Soloensis

Paskah di Bulan Ramadhan, TK Pembina Cawas Beribadah dalam Kebhinekaan

Foto Buber Paskah TK PEMBINA
Guru dan Peserta Didik TK Pembina Barepan, Cawas, Klaten dalam kegiatan Buka Bersama sebagai Puncak Pembelajaran Projek Penguatan Pelajar Pancasila Tema Bhineka Tunggal Ika.

Hasil Pendidikan Tertinggi adalah Toleransi” – Hellen Keller

Senin, 1 April 2024 tepat pukul 16.00 WIB di kediaman ibu Sumarsini, Kepala TK Pembina Barepan, dukuh Kalangan, desa Tugu, kecamatan Cawas, kabupaten Klaten diadakan kegiatan buka bersama. Kegiatan ini dihadiri guru, siswa -siswi TK Pembina Barepan, Cawas dan orang tua anak.

Di dalam rumah dengan aksen khas Jawa, sekumpulan anak-anak usia 4 tahun sampai dengan 5 tahun berbaur dengan penuh keceriaan. Bagi anak perempuan yang beragama Islam memakai kerudung, laki-laki memakai baju koko lengkap dengan peci.

Anak-anak yang beragama nasrani memakai baju bebas dan rapi. Khusus untuk anak-anak Nasrani perempuan diarahkan memakai pakaian tertutup, bukan baju tanpa lengah, dan rok atau celana pendek. Hal ini merupakan bagian pembelajaran untuk menghormati ibadah teman-teman muslim.

Sekumpulan ibu-ibu, orang tua peserta didik, duduk bersila berjajar di teras depan rumah beralas tikar. Sedangkan Sebagian turut membantu menyiapkan makanan untuk buka puasa. Cerita berbagi waktu antara membersamai anak-anak dan menyiapkan takjil untuk masjid desa hingga menu berbuka untuk keluarga turut mewarnai kehangatan sore hari meskipun diselimuti langit mendung.

Pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Kegiatan ini merupakan puncak dari pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Bhineka Tunggal Ika. Rangkaian acara kegiatan dengan mengusung tema “ Indahnya Beribadah dalam Kebhinekaan” ini diantaranya pengajian bagi anak beragama Islam, Paskah bersama untuk anak Nasrani, indahnya berbagi, tukar kado, buka bersama, dan salat magrib berjamaah.

Anak-anak yang beragama Islam mendapat ilmu tentang tata cara melaksanakan salat idul fitri. Mereka begitu khidmat mendengarkan bahkan sangat interaktif, kompak menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan pemantik yang dilontarkan Bu Winarsih selaku guru agama.

Suasana semakin meriah ketika Bu Winarsih, Bu Widi Prastiwi, dibantu Bu Bayati melakukan ice breaking dengan tepuk anak sholeh, lagu nama-nama neraka, dan lagu Bahasa Arab. Para anak semakin antusias pada sesi hafalan surat pendek, doa, dan hadist. Mereka berlomba-lomba mengangkat tangan setinggi-tingginya agar mendapat kesempatan untuk menyampaikan di depan dan mendapat hadiah.

Kayla, Meca, Fathan adalah salah satu kelompok diberi kesempatan untuk melafalkan doa orang tua. Mereka membentuk lingkaran kecil, memegang microphone, dan kompak melafalkan doa beserta artinya. Atas keberhasilan itu mereka mendapat hadiah berbentuk tabung yang dibungkus dengan kertas payung warna coklat.

Ada kelompok yang melafalkan hadist, menghafal Al-fatihah, surat An-Naas, doa kebaikan dunia akhirat, doa minta surga, dan doa minta sehat badan.  Semua murid berhasil menuntaskan tantangan yang diberikan guru pada sesi ice breaking. Beberapa orang tua berusaha mengabadikan momentum ini. Ada perasaan haru dan bangga menyaksikan anak-anak berproses dan berprogres dalam pendidikannya.

Meskipun acara ini dikemas dalam kegiatan buka bersama, namun tidak mengabaikan kebutuhan belajar anak-anak yang beragama Nasrani.

Di ruang lain, sekelompok anak yang beragama Nasrani melaksanakan pujian sebagai bagian dari perayaan hari Paskah yang jatuh pada Minggu, 31 Maret 2024. Di bawah bimbingan ibu Yasinta Meiria Ekawati anak belajar menulis kartu ucapan Selamat Hari Paskah. Tidak kalah antusias dengan anak yang beragama Islam, mereka juga berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapat hadiah.

Indahnya Berbagi, Dari Kita untuk Kita

Momentum Paskah di bulan Ramadhan merupakan simbol beribadah dalam kebhinekaan.  Beberapa anak beragama Islam menghampiri anak-anak Nasrani. Mereka menyampaikan ucapan selamat Paskah sembari tersipu-sipu malu tanda bahwa mereka sebenarnya tidak mengetahui artinya. Terlihat lucu tetapi sangat bermakna.

Lepas dari itu, hal yang membanggakan dalam proses ini adalah pembelajaran toleransi. Mengenalkan anak tentang keragaman agama dan cara beribadah agar mereka tumbuh untuk menghargai setiap perbedaan yang ada disekelilingnya.

Indahnya berbagi turut mewarnai pembelajaran memaknai keberagaman. Pembiasaan infaq yang dilakukan setiap hari Kamis oleh anak-anak yang beragama Islam diwujudkan dalam aksi nyata yaitu berbagi bingkisan kepada anak yang membutuhkan.

Ibu Yasinta selaku pengendali kegiatan sesi berbagi memberikan penjelasan kepada anak-anak dan orang tua yang mendampingi berkaitan dengan pemanfaatan dana infaq.

Anak-anak yang dinilai berhak menerima bingkisan dimita untuk ke depan. Sekolah membuat kebijakan bahwa yang menyerahkan bingkisan tersebut juga dari anak-anak, mengingat dana infaq berasal dari anak-anak, dari kita untu kita.

Penyerahan bingkisan diwakili oleh beberapa anak. Ibu Yasinta membimbing anak-anak menyampaikan kalimat positif “semoga bermafaat” dan “terima kasih”. Menurutnya ada tiga kata kunci untuk menjadi anak baik yaitu maaf, tolong, dan terima kasih.

Tidak hanya anak-anak yang beragama Islam yang dilibatkan dalam aksi berbagi ini. Anak-anak yang beragama nasrani juga diberi kesempatan yang sama untuk merasakan indahnya berbagi.

Membangun toleransi sejak dini merupakan salah satu tujuan yang akan dicapai dari pendidikan yang diselenggarakan di TK Pembina Barepan, Cawas. Memberikan gambaran nyata tentang perbedaan selalu disisipkan dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Bertukar Kado Tanpa Membedakan Agama

Salah satu rangkaian acara kegiatan buka bersama adalah bertukar kado. Semua anak diwajibkan membawa kado senilai Rp 10.000,00 berupa aneka makanan ringan.

Menjelang waktu berbuka puasa, semua anak dikumpulkan baik yang beragama Islam maupun Nasrani. Mereka membuat lingkaran. Salah satu guru memberikan instruksi untuk mengambil kado yang telah disiapkan dari rumah. Anak-anak berpencar mengambil kado dari tas masing-masing lalu kembali ke tempat semula.

Ibu Widi Prastiwi yang memimpin kegiatan ini memberi instruksi agar anak-anak duduk rapi bersila. Menyampaikan peraturan bertukar kado yaitu rotasi dari kiri ke kanan, hitungan ke satu, kado diangkat dengan tangan kanan, hitungan ke dua dan seterusnya kado mulai diputar ke teman di sebelah kanan.

Suasana mulai ramai karena tidak sedikit anak-anak yang bingung. Hitungan sudah berjalan tetapi kado ada yang belum diputar sehingga menumpuk. Guru-guru yang berada di belakang barisan anak-anak sigap membantu untuk mengondisikan.

Kado-kado sudah berpindah tangan, dari yang mempunyai kepada yang mendapatkan tanpa melihat perbedaan agama. Anak-anak antusias membuka kado yang mereka dapatkan.

“Aku nggak suka ini, buat kamu aja”. Celetuk salah satu anak Perempuan berjilbab navy sambil menyerahkan susu kedelai kemasan kepada salah satu temannya.

“Kamu mau tukar apa?” sahut anak kecil berjilbab putih itu dengan penuh keramahan.

Salah satu percakapan sederhana penuh makna yang dilakukan oleh anak-anak di dalam ruangan itu. Mereka memahami indahnya berbagi. Hampir semua anak memahami apa yang disukai dan tidak disukai. Memberi tanpa mengharap kembali. Mengganti agar kawan tidak rugi.

Menikmati Suasana Buka Bersama

Kolaborasi yang apik antara sekolah dengan orang tua merupakan salah faktor penentu keberhasilan nilai Pendidikan. Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam kegiatan buka bersama ini tidak lepas dari peran sebagian orang tua yang terlibat menyiapkan menu buka puasa.

Tidak melihat latar belakang sosial, ekonomi, dan agama. Tidak ada rasa iri atau ‘meri’. Semua berpangkal dari keiklasan tanpa paksaan. Gorengan bakwan, kurma, dan es kopyor hadir sebagai takjil berbuka pusa.

Soto santan ditemani tempe, tahu, dan sambal kecap sebagai menu utama. Tentang soto santan ini pun menjadi bahan diskusi yang menarik sebelum dieksekusi. Ada yang menafsirkan kare, ada yang menafsirkan soto lamongan. Bahkan ada yang berpendapat jika cita rasa soto lamongan tidak cocok untuk lidah orang Klaten.

Inilah keberagaman, perkara Soto saja banyak persepsi. Namun demikian, tidak membuat perpecahan. Justru menambah pengetahuan dan pengalaman. Cita rasa boleh berbeda tetapi tidak mengganggu selera.

Sembari menunggu salat Maghrib berjamaan. Ibu-ibu yang berhalangan menjalankan ibadah dibantu dengan ibu-ibu nasrani menyiapkan menu berbuka puasa. Setelah salat berjamaah selesai, ibu-ibu yang bertugas menghidangkan makanan mulai membagikan soto kepada anak-anak, orang tua, dan guru. Semua berkumpul menjadi satu menikmati hidangan diselingi canda dan tawa.

Mengajarkan nilai kebersamaan dan toleransi, anak-anak nasrani juga tidak diizinkan makan dan minum sebelum waktunya berbuka puasa. Mereka memahami dan mematuhi peraturan yang diberlakukan. Tak jarang terlihat anak-anak tak sabar ingin menikmati snack dari hasil bertukar kado. Namun, mereka berhasil mngalahkan keinginannya untuk menghormati teman-teman yang sedang belajar berpuasa.

Kegiatan diakhiri dengan bersih-bersih bersama. Saling membantu membawa piring kotor ke dapur, melipat tikar dan mengumpulkan sampah plastic snack atau gelas air mineral. Semua memiliki tanggung jawab yang sama tanpa memandang status sosial dan ekonomi. Apa yang dilakukan ini merupakan bentuk keteladanan bagi anak-anak.

Kesan Ceria Kayla

“Aku seneng banget, besok belajar seperti ini lagi ya, seru!” celoteh ceria Kayla selama perjalanan pulang. Diantara gerimis hujan ia bercerita, “Dulu, aku pernah didorong sama temanku sampai jatuh, dia besar, aku kecil, kemudian disuruh Bu Guruku untuk memaafkan, sekarang kita jadi bestie”.

Keceriaan dan ketulusan disampaikan dari nada bicaranya yang polos. Gadis kecil berjilbab putih, Kayla, tak hentinya bercerita tentang pesan yang selalu disampaikan gurunya. Tidak boleh saling mengejek, saling memukul, harus saling menolong dan menyayangi antar teman.

Mengenalkan hari raya Paskah kepada anak-anak yang beragama Islam dan ibadah puasa kepada anak-anak Nasrani merupakan aksi nyata yang dilakukan TK Pembina Barepan, Cawas untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai sejak dini.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment