Soloensis

Susahnya Mengubah Stereotype Orang tua

bony
Pawai Pembangunan Kabupaten Sukoharjo 2022

Mereka akrab memanggilku Bonny. Saya menyukai hal di bidang seni, seperti menggambar, musik, menari, dan make up

 

Saat SMP Kelas III, pada waktu ujian akhir semester (UAS) bukannya belajar mata pelajaran, saya malah menggambar. Orang tua saya marah, terutama Ayah saya. Beliau tidak menyukai hal semacam tersebut. Bagi Ayah menggambar hanya buang-buang waktu.

 

Setelah itu, saya masuk sekolah menengah. Awalnya saya ingin ke SMK jurusan seni tari, tetapi Ayah tidak membolehkan. Karena Ayah berfikir ambil jurusan tari nanti mau jadi apa? Mau kerja apa ? Jadi saya putuskan untuk mengambil jurusan multimedia.

 

Singkat cerita, saya ada tawaran dari pihak sekolah untuk mengikuti Solo Batik Carnival. Saya ambil tawaran itu lha wong saya suka, jadi gas aja. Setiap hari Minggu pagi saya berangkat workshop. Materi nya bermacam-macam ada workshop catwalk, workshop membuat fashion artwear dan make up. Waktu materi fashion, peserta diharuskan untuk membuat artwear, yang mana kegiatan tersebut makin menyulut kemarahan Ayah.

 

Lagi-lagi hobi saya tidak mendapatkan dukungan oleh ayah, semua barang-barang saya dan kostum karnaval yang saya buat nyaris dibuang. Tetapi hal tersebut tak membuat saya patah semangat. Hingga akhirnya grand carnival pun tiba, Ayah saya kaget karena banyak media yang meliput. 

 

Banyak kamera kesana kemari memotret peserta. Sehari setelah acara tersebut foto saya muncul di koran, dan ayah saya terlihat bangga dengan memamerkan foto saya ke tetangga walaupun agak gengsi mengakuinya.

 

Ayah saya mulai mentoleransi hal-hal yang saya suka walaupun masih ada sedikit batasan. Di sini saya berusaha untuk membuktikan bahwa seni yang saya tekuni membuahkan hasil dengan cara mengikuti kompetisi peserta WACI (Wonderfull Artchipelago Carnival Indonesia), mengikuti komunitas hingga ada tawaran pekerjaan ke luar kota, dan pesanan-pesanan kostum karnival, maupun job make up. Dari sinilah saya menghasilkan uang hingga ayah saya percaya bahwa hobi saya dapat membuahkan hasil.

 

Satu lagi, soal pendidikan ?

Pada saat pendaftaran perguruan tinggi, saya mengambil prodi Desain Komunikasi Visual di pilihan pertama, dan prodi Seni Rupa Murni di jurusan kedua. Ayah saya kembali memarahi saya. 

 

Seperti yang saya ceritakan di awal, stereotype tentang seni nanti kerja jadi apa ? Sekolah cuma gambar aja. Setelah menyelesaikan studi  saya membuktikannya dengan adanya orderan gambar-gambar digital, dan bekerja di konten media di suatu tempat.

 

Jadi, intinya mengubah stereotype orang tua mengenai seni perlu pembuktian yang ekstra dan penuh kesabaran huuuuffff. Aku sayang ayah walaupun kita sering beda pendapat. Ddan hingga kini kita masih seiring sejalan.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Bonny_Bhinastiti

    Add comment