Soloensis

AWAS PREDATOR PEDOFILIA

Belum habis sport jantung kita akan berita penculikan anak untuk dijual organ tubuhnya, berita mencengangkan kembali menghantui para orang tua di Indonesia.
Terkuaknya sebuah grup pedofil yang membernya sejak 9 Maret 2016 telah mencapai angka 7000 lebih dengan 500 video dan 100 foto yang ada di grup tersebut. Member bahkan ada yang berasal dari luar negeri.
Dalam grup tersebut memiliki peraturan yang sangat menyeramkan. Member diharuskan memposting kegiatan seksual mereka bersama korban. Mereka dilarang memposting dengan korban yang sama dengan kata lain harus mencari korban-korban baru.
Pendiri grup tersebut bernama Wawan alias Snorlax alias MBU (27), ternyata pernah menjadi korban di masa kecilnya. Pada usia 7 tahun, dia melakukan hubungan sesama jenis dengan temannya. Padahal di usia tersebut adalah usia seorang anak sedang senang-senangnya menikmati masa bermain dan bercengkrama dengan teman sebaya.

TRAUMA
From victim to player. Dari korban akhirnya menjadi pelaku. Setiap gores luka mungkin akan hilang dan sembuh, namun tidak demikian dengan korban kekerasan seksual. Trauma akan selalu melekat dan menghantui sampai mereka dewasa.
Dan parahnya, akan membuat si korban beralih melampiaskan amarah dan dendamnya pada korban lain. Dengan terbongkarnya aktivitas grup yang disetting private tersebut, membuka mata kita semua bahwa monster-monster gila memang bertebaran di luar sana, menunggu korban lengah dan memangsanya.
Menurut Badan Intelejen Federal Amerika Serikat (FBI), Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat kekerasan seksual tertinggi di Asia. Sangat mencengangkan karena Indonesia menempati peringkat keenam negara yang memiliki tingkat perkosaan tertinggi di dunia. Lima negara yang lain adalah Inggris, Afrika Selatan, India, Zimbabwe, Amerika Serikat. Sangat menyedihkan.
Jika dilihat dari asal kata, pedofilia tersusun dari dua kata yait pedo yang berarti anak dan filia yang berarti cinta. Jadi secara luas, pedofilia ini diartikan sebagai sebuah kelainan seksual yang di derita seseorang dengan melampiaskan hasrat seksualnya pada anak di bawah umur. Biasanya pelaku pedofil adalah orang dewasa dengan usia di atas 17 tahun, sedangkan korbannya berusia di bawah 14 tahun. Pertanyaan yang mengemuka adalah bagaimana seseorang dengan tubuh yang terlihat sehat bisa menjadi pedofil ?

Seperti kelainan psikologis lainnya, pedofilia merupakan suatu penyakit akut yang di derita pelaku. Sampai detik ini, para ahli belum bisa menjelaskan secara pasti penyebab seseorang mengidap pedofilia. Namun dari berbagai penelitian dan hasil observasi terhadap beberapa pelaku di dapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan seseorang dalam membina hubungan dengan lawan jenis yang lebih dewasa (seusia pelaku). Maka, mereka mencari korban yang lebih lemah dan gampang dirayu.
2. Pelaku pedofilia biasanya mengidap penyakit harga diri (self esteem) yang rendah. Inferior. Takut berhubungan dengan orang dewasa. Oleh karena itu mereka memilih anak-anak polos, jujur, dan tidak suka meghakimi seperti orang dewasa.
3. Trauma masa kecil. Kebanyakan pelaku pedofilia adalah korban masa kecil. Mereka yang memiliki traumatis seksual masa lalu. Mereka yang merasa dilecehkan ketika kecil, sehingga mencari pelampiasan dan perasaan berkuasa akan korban.
4. Terpapar pornografi. Pornografi telah menjadi new drugs era millenia, karenanya harus menjadi perhatian dari tiap orang tua. Anak memiliki kecenderungan untuk mencoba apa yang dia lihat. Mereka memiliki rasa penasaran yang besar sehingga berusaha untuk mencoba.

PERAN ORANG TUA
Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua untuk menghindari predator pedofilia yang ada di luar sana ? Mengunci anak terus di dalam rumah juga bukan solusi. Anak butuh ruang untuk bereksplorasi dan tumbuh. Imun apa yang harus kita siapkan untuk anak kita menghadapi serangan penyakit di luar ?
Agama
Ya…tidak diragukan lagi. Ini adalah benteng di atas segalanya. Walau orang tua sekedar memasukkan atau menitipkan anak-anak ke sekolah berlabel agama, tidak serta merta bisa membuat anak menjadi aman 100%. Karena pendidikan agama terbaik adalah lewat orang tua. Lewat apa yang masuk ke perut anak. Lewat apa yang halal masuk ke tubuhnya, lewat doa-doa orang tua, lewat pemahaman aqidah dari ayah dan ibunya. Lewat teladan terbaik dari kedua orang tuanya. Insha Allah, agama adalah benteng paling kokoh untuk membuat anak survive.

Komunikasi
Salah satu yang menghindarkan anak dari efek buruk pornografi adalah cara komunikasi kita ke anak. Karena anak yang renggang dan tidak berani curhat ke orang tua akan sulit mendapat pendampingan yang baik.

Isi Kantong Jiwa Anak
Karena anak bukan cuma sekedar butuh makan. Anak bukan cuma sekedar butuh pakaian. Lebih dari itu, anak-anak kita adalah adalah jiwa yang butuh dihargai, di elus perasaannya, dipahami tingahnya, diberi arahan yang terbaik. Tujuannya agar meningkat self esteem dan perasaan bahwa dia dihargai.

Pemahaman Kondisi Fisik
Berikan perangkat pemahaman pada anak tentang bagian tubuh mana yang boleh disentuh ( kepala, tangan, kaki) dan yang tidak boleh disentuh ( yang tertutup baju dalam ) dan beritahu pada anak bahwa tidak semua orang boleh menyentuh bagian tersebut. Ajarkan anak untuk berani memberitahu jika ada yang menyentuh dan membuat tidak nyaman.

Bijak Menggunakan Gadget
Era internet yang masuk saat ini memiliki dampak negatif dan positif. Para pedofil banyak mencari mangsa lewat media sosial. Jadi sebagai orang tua harus hati-hati dan bijak dalam penggunaan gadget untuk anak-anak. Dampingi dan kepo lah terhadap handphone anak kita.

Peka Terhadap Perubahan Sikap Anak
Jika anak terlihat lebih pendiam, mengurung diri dalam kamar, asyik dengan dunianya sendiri, lebih tertutup, dan tidak mau bercerita. Galilah perasaan anak. Rangkul dan tanya dengan baik dan halus. Bukan malah menginterogasi anak yang justru menambah masalah semakin runyam. Tanyakan apa yang sedang dia rasakan dan hadapi. Jadilah sahabat terbaik untuk anak-anak kita di saat mereka membutuhkan.

Jangan Panik
Kadang anak mengatakan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan orang tua. Bagaimana sikap kita ? Prinsipnya jangan menghakimi anak karena mereka akan membuat benteng tinggi jika orang tua menghakimi. Berusahalah mendengarkan, memahami, dan introspeksi diri, apa yang terlewat dalam masa kepengasuhannya.
Dengan menghadirkan suasana lingkungan keluarga yang sehat dan mendukung perkembangan psikologis anak, semoga menjadi solusi agar anak-anak terhindar dari predator pedofilia.

Apakah tulisan ini membantu ?

rusdi

Guru sejarah MAN 1 Solo yang memiliki passion di bidang literasi dan fotografi, dua dunia yang saling mengisi dan melengkapi. Ingin selalu berbagi dengan orang lain lewat tulisan dan jepretan mata kamera.

menulis adalah pengembaraan jiwa mengasyikkan yang melewati ruang dan waktu. fotografi menjadi bumbu penyedap dari tulisan yang dibuat.

memiliki obsesi bisa membuat buku yang diterbitkan penerbit mayor dan membuat buku foto.

motto:
"menulislah setiap hari dan lihatlah apa yang terjadi".

View all posts

Add comment