpung di dunia kerja dengan nuansa disiplin sedikit terpenuhi. Namun terkadang saya juga merasa sedih jika menghadapi teman-teman yang notabene lebih senior dari saya yang tidak mau mentaati peraturan yang sudah dibuat dan disepakati bersama. Sebagai salah satu contoh yaitu ketika setelah ditunjuknya SMA negeri 1 Mojolaban sebagai sekolah berintegritas, OSIS berinisiatif untuk membuat kesepakatan bersama dalam rangka peningkatan kedisiplinan murid dan warga sekolah. Pada salah satu poin disebutkan bahwa jika murid masuk pada jam 07.00 pagi tepat dan murid harus menggunakan atribut sekolah lengkap. Namun pada kenyataannya dalam satu hari masih banyak murid yang datang terlambat bahkan tidak memakai atribut yang lengkap. Setelah era kurikulum merdeka sudah diketahui bersama jika ditiadakan hukuman bagi murid menyulitkan bagi pengurus OSIS untuk menegakkan kedisiplinan, sehingga pelanggaran yang dilakukan oleh oknum murid sulit untuk dihindarkan.

Menghadapi fenomena itu terjadi banyak perdebatan di antara pengurus OSIS itu sendiri. Sehingga saya sebagai ketua OSIS merasakan hal ini sebuah tantangan yang berat bagi saya. Karena bagaimanapun seorang pemimpin yang baik harus bisa menampung semua aspirasi sekaligus memfasilitasi anak buah ataupun rekan sejawat untuk mencari solusi yang paling tepat dari masalah yang dihadapi.

Oleh karena itu saya kembalikan kembali pada sebuah kata bijak bahwa “Jika Tuhan tidak menciptakan perbedaan, maka kita tak akan pernah belajar sesuatu.” Saya anggap perbedaan yang saya hadapi adalah pelajaran hidup yang bisa menempa diri saya menjadi lebih baik. Saya percaya jika kita berfokus pada perbedaan, maka kita akan saling bersinggungan dan terpecah belah. Namun jika kita fokus pada banyaknya solusi yang bisa kita temukan dari perbedaan tersebut, kita akan semakin kuat. 

 

Berkaca dari pengalaman kakak kelas ataupun mantan ketua OSIS dahulu saya banyak belajar bahwa untuk mencari solusi kita harus bisa membagi hati dan perhatian dengan tidak hanya satu orang tapi lebih banyak orang untuk mendiskusikan masalah dan mencari solusi yang paling tepat akhirnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh tim kedisiplinan saya pun merangkul semua unsur pengurus OSIS termasuk menampung saran dan aspirasi dari teman-teman di luar pengurus OSIS untuk menyelesaikan masalah kedisiplinan tersebut saya percaya bahwa setiap individu mempunyai sisi baik dan mempunyai ide yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Anugerah bhakti wijaya Anugerah bhakti wijaya

    Add comment