Soloensis

Kita Berbeda

flat-design-international-human-rights-day_23-2148711491
Gambar: Freepik

     Dahulu, aku mempunyai 4 sepupu yang jauh di Riau, yang bernama Nara, Yoan, Arum dan Mikael. Mereka semua tinggal di Batam, sedangkan saya di Jawa Tengah. Ya..itu sangat jauh, bahkan berbeda pulau. Walaupun kita tidak bisa bertemu, tetapi kita sering berinteraksi kala itu dengan video call yaitu panggilan video. Hampir setiap hari aku dan sepupuku saling vc-an (video call-an).

     Hingga waktu berjalan lama, tak terasa  uang pun terkumpul cukup banyak, yap..akhirnya aku bisa bertemu dengan sepupuku yang jauh di Batam. Aku dan keluargaku langsung meluncur dengan menggunakan pesawat LION AIR. Saat aku sampai.. aku langsung di sambut hangat dengan keluarga mereka. Kita menginap di sana kurang lebih seminggu, karena kala itu sedang libur sekolah, jadi..ya..mau sampau kapan pun aku tetap betah di sana.

     Aku sangat merasakan beberapa perbedaan kehidupan di sana, terlebih logat orang – orang di Batak. Mereka logatnya sangat berbeda dengan orang Jawa, di sana nadanya sangat tegas, kencang dan bertempo cepat. Sedangkan kita orang Jawa halus, lembut, santai dan bertempo pelan. Selain itu perbedaan yang aku rasakan lainnya adalah harga makanan dan barang – barang yang dijual di sana. Antara lain harga makanan yang lumayan mahal menurut saya, mulai dari harga snack yang 2x lipat lebih mahal, harga ayam, sayur, minuman, dan berbagai macam busana. Tetapi ada juga penjual – penjual yang menjual murah.

     Tahun tahun berlalu, tiba – tiba sudah memasuki tahun 2021 tidak disangka perubahan – perubahan di dalam hidup kita terus bertambah begitu juga dengan masalah / konflik di dalam hidup kita. Tanpa disadari om ku, yakni ayah dari ke-4 sepupuku terkena PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja) karena covid 19 masa itu membuat semua usaha – usaha bangkrut karena adanya isolasi mandiri, yaitu kita tidak tidak boleh melakukan aktivitas apapun di luar rumah karena bisa menyebabkan terkena virus covid 19. Dan hal itulah yang menyebabkan perusahaan om ku bangkrut total. Dan dari situlah keluarga sepupuku memutuskan untuk pindah ke Jawa Tengah untuk mencari pekerjaan baru serta kehidupan baru. Kala itu aku merasa sangat senang, karena aku akan memiliki teman setelah ini yaitu sepupuku.

     Sampai virus covid mulai mereda, dan akhirnya sepupu – sepupuku pindah ke Jawa Tengah dan hendak tinggal di kota Solo. Keluargaku pun menjemput mereka di bandara. Langsung di bawa ke rumahku yang ke-2 dan untuk sementra sepupuku serta keluarganya tinggal di sana. Selang beberapa hari, sepupuku mulai keluar rumah untuk bermain bersamaku, karena selama 2 hari yang lalu dia masih sibuk merapikan barang – barang yang ada di rumahnya. Aku mengajak bermain sepupuku yang bernama Nara. Pada saat dia bermain bersamaku di luar rumah aku dan sepupuku bertemu dengan tetanggaku kita sebut saja Pak Galih.

     Pak Galih bertanya padaku, “weee mbak Risma, siapa itu? Sepupumu yang baru pindah itu ta?” aku menjawab “iya pakde” lalu Pak Galih pun menanyai sepupuku dengan bahasa jawa, “namanya siapa mbak?” Nara pun menjawab “Nara” sambil tersenyum. “ohh mbak Nara to…wes iso boso jowo belum mbak Nara?” tanya Pak Galih sambil tersenyum dan tertawa “hmmm belum hehe..” jawab Nara. Meskipun percakapan mereka lumayan canggung, tapi aku sudah senang sepupuku sudah mulai bergaul dengan tetangganya.

     Pada saat hari libur yaitu hari minggu, keluarga sepupuku di ajak jalan – jalan mengelilingi kota Solo bersama dengan keluargaku, sembari beradaptasi dan mengenal kota Solo. Di sana kita mampir ke toko baju yang lumayan terkenal di Solo yaitu PGS, di sana banyak sekali terjual baju – baju yang terbuat dari kain batik harganya juga murah-murah. Di sana sepupuku sangat senang karena dia dapat melihat baju adat Jawa. Pulangnya, kami semua pergi ke warung makan membeli Gudeg dan Selat Solo, yap..makanan khas dari Joja dan Solo. Kami sangat menikmati makanan tersebut.

     Sampailah di tahun 2023, sepupu – sepupuku sudah mahir bahasa jawa, logatnya pun seudah menjadi beda. Yang dulunya berlogat batak yaitu kasar, tegas, kencang dan jelas berubah menjadi halus dan pelan. Intinya, sepupuku sama seperti aku yang pada saat itu pergi ke Batam dan mersakan perbedaan yang sangat berbeda, dan jika kita mau bergaul dengan adanya perbedaan kita bisa belajar dari perbedaan – perbedaan tersebut, seperti tadi dimulai dari adaptasi terhadap lingkungan hidup yaitu bahasa, makanan, adat, logat bicara dan lain – lain.

-Perbedaan tidak menghambat pergaulan-

Tamat.

 

Nama: Karisma

Sekolah: SMPN 18 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment