Soloensis

Beda Tetap Bisa Bersama

20240326_074301_0000

Indonesia adalah negara yang kaya akan tradisi dan budaya, sehingga tak terelak dari perbedaan suku bangsa, adat istiadat, agama dan kepercayaan, sosial budaya, suku dan ras, dan masih banyak lagi. Indonesia memang kaya akan keberagaman. Keberagaman timbul akibat faktor geologis, historis, dan juga faktor komunikasi dan transportasi.

Indonesia memiliki semboyan “keramat”, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Maka dari itu, keberagaman adalah hal yang mutlak wajar dan identitas bangsa Indonesia. Terkadang perbedaan yang dikarenakan keberagaman bisa menimbulkan konflik, sehingga bisa menyebabkan kekacauan, ketimpangan, bahkan pertikaian dan kekerasan. Namun seiring keterbukaan pemikiran orang Indonesia, keberagaman dinilai sebagai energi potensial yang positif.

Di era modern ini, keberagaman keyakinan semakin terlihat dalam kehidupan masyarakat, contohnya dalam lingkup pertemanan. Perbedaan agama dalam pertemanan ini saya temukan di sosok Kezi dan Nadia. Mereka adalah adik kelas saya sewaktu SMP.

Jadi, ceritanya Kezi adalah adik kelas saya yang sangat ceria dan dia tidak membeda-bedakan teman seperti kebanyakan anak. Baginya, berbeda itu tidak suatu hal yang patut dipersoalkan dalam suatu pertemanan, yang terpenting adalah kita bisa memberikan dampak positif ke lingkungan sekitar, terutama pada teman.

Nadia menganut suatu kepercayaan. Walaupun dia memiliki kepercayaan berbeda, dia tidak merasa insecure ataupun minder. Bagi Nadia, pemilihan agama dan kepercayaan adalah hal pribadi, namun pertemanan lebih mementingkan kepribadian atau karakter. Perbedaannya bukanlah pembeda dalam kehidupan sosial.

Kezi adalah pemeluk agama Islam, sedangkan Nadia adalah seorang pemeluk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan ritual dan tradisi yang berbeda. Tentu saja kita asing dengan kepercayaan itu, begitupun teman-teman sekelasnya, terlebih lagi saya. Meskipun kita tahu bahwa da banyak kepercayaan di Indonesia itu seperti kejawen, Sunda wiwitan, marapu dan masih banyak lagi, kita tidak terlalu paham apa dan bagaimana. Kalau dibuku yang pernah saya baca, keyakinan adalah suatu bentuk kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan masing-masing dalam memecahkan berbagai macam masalah, sedangkan agama adalah sistem kepercayaan kepada tuhan yang dianut kapada seseorang. Apapun itu dari Kezi dan Nadia saya mendapat suatu pelajaran.

 

Meskipun berbeda keyakinan mereka tetap menjaga toleransi agar pertemanan yang dijalin tetap rukun dan damai. Seperti yang dilakukan Kezi dan Nadia untuk menjaga toleransi ini dengan cara saling membantu apabila sedang lagi kesusahan atau sedang ada musibah. Kezi dan Nadia tentu memiliki perbedaan pengetahuan religi. Katakanlah Nadia yang memiliki pemahaman yang sangat baik dalam hal alam dan leluhur karena dalam keyakinannya mereka memuja alam dan leluhur, dan hidup selaras dengan alam. Sedangkan Kezi mengimani agama Islam, sehingga memiliki ketaatan dalam beragama dan beriman kepada Allah SWT serta  mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.

Suatu hari, ketika Kezi sedang melaksanakan ibadah dan mendengarkan kajian di masjid sekolah, Nadia tidak mendesak-desak untuk pulang dengan menyegerakan  temannya menyelesaikan kegiatan spiritualnya. Bahkan Nadia rela hati menunggu Kezi hingga ibadahnya selesai. Bahkan, Nadia membantu Kezi untuk membereskan peralatan sekolah Kezi agar mereka bisa pulang bersama dengan cepat, begitupun setelah Kezi selesai mereka pulang bersama.Terkadang Kezi juga menunggui Nadia sampai dijemput oleh ayahnya di hari-hari tertentu. Terkadang juga  teman-teman yang lain bingung dengan keyakinan Nadia, tetapi sikap Kezi seolah tidak terpengaruh untuk mempertanyakan itu, karena bagaimanapun masalah agama dan keyakinan adalah hak pribadi dan asasi. Kezi menerima apapun dan bagaimanapun Nadia, karena baginya Nadia anak yang baik dan memberi pengaruh yang positif. Bahkan terkadang Kezi juga memberitahu kepada teman-temannya agar bisa menerima Nadia karena memiliki kepercayaannya sendiri dan itu adalah pilihan hidup yang harus dihormati.

Inilah kisah Kezi dan Nadia. Persahabatan mereka menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan dan kepercayaan bukanlah perbedaan yang tidak menimbulkan konflik dan sengketa. Peristiwa keberagaman sangat dekat dan lekat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini makin  menyadarkan bahwa perbedaaan keberagaman agama dan keyakinan bukanlah hal yang penting untuk dipersoalkan. Yang terpenting adalah bagaimana membina hubungan baik dengan saling membantu dan menguatkan dalam situasi apapun, yaitu saling menghargai. Toleransi antar keyakinan dalam pertemanan bukanlah halangan untuk menjalin hubungan yang harmonis.

 

 

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment