Soloensis

Bando Tanduk Rusa untuk Loeis

Screenshot 2024-03-25 084854

     “Gendis kita pilih apa? Bando tanduk rusa atau kacamata permen tongkat?” Siang itu, aku dan adikku sedang berada di Solo Grand Mall. Kami pergi ke toko Mr. DIY untuk membeli hadiah natal untuk Loeis. Kami bertiga adalah sahabat. Aku dan adikku beragama muslim sedangkan Loeis Kristen.

     Aku sudah lama menimbang-nimbang, banyak sekali pilihan hadiah Natal di sana. Perhiasan-perhiasan yang ada unsur natalnya. Contohnya bando berbentuk tanduk rusa,kacamata yang di atasnya ada permen tongkat dan banyak yang lainnya. Aku dan Gendis akhirnya memutuskan memilih Bando berbentuk rusa karena bentuknya lucu. Tahun sebelumnya, Gendis dan Loeis sudah pernah membeli sepasang topi Sinterklas.

     Loeis sangat antusias saat menerima kado itu, setelah menerima kado, dia langsung mengajak Gendis untuk bermain bersama. Jika Loeis senang, aku pun juga merasa senang. Saat mereka bermain saat itu, aku tidak ikut karena ingin menikmati weekend dengan bermain Handphone.

Tenda dan hujan

     Tidak hanya saat memberi hadiah saja kami senang, kami juga pernah sangat senang saat bermain di dalam tenda. Di suatu sore, aku sedang bermain Handphoneku di kamar. Namun, ada pesan masuk dari Loeis. Pesan itu berisi foto yang diambil dari depan rumah yang sedang hujan, tapi ada semacam kain putih dan biru berbentuk seperti jendela. Aku segera keluar dari kamar dan mengecek di depan rumah. “Kakak ayo ikut ke sini.” ajak Gendis.

     Ternyata foto itu diambil dari tenda mainan yang ditaruh di depan rumahku. Karena mobilku sedang diparkir di tempat yang agak jauh, jadi di depan rumah bisa menggelar tenda. Tenda itu berbentuk seperti rumah, dinding serta atapnya terbuat dari kain parasit. Sebenarnya tenda itu tidak cocok jika hujan, namun karena di depan rumahku diberi semacam atap tidak bertiang jadi, jika masuk kedalam tenda tidak akan terkena air(ternyata masih kena rintiknya sedikit). “Wahh asik tuh, tapi si Loeis mana? Tadi kan dia yang ngajak.” tanyaku.

     “Oh, dia tadi katanya mau ke rumah sebentar.” jawab Gendis. “Owhh, sebentar Ndis aku mau ambil earphone dulu.” ucapku. Aku segera mengambil earphone dari kamar dan lari menuju ke depan rumah. “Heii, aku dah balik. Yok Ndis keburu hujannya makin lebat. Nanti ga sempet beli tepung.”ucap Loeis. Ternyata Loeis mengambil uang untuk membeli tepung untuk membuat semacam panekuk rumahan yang dulu diajarkan olehku.

     Lalu aku menunggu Loeis dan Gendis kembali. Saat mereka kembali, tiba-tiba rumahku mati lampu. Tapi mereka tetap ingin membuat panekuk jadi, mati lampu bukanlah halangan. Seluruh rumah di dekat rumahku mati lampu. Aku merasa sangat bosan menunggu Loeis dan Gendis kembali dari memasak panekuk, tapi kebosananku terbayar karena panekuknya sudah jadi dan siap dimakan bersama teh hangat di cuaca yang saat itu hujan. Kami pun makan bersama di dalam tenda. Jika dipikir-pikir lagi jadi ngiler.

Don’t be racist!

     Meskipun kami sering bertengkar, tapi kami juga cepat berbaikan. Kami selalu bermain bersama tanpa mengungkit agama sedikitpun. Sampai sekarang aku bingung, mengapa banyak orang yang suka membeda-bedakan orang melalui agama. Sampai-sampai, aku pernah melihat di FYP TikTok, melalui kolom komentar, banyak sekali orang yang menjelek-jelekkan Tuhan dari agama tertentu.

 

Nama: Fahmi Jalu Maheswara

Sekolah: SMPN 18 Surakarta

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment