Soloensis

Dari Ketua OSIS Saya Belajar Toleransi

10-Perbedaan-Kehidupan-Anak-SMA-Korea-dan-Indonesia-Terminal-Mojok-750x536

Namaku Alifa Anariyanti, biasa di panggil Alifa. Usiaku saat ini 16 tahun. Aku adalah pelajar semester awal jurusan keperawatan di SMK Bintang Nusantara Karanganyar.

‌Dari pendidikan cerita saya dimulai. Semenjak  TK hingga SMP saya menempuh pendidikan di sekolah yang memiliki latar belakang IT (Islam terpadu) perbedaan sudah saya rasakan. Tetapi saya belum cukup memahami dan memaknainya betul.

Karena di sana semua siswa beragama yang sama dengan saya, yakni Islam. Ketika SMK saya baru merasakan arti perbedaan yang sesungguhnya. Di mana banyak sekali warna dalam kehidupan sehari-hari saya.

Bukan hanya soal ras dan budaya, tetapi juga agama. Di sana saya hidup berdampingan dengan teman-teman yang berbeda agama, berbeda ras, dan suku. Memang, kebanyakan temanku berasal dari suku Jawa. Tetapi ada beberapa yang berasal dari luar Jawa.

Tidak jauh-jauh, di kelas saya sendiri pun ada yang berbeda, termasuk berbeda agama. Satu satunya siswa yang berbeda keyakinan di kelas saya adalah Andreas. Dia adalah Ketua OSIS di sekolah kami.

Dia seorang nasrani. Meskipun berbeda, dalam menjalankan amanah sebagai Ketua OSIS dia tidak pernah membedakan siswa yang berlainan agama satu dengan yang lainnya. Bahkan saat acara hari besar Islam seperti pengajian, pesantren Ramadan, dan buka bersama dia ikut serta membantu.

Belum lama ini kelas kami mengadakan buka puasa bersama dengan senang hati dia pun ikut serta dalam acara kelas kami. Dia ikut membantu mencarikan tempat dan memberi saran lainnya. 

Selain ikut berpartisipasi dalam acara, dia juga selalu mengingatkan teman laki-laki untuk Salat Jumat, Salat Zuhur, serta salat wajib lainnya yang bertepatan dengan waktu istirahat.

Di situ saya sangat merasakan perbedaan dalam kehidupan. Tidak hanya ada hitam dan putih, tapi beragam. Saya juga belajar untuk menghargai dan menghormati  satu dengan yang lainnya.

Jika mengingat tentang toleransi maka saya teringat dengan kata kata K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yaitu “Kasih sayang dan toleransi adalah kartu identitas orang Islam”. Kalimat ini berarti toleransi juga diterapkan di agama Islam.  Muslim yang baik menerapkan toleransi.                    

‌Jadi dari kisah saya bisa disimpulkan perbedaan bukan ajang untuk menunjukkan siapa yang paling benar. Tetapi juga bisa untuk saling menghargai, mengingatkan, bahkan membantu.

Mungkin saya yang dulu akan berpikir kenapa harus mengingatkan orang yang tidak memiliki keyakinan yang sama. Tetapi saya sekarang berpikir itu sangat dibutuhkan dalam kehidupan yang mana tidak semua orang sama dengan kita.

Justru dengan banyaknya perbedaan kita harus saling menghargai untuk menghindari perpecahan. Saya yakin setiap agama pasti tidak ingin terjadi perpecahan dan melarang umatnya untuk berbuat hal yang mengakibatkan perpecahan. Toleransi sangat perlu di Terapkan, apalagi kita  hidup di indonesia yang kaya akan keberagaman.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Alifa.Anariyanti

    Add comment