Soloensis

BERKESAN ITU TAK HARUS BAHAGIA

Halo Readers… Nama saya Zulfa Nur Widowati. Saya masih bersekolah di SMAN 1 KARANGANYAR. Sekarang ini, saya kelas 2 sma. Oke readers, perkenalan sudah cukup. Sekarang saya mau bercerita tentang pengalaman menarik di solopos. Awal pertama kali saya mengenal solopos ketika saya masih SD Kelas 3. Saya mulai mengerti solopos ketika ayah saya selalu membaca di setiap pagi. Dan saya mulai mengerti bahwa solopos itu adalah sebuah koran. Saya iseng, membuka isinya dan pas sekali dapat di halaman yang khusus puisi. Kebetulan saya suka sekali yang namanya membuat puisi. Saya ingin sekali mengirimkan karya puisi saya, tapi ketika itu saya bingung bagaimana cara mengirimkan karya saya ke Koran Solopos. “Yah, gimana sih cara ngirim puisi ke Koran Solopos?” pertanyaan itu membuat ayahku tertawa kecil. “Kenapa nak? Mau ngirim apa? Mana ayah tahu nak, ayah tidak tahu yang begituan. Kamu kan ikut ekstra jurnalistik di sekolah, tanya saja sama pembinamu.” Perkataan ayah membuat saya bertanya kepada Pembina Jurnalistik. Rupanya bisa dikirim lewat email dan bisa juga datang ke Kantor Solopos langsung. Saya mencoba mengirimnya langsung ke Kantor Solopos dengan mobil antar jemput saya, dan tiba di depannya saya ragu-ragu. Apa iya karya saya akan dimuat? Akhirnya saya memutuskan untuk balik ke rumah. Enggak jadi deh.

Dan ketika saya kelas 7 SMP, Ekstra Jurnalistik saya dari SMPIT NUR HIDAYAH SURAKARTA Outing Class ke Kantor Solopos. Senangnya hatiku turun panas demamku kini aku bisa ke solopos. Pertama kali membuka pintu depan Kantor Solopos, hati saya benar-benar ingin segera masuk. Ruangan di dalam terlihat tenang. Tiba ketika saya masuk di percetakan, ingin rasanya mengeluarkan karya-karya yang telah saya buat keluarkan dari tas. Supaya bisa dicetak layaknya karya-karya lainnya. Sayangnya, rasa ketidakpercaya diriku masih melekat. Ya sudahlah..  aku hanya bisa memanfaatkan waktu yang masih ada dengan bertanya sebanyak-banyaknya kepada Petugas dan Wartawan Solopos. Tak lupa, ketika masuk ruang studio rekaman radio saya berfoto dengan berperan nyata layaknya penyiar radio. Hahaha lucu lho.

Dan sampai kelas 9 smp, ketika saya mau mengirimkan tulisan dimana ada yang cerpen dan ada juga yang puisi, rasa ketidakpercayadirian saya masih saja muncul. Alhasil, karya-karya saya masih tersimpan di sebuah map yang saya sendirikan. Ketika saya mulai kelas 10 sma, saya ditawari seorang kakak kelas katanya ada lomba wasis. Awalnya mulai bingung apa itu wasis. Dan si kakak kelas itu menjelaskan bahwa wasis adalah wartawan siswa. Aku ditunjukan poster lomba wasis tersebut dari handphonenya. Tiba-tiba rasa tertarik ini mulai muncul dari dalam hati. Okey, saya akhirnya berpikir sejenak dan memutuskan untuk ikut. Masih ada waktu dua minggu lagi. Saya menggunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Saya mewawancarai  beberapa teman saya tentang hal-hal yang berkaitan tentang ekskul di sekolah saya. Setelah saya mewawancarai, saya membuat laporan hasil wawancara saya. Rupanya 3 hari lagi deadline berlangsung. Dan besoknya saya harus pergi ke kampung inggris pare. Hari itu juga, saya menyelesaikan project saya. Dan setelah itu, saya kirim lewat email. Hati saya tenang sekali karena semua sudah kelar. Tinggal leyeh-leyeh katane wong jowo kui ngono. Hehe..

3 hari kemudian ketika hari deadline terjadi, kakak kelasku mengecek bagaimana format penulisan dan bagaimana sudah benar-benar terkirim belum. Saya menjawab dengan yakin to. Lha saya saja sudah benar-benar ngirim kok. Saya ngeyel sama kakak kelas saya. Tapi, karena saya sudah capek berdebat sama dia, akhirnya saya buka email saya dan menunjukkan bukti bahwa project tentang lomba wasis sudah terkirim. Tapi ternyata, upss belum terkirim, ternyata email saya pending. NOT SEND. Sedihnya… Lalu, saya berusaha mengirim email itu kembali. Satu kali enter semua pun beres. Alhamdulillah. Kakak kelas itu benar-benar menyelamatkan nyawaku. Kalau tidak begitu, mungkin karya saya akan terpendam lagi dan tidak akan terkirim ke solopos.

 

Itu adalah pengalaman berkesan saya dengan solopos. Menurut saya pengalaman berkesan tidak harus yang baik-baik, tapi yang sedih pun itu juga pengalaman berkesan. Dimana dari saya tidak berani mengirimkan karya-karya saya ke solopos akhirnya baru berani mengirimkan ketika sma. Dimuat atau tidaknya menurut saya tidak begitu penting. Yang terpenting adalah berani terlebih dahulu. Karena keberanian awal dari keberhasilan yang nyata. Seringkali, tekad mengalahkan kemampuan kita. Pokoknya asal niat pasti bisa deh. Hehehehe.. sudah dulu ya readers, see you.

Apakah tulisan ini membantu ?

Add comment