Soloensis

Body shaming dikalangan remaja

NAMA : Riza Faradiba 

KELAS : IKM 1.1

JUDUL : Body Shaming di Kalangan Remaja 

PEMBACA : Remaja/Anak Muda 

 

BODY SHAMING DI KALANGAN REMAJA 

Oleh : Riza Faradiba 

MAHASISWA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UIN SUMATERA UTARA

Masa Remaja adalah masa dimana ada perubahan dari anak – anak dan dewasa yang diawali pada usia 12 tahun dan akan berakhir pada usia awal 20-an tahun. pada usia remaja inilah fenomena seputar gaya hidup mudah dan cepat berkembang serta banyak diikuti. Yang mana remaja sekarang ini lebih mudah mengikuti dan terbawa arus perubahan. Dimulai dari tren seputar gaya hidup, penampilan fisik/tubuh, badan yang ideal serta pakaian-pakaian yang mewah, yang banyak berkembang di kalangan remaja.

Namun, tidak sedikit remaja yang masih belum memikirkan tentang penampilan mereka. Di zaman sekarang, banyak remaja jika tidak mengikuti tren yang ada pasti selalu di olok-olokkan. Bukan saja ejekkan untuk tidak mengikuti tren tetapi remaja juga sering mengkritik tampilan fisik seseorang. terutama dalam bentuk tubuh, yang sering menjadi bahan kritik atau ejekkan. Hal ini lah yang sering disebut dengan body shaming.

Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik atau tubuh diri sendiri maupun orang lain dengan cara yang negatif. Entah itu mengejek tubuh gendut, kurus, pendek, atau tinggi, sama seperti saat anda melakukan bullying secara verbal. (hellosehat.com 2018). Bully verbal ini sangat berbahaya karena dapat merusak mental seseorang lewat perkataan yang disampaikan dan akan memberikan dampak negatif pada si korban dalam waktu yang panjang. Body shaming sering terjadi kepada siapapun yang tidak memiliki tampilan fisik yang bagus. Tetapi lebih rentan terjadi di kalangan remaja.

Mengapa body shaming banyak terjadi di kalangan remaja? , mungkin ini akan menjadi salah satu faktornya. Yaitu karena remaja sudah mengalami yang namanya masa pubertas, dimana pandangan mereka selalu tertuju pada penampilan. Terutama dalam tampilan fisik, yang ingin memiliki bentuk tubuh yang ideal, wajah yang cantik, dan lainnya. Body shaming dapat timbul dalam berbagai bentuk, seperti mengkritik bentuk fisik seseorang wajahnya, warna kulit, bentuk tubuhnya dan sebagainya. Mungkin hal-hal seperti ini sering terjadi di kehidupan kita yaitu, “kok kamu terlihat gendutan sih?”, “kamu terlalu kurusan deh” dan lainnya. Entah apa maksudnya atau hanya sekedar untuk basa-basi saja atau bercanda tetapi apapun itu tujuannya, hal itu tidak mesti dilontarkan walaupun tidak ada berniat jahat. Karena bisa saja orang yang kita komentari menjadi tidak percaya diri, dan minder terhadap tampilan dirinya. 

Sementara itu, banyak remaja yang melakukan berbagai macam cara untuk memiliki tubuh yang di idamkannya seperti melakukan diet yang keras, melakukan operasi plastik, bahkan melakukan suntikkan cairan untuk memutihkan kulit badan. Tanpa memikirkan dampak dari yang dilakukannya. Tapi tidak sedikit juga korban dari body shaming ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena depresi dan stress. Seperti kasus yang dialami seorang remaja perempuan yang berusia 17 tahun berasal dari inggris bernama Harriet Walsh, ia tewas gantung diri setelah tidak sanggup menerima ejekan dari teman teman sekolahnya. ia selalu mendapatkan komentar yang negatif akibat paras wajah dan bentuk tubuhnya yang gemuk, sehingga mengalami depresi dan mengambil keputusan yaitu mengakhiri hidupnya sendiri (Glitz Journal, 2017). 

Body shaming juga bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri dengan tubuhnya dan membuat ia tidak mau bergaul dengan orang lain. Dampaknya ia akan menjadi orang yang menutup diri dan tidak bisa bersosialisasi dengan orang disekitarnya. Maka dari itu, marilah kita berhenti untuk mengkritik terhadap penampilan seseorang, karena itu tindakan yang tidak baik. Karena kita tidak pernah tau isi hatinya. Apakah dia menerima atau malah menyakiti hati si korban akibat dari kritikan kita.    

Body shaming  selain memiliki dampak kepada korbannya, ternyata juga memiliki dampak negatif pada pelakunya. Hal ini bisa kita lihat dari hasil riset unik yang dilakukan oleh Florida State University, yang menyimpulkan bahwa orang yang sering mengomentari orang lain gemuk, pada umumnya cenderung akan mengalami kenaikan berat badan sebanyak 2,5 kali lipat (Lifestyle, 2018). Hal ini dikarenakan, semakin sering mengomentari orang lain gendut, maka akan semakin membuat dirinya merasa langsing, aman, dan baik-baik saja. Akibatnya, ia merasa tidak perlu menjaga pola makan dan jadi lebih banyak makan. Sikap lupa diri inilah yang pada akhirnya membuat tubuhnya menjadi gemuk.

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Riza Faradiba

    Mahasiswa uinsu

    View all posts

    Add comment