Soloensis

Implementasi Toleransi, Berbeda Cara untuk meraih tujuan yang sama

tolerance-g3a2a95b06_1280
Filosofi daun

 

Aufa Athaya adalah seorang pemuda muslim berusia 22 tahun yg hidup bertoleransi di kota Solo, pada 5 tahun lalu dia mendirikan Komunitas bernama SANTIGA untuk menaungi Pegiat olahraga Airsoft dari kalangan Santri, Pelajar, Mahasiswa dan Umum.

Pada awalnya dia berniat mendirikan komunitas ini khusus untuk menaungi Airsofter Santri yang tentunya beragama Islam, namun seiring berjalannya waktu Aufa menyadari ternyata pegiat olahraga Airsoft tidak semua beragama Islam, Santiga memang komunitas berbasis Agamis & Nasionalis yang memiliki kepanjangan (Santri Setia Garuda), kemudian Sejak 2021 Santiga mengizinkan calon Anggota dari agama apapun untuk bergabung di komunitas ini.

Sampai saat ini komunitas Santiga terus aktif berkolaborasi dengan banyak Komunitas Lain dengan latar belakang Agama berbeda.

 

Suatu ketika pada Juni 2022 lalu, Santiga menyelenggarakan Malam Keakraban di Gunung Lawu yg dihadiri sejumlah Pengurus, Anggota, dan tamu undangan yang memiliki berbagai keyakinan antara lain Aufa (Islam), Agung (Hindu), Mahmud (Atheis), Wahyu (Kejawen), Brahma (Kristiani), dan Faulan.

 

Pada malam itu terjadi insiden yang menyebabkan Faulan hampir kehilangan nyawa, Aufa yang pertama kali menyadari hal ini dan segera melakukan tindakan medis bersama beberapa anggota yang kebetulan Rescuer & Firs Aider, setelah diteliti ternyata yang terjadi adalah gangguan hal Ghaib atau non medis.

 

Pada momen ini terbukti solidaritas Anggota Santiga yang bergantian menolong Faulan dengan keyakinan nya masing masing, Mas Agung dengan asap Dupa dan Do’a menurut ajaran Hindu nya, Brahma yang mengelilingi Korban dengan do’a yg dibacanya, Wahyu yang berusaha menolong dengan cara ghoib ala Kejawen, Mahmud yang menjelaskan kejadian Ghaib ini secara Ilmiah semampu nalar Atheis yang dipelajarinya, Aufa yang kemudian membacakan ayat ayat Al Qur’an dan melakukan tindakan Ruqyah Syar’i untuk Faulan.

 

Alhamdulillah atas izin Allah, Faulan berhasil selamat dan kembali sadar setelah tanpa daya kehilangan nafas, denyut nadi, dan detak jantungnya selama beberapa saat.

 

Dalam kejadian dramatis ini tidak ada yg merasa paling benar dan paling hebat, karena atas dasar kemanusiaan dan solidaritas yang menjadikan kami saling tolong menolong dan menjaga Toleransi.

 

dari kisah singkat ini, mari kita jadikan sebagai nasehat supaya dapat menjaga persaudaraan, saling menghargai dalam kehidupan, dan tolong menolong tanpa memandang perbedaan.

 

Salam Toleransi,

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment