Soloensis

WALAUPUN BERBEDA , JANGAN DIPISAHKAN!

images

images

Di suatu desa, tepatnya di daerah Jimbung Kabupaten Klaten, terdapat orang asli Madura yang merantau dan mengontrak di sana. Mereka sudah tinggal mengontrak kurang lebih 5 tahun lamanya. Mereka bekerja mencari nafkah dengan cara berjualan sate khas Madura. Setiap pagi mereka bergegas ke pasar untuk menjajakan jualannya. Sepulang dari pasar mereka beristirahat terlebih dahulu, kemudian sore harinya mereka buka jualan di ruko. Mereka terbilang ramah, aktif bersosialisasi, dan juga selalu turut serta di berbagai kegiatan desa.

Suatu ketika padaa Agustus 2022 , ada sebuah kegiatan rutinan yang selalu diadakan setiap tahunnya. Acara tersebut adalah jalan sehat bersama para warga. Ketika sedang mempersiapkan acara jalan sehat saya tidak sengaja melihat dan mendengar bahwa, ada salah satu penduduk asli yang tidak setuju bahwa orang Madura tersebut mengikuti jalan sehat. Waktu itu ada salah seorang penduduk asli desa yang menawarkan sebuah undian, yang di beri harga 10 ribu per undian. Karena orang desa menganggap orang Madura itu berbeda baik dari segi logat percakapan dan Bahasany, terlebih mereka bukan penduduk asli, maka penduduk desa tidak menawarkan undian tersebut kepada orang Madura.

“Mereka lho bukan penduduk asli sini, enggak usahlah diikutsertakan dalam kegiatan jalan sehat!” ujarnya ketus.

Dari satu kalimat tersebut dapat memicu para warga untuk tidak sabar memberikan tanggapan masing-masing. Ada yang beranggapan bahwa ujaran tersebut benar dan ada pula yang menepis ujaran tersebut.

“Mereka aktif dalam kegiatan desa, apa salahnya jika diikutsertakan?”, ujar ibu saya.

“Ssseeet,” lirikan mata yang tajam, mengheningkan suasana.

 

Tetapi, penduduk desa tetap tidak mau jika orang Madura tersebut mengikuti kegiatan jalan sehat. Padahal, keluarga orang Madura tersebut berniat ingin ikut meramaikan kegiatan jalan sehat, bahkan mereka akan membeli 10 undian. Akhirnya, datanglah seseorang yang disegani di desa karena beliau orang bijak dan sangat merakyat.

“Data mereka juga untuk mengikuti jalan sehat! Kita sejatinya sama tidak ada yang perlu disingkirkan dan menyingkirkan, walaupun berasal dari luar daerah jangan pisahkan mereka dari desa ini, jangan pernah mengkotak-kotakkan warga, tak ada salahnya kita menerima orang lain, ” ujar beliau.

Para warga yang tadinya menolak, mulai membuka pintu hati. Mereka tersadar bahwa keluarga Madura yang datang itu untuk mencari nafkah, menghidupi anak istrinya. Tidak ada bedanya dengan warga daerah ini yang merantau ke daerah lain juga untuk mencari nafkah. Akhirnya para warga setuju untuk memberikan kupon tersebut. Mereka mulai menerima keluarga tersebut sebagai penduduk desanya.

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment