Soloensis

Senangnya Punya Teman From solo

people-holding-diverse-religious-symbols-illustration_53876-66142
Gambar: Freepik

     Hai, Nama aku Reva, aku berasal dari Lampung, aku tinggal di Lampung hanya sekitar empat (4) tahun saja. Setelah itu aku dan sekeluargaku pindah ke Solo. Pertama kali aku datang ke Solo rasanya sungguh aneh dan benar-benar terasa asing. Di Solo itu sangat berbeda dengan di Lampung yang mana banyak sekali perbedaannya, mulai dari kebiasaannya, cara bicaranya, penggunaan bahasanya, bahkan makanannya juga berbeda.

     Jadi aku itu dulu tidak TK, aku langsung masuk SD, nah waktu pertama kali aku masuk SD di Solo aku sangat terkejut karena bahasa yang dipakai teman-teman ku dan guru-guru ku itu sangat asing bagi ku, tapi aku tetap berusaha mengakrapkan diri dengan teman-teman ku ya meski terkadang aku juga perlu bertanya “eh emang itu artinya apa?”, terkadang aku malu dengan diriku sendiri karena berbeda dengan teman-temanku.

     dan dulu aku juga pernah di bully karena mereka yang membully ku itu mengejek “huu anak bodo! bahasa jawa tu gampang gitu aja gak bisa!”, tapi aku tidak pernah peduli pada mereka aku hanya berfikir *LOH BEDA ITU MALAH BAGUS DONG” ya dulu itulah prinsip ku *perbedaan bukan penghalang untuk kita berteman*. Dan dulu ada juga teman- teman yang masih sangat baik kepada ku dam mereka tidak mempedulikan perbedaan, tapi mereka takut jika para pembully itu sudah mulai membully ku. Jadi sewaktu SD aku hanya berteman biasa dan tidak pernah curhat kepada teman-temanku sewaktu SD.

     Saat aku sudah menginjak SMP ketakutan ku pun datang kembali, aku mulai merasa takut untuk berteman dengan mereka. Lalu MPLS pun tiba dimana banyak sekali orang-orang baru yang benar-benar berbeda saat aku SD dulu, dimana sewaktu SD banyak teman yang lebih dahulu mendekati ku. Aku selelu merasa tidak percaya diri dengan semua perbuatan ku dan semua ucapan ku. Setelah MPLS selesai ditentukanlah kelas tetapku, yang mana kelas itu akan aku tempati selama tiga tahun kedepan. Waktu itu aku belum mengenal siapa-siapa dan benar-benar asing dengan bahasa mereka, aku jadi teringat sewaktu SD dahulu.

     Aku pun berfikir dan berkata di dalam hati “kenapa aku sebodoh ini dengan bahasa jawa?”  lalu ada guru yang waktu itu mengajar kelasku dan berkata “anak-anak kalau berbicara dengan guru menggunakan bahasa yang halus ya (krama halus)” nah disitulah aku benar-benar malu dan merasa rendah diri karena tidak bisa memakai bahasa jawa yang halus, ya meski guruku juga berkata boleh menggunakan bahasa Indonesia tapi tetap aku merasa rendah diri dengan ucapanku.

     Setelah aku berusaha berkenalan dengan baik dan aku juga memberi tahu kekurangan ku, yang mana aku belum bisa bahasa jawa. Setelah itu akupun bertemu dengan teman-teman yang super baik dan mereka sangat menyenangkan. Ya meski kita berbeda satu sama lain, dari kepribadian, agama, dan kesukaan kita masing-masing. Kita berempat selalu bersama, terkadang kita juga disebut sirkel paling Top, padahal didalam pertemanan kita ada yang Islam dan juga ada yang Nasrani, nah aneh nya yang Nasrani itu hanya ada satu, tapi teman ku yang Nasrani tetap inging berteman dengan kita bertiga yang berbeda agama dengan dirinya. Mereka berempat selalu memberi suprot kepadaku dan itu membuat ku sangat bahagia.

     Dan dari mereka berempat aku lebih dekat dengan salah satu dari mereka yang mana dia benar-benar berbeda denganku, yap, benar! dialah teman dekatku yang beragama Nasrani, sedangkan aku beragama muslim, dia berkulit coklat, sedangkan aku berkulit kuning bengkoang, dan ibuk nya adalah guru bahasa jawa, sedangkan ibukku hanya kerja di kantor. Aku sangat kagum dengen nya, kita sering memberi saran satu sama lain, dia juga bisa memberi saran yang baik untuk aku. Dan dia juga selelau berkata *kamu gak bisa bahasa jawa atau bahasa inggris gak ada masalah kok* itu lah kalimat yang membuat aku senang. Aku pun sadar bahwa kelemahan kita itu bisa dijadikan penyemangat untuk kita bisa berbuat yang lebih baik

     Aku dan dia juga sering memberi pengalaman, mulai dari pengalaman ku di Lampung dan pengalaman dia di Solo. Dan dia memiliki sikap toleransi yang tinggi, hingga membuat ku kagum dengannya. Misalkan, saat itu sudah waktu nya solat aku terkadang sering lupa untuk beribadah tetapi dia selalu mengingatkan aku untuk solat, bahkan dia mau menemani ku dan mau menunggu ku selesai solat, lalu saat aku lupa berdoa sebelum makan dia selalu mengingatkanku untuk berdoa terlebih dahulu, walau doa kami juga pasti berbeda tapi dia tetap mau mengingatkanku untuk selalu berdoa.

     Dia juga selalu melindungi ku jika ada yang mengejek ku, dia juga selalu membantuku jika sedang kesulitan berinteraksi dengan anak kelas lain yang berbahasa jawa. Dan dia juga selalu berusaha membantu ku untuk lancar berbahasa jawa dan berbahasa inggri,  ya terkadang meski dia sedikit emosi dengan ku tapi aku selalu bahagia dan bangga memiliki teman seperti dia. Keluarga dia juga sangat baik kepadaku yang beragama Islam, waktu itu aku sedang bekerja kelompok dirumah dia, dan sudah memasuki waktu zduhur dia pun lagi-lagi mengingatkan ku untuk solat, tapi aku bingung boleh atau tidak aku solat di rumah nya, tetapi ibuk nya dia malah berkata “dek mau solat?, solat sini saja!, udah bawa mukena belum?, kalau belum tante pinjamkan tetangga tante dulu ya!..” aku pun terkejut, wahh ternyata orang Nasrani itu baik, dan tidak semua orang Nasrani itu membeda-bedakan agama, mereka juga peduli kepadaku yang beragama Islam.

     Nah, pernah suatu ketika kita berdua ingin bermain bersama, waktu itu aku mengajak dia di hari Minggu. Lalu dia menolak ku dengan sopan bahwa jika hari minggu dia tidak bisa bermain karena ada ibadah dan dia memgajak ku bermain untuk lain kali, aku pun malu dan meminta maaf kepadanya dan setuju untuk bermain lain kali.Tapi seharus nya aku tidak usah malu, dan seharusnya aku juga lebih menghargai nya.  Aku jadi teringat waktu dia pernah mengajakku untuk bakar-bakar di malam hari, pada saat itu aku juga menolak dia karena aku ada ngaji dimalam hari. Di dalam hati ku aku berbicara “ternyata punya teman beda agama ada bagus nya ya!, kita jadi bisa memahami satu sama lain dan bisa menghargai satu sama lain”.

     Dan dia juga berusaha memahamiku dengan dia berbicara menggunakan bahasa Indonesia, dia tahu bahwa aku belum bisa berbahasa jawa, tetapi dia tetap tidak mempermasalahkan tentang itu. Dia orang nya juga sangat berjiwa kepemimpinan, bahkan dia sekarang menjadi ketua osis. Tapi hebatnya dia tidak sombong dengan apa yang dia dapatkan. Dan juga dia sangat menghargai paslon lain saat pilketos, dia tidak menjelek jelek kan paslon lain, padahal paslon lain itu ada teman kelasnya sendiri tapi dia tetap memahami dan menghargai paslon lain. Wah dia memang hebat, padahal waktu itu aku lah yang malah marah saat sikap paslon lain yang tidak baik, tapi dia malah memarahiku dan berkata *Va udah biarin aja, nama nya juga kita beda paslon, udahlah jalani aja kalau kita digituin*.

     Dia pernah berkata kepadaku, bahwa dia kagum dengan ku karena aku pintar dalam pelajaran. Aku pun merasa senang bahwa dia kagum kepada ku. Aku juga sering mengajari dia jika dia tidak faham dengan mata pelajaran yang sedang diterangkan. Dia juga selalu memberi semangat kepada ku, dia tahu bahwa aku memiliki keluarga yang hancur, tetapi dia selalu memberi saran untuk selalu bersabar apapun yang terjadi. Kita juga sering curhat bareng tentang apapun itu ya contoh nya crush yapp orang yang kita sukai. Dan dia juga memberi saran kepadaku untuk tidak berpacaran terlebih dahulu karena kita masih SMP. Aku pun menerima semua sarannya dengan seneng hati dan benar-benar berterima kasih kepadanya.

     Aku menyadari ternyata perbedaan itu memang benar ada, buktinya ya dari aku memiliki teman beda agama aku memiliki teman beda pulau dan waktu itu aku ingin bermain dengan dia, dia menunjukkan ada makanan khas Solo yaitu Nasi Liwet dan aku diajak untuk makan Nasi Liwet aku pun terkejut ternyata makanan khas Solo itu memang enak dan ad rasa yang khas dari Nasi Liwet yaitu Nasinya yang memiliki rasa gurih. Nah ternyata itu juga termasuk perbaedan! Dan aku juga pernah diberi tahu tentang Mangkunegaran yang mana itu adalah kerajaan di Solo. Berkat teman ku yang banyam memberi aku pengetahuan tentang Solo aku pun menjadi sangat penasaran tentang Solo.

Aku tidak pernah menyangka bahwa aku berteman dengan teman yang berbeda agama. Karena disekitar rumah ku itu hanya ada orang muslim jadi aku benar-benar tidak menyangka. Tetapi aku pun sadar bahwa semua perbedaan yang ada itu busa menjadi sesuatu yang membuat kita dekat dengan bermacam perbedaan karena Indonesia adalah neagara yang sangat beranekaragam budaya. Tentu kita tidak boleh membeda bedakan, mau itu membedakan agama, kebiasaan, warna kulit, makanan khas, cara bicara dan bahasa sehari hari yang kita gunakan. Dan tidak semua keinginan kita bisa terwujud, jangan pernah memaksakan sesuatu hal yang kita tidak mampu, tetap bersyukur pada apapun yang diberi oleh tuhan, dan jadikan segala peristiwa menjadi sebuah pengalaman yang baru untuk kita bisa berubah menjadi yang lebih baik.

Sekian Terimakasih. Kepada bapak, ibu guru, dan Kakak-kakak SOLOPOS.

Hasil bercerita tentang pengalam ku (Reva) tentang: Perbedaan itu bukan penghalang untuk kita tidak bisa berteman. 

Jangan lupa ya teman teman para pembaca, jadikan ini untuk menambah wawasan dan pengalam yang lebih luas lagi untuk kalian dari sebelumnya.

Bila ada kata/ kalimat yang masih kurang tepat/ masih kurang pas untuk para pembaca, saya minta maaf yang sebesar besar nya Assalamualaikum wr.wb. and Salom.

Nama: Reva Putri Natamenggala

Sekolah: SMPN 18 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment