Soloensis

SOLOPOS PEKA AKAN KREATIFITAS GENERASI MUDA SOLORAYA

Tak terasa sudah 18 Tahun Solopos mengiringi kehidupan Masyarakat Surakarta dan sekitarnya. Selama 18 Tahun Solopos selalu memberikan informasi yang aktual dalam berbagai bidang dengan tetap memperhatikan porsi bagi pembacanya. Solopos memberikan kolom baca yang ramah untuk Keluarga, Remaja, Anak-anak, dan sebagainya . Karena umur Solopos dan umur saya sama 18 Tahun jadi sangat terasa bagaimana Solopos menjadi salah satu bagian penting bagi pembentukan kepribadian, mental, dan kemampuan saya. Selalu teringat dipikiran saya ketika saat itu Bapak selalu menyuruh saya untuk membaca Solopos setiap minggunya, karena ada kolom untuk anak-anak.
Saat saya duduk di Sekolah Dasar, Saya memang susah untuk membaca apalagi membaca Koran. Berhubung Bapak saya membimbing saya dengan cara yang bisa dibilang Ototiter, maka saya dipaksa untuk membacanya. Memang awalnya cukup susah karena saya setengah hati menjalaninya, dipikiran saya yang notabenya masih anak-anak saat itu Koran samadengan membosankan lebih keren jika membaca komik atau majalah anak-anak yang sedang popular saat itu daripada Koran yang membosankan.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu saya mulai ketagihan karena kebiasaan yang ditanamkan Bapak saya. Jadi, setiap minggu saya selalu membaca dan mengisi teka-teki pada kolom Anak-anak tersebut. Sampai akhirnya umur saya mulai bertambah menginjak jenjang Sekolah Menengah Pertama hingga Bapak menyuruh saya untuk tidak membaca kolom itu lagi, tapi diganti dengan membaca kolom yang lain. Saat itu saya diminta untuk membaca kolom Gaul dan Teknologi dengan alasan agar kemampuan pengetahuan saya bertambah. Hampir tiap minggu saya membaca tiap informasi yang disediakan Solopos.
Menginjak jenjang kelas 1 Sekolah Menengah Atas, saya melihat ada informasi pengrekrutan anggota untuk WASIS (Wartawan Siswa) Solopos angkatan 11. Melihat itu, Bapak saya mulai menantang saya untuk ikut seleksinya tapi saya menolak karena saat itu saya sudah sibuk dengan kegiatan Ekstrakulikuler dan pelajaran saya yang sangat padat. Tapi setelah itu ada teman saya mengajak saya untuk ikut menemaninya mengikuti seleksi tersebut, secara iseng saya membuat reportase dadakan tentang kegiatan PERSAMI yang ada di SMA saya waktu itu lalu saya kirim di kantor Solopos saat itu bersama teman saya. Setelah 1-2 bulan pasca pengumpulan reportase, ada SMS masuk yang memberitahukan bahwa saya masuk 20 besar dan selanjutnya akan diadakan seleksi untuk mendapat 5 besar. Saat seleksi itu diadakan, banyak ilmu-ilmu dasar yang didapatkan calon WASIS tentang bidang Jurnalistik. Hal yang seru saat seleksi ada saat kami semua diminta untuk mencari berita di simulasi kejadian yang dibuat juri seperti mewawancarai narasumber lalu dari hasil wawancara dibuat artikel berita yang ditulis tangan dan semua hal itu dibatasi oleh waktu. Rasa ikhlas mewarnai perasaan saya setelah seleksi tersebut, Orangtua saya juga mengerti bahwa saya tidak optimal saat itu. Setelah beberapa hari ada pemberitahuan jika saya menjadi salah satu WASIS Angkatan 11. Rasa tidak percaya,bersyukur, senang, bercampur jadi satu.
Saat menjadi WASIS kami dilatih untuk menjadi Wartawan yang baik walaupun konteks kami hanyalah seorang pelajar, tapi kami tidak boleh kalah dengan Wartawan diluar sana. Tugas kami mebuat tema yang menarik berkaitan dengan Remaja untuk setiap minggunya, lalu mencari narasumber yaitu Pelajar dan Guru. Disana kami bukan hanya bekerja tapi juga belajar, kami dilatih menumbuhkan softskill. Selang beberapa bulan mulai muncul masalah, saya tidak bisa membagi waktu saya untuk belajar di sekolah, berorganisasi di Masyarakat, Eksis di Ekstrakulikuler, dan Bekerja sebagai Jurnalis. Saya cukup keteteran saat itu, tapi untunglah ada pengampu saya yang memberitahu saya cara membagi waktu yaitu dengan Disiplin waktu. Setelah itu semua urusan saya selesai dengan waktu tanpa menggangu waktu yang lain. Setelah 8 bulan saya menjadi WASIS waktunya saya untuk selesai dan mengganti dengan generasi yang baru agar siklus ini tetap berlangsung. Sampai saat ini saya menjadi Mahasiswi, hal-hal yang saya dapatkan selama bersama Solopos sangatlah berguna di kehidupan perkuliahan. Saya mulai mengerti kenapa Bapak saya menanamkan untuk selalu membaca Koran yaitu untuk membiasakan saya tentang bahasa-bahasa Koran, bahasa Jurnalis itu seperti apa. Itulah kunci saya sehingga menjadi WASIS bukan dengan Belajar tapi dengan Kebiasaan.
Hal yang saya dapatkan selama menjadi WASIS Solopos ialah Kreatifitas. Solopos berperan penting dalam pembentukan kepribadian saya sampai saat ini, mulai dari tanggung jawab, disiplinwaktu, menjadi aktif, punya intelektual, punya banyak koneksi dan teman, dan pembentuk dan penyalur kreatifitas Remaja di Soloraya. Dengan adanya kolom Gaul kami para Remaja dikota Solo dapat dilatih untuk dimana tepatnya kreatifitas kami disalurkan. Hobi menulis kami, hobi membaca, dan hobi kekepoan (rasa ingintahu ) kami dapat disalurkan dengan baik. Selain itu Solopos juga berupaya untuk membuat adanya Regenerasi yang berkualitas. Dengan adanya WASIS berarti secara tidak langsung Solopos telah mencetak Generasi muda yang punya pandangan dan skill dasar tentang Jurnalistik di Indonesia khusunya kota Solo. Dengan demikian, Generasi muda Indonesia tidak gagap dalam Jurnalistik dan tidak salah tangkap, salah anggapan dalam memahami Jurnalistik. Agar peran media sebagai agen sosialisasi dan agen perubahan tidak menyeleweng dari hakikatnya. Media massa yang bernama Solopos ini mulai melebur menjadi Keluarga bagi saya karenanya saya dibentuk kepribadian dan mental saya. Maka daripada itu, terulah melakukan regenerasi dan terus menemani kami dengan berita hangatmu. Terimakasih Solopos atas 18 Tahun yang berharga bagi saya dan seluruh Masyarakat khususnya Remaja di Soloraya.

Apakah tulisan ini membantu ?

Santi

Mahasiswi fakultas Hukum UMS

View all posts

Add comment