Soloensis

Keberagaman Perbedaan Agama

IMG-20230406-WA0032
Keberagaman

Punya Saudara dan Teman Beda Agama? Tak Masalah!

      

Perkenalkan nama saya Della Putri Mulya Sari. Saya adalah pelajar Kelas XI Jurusan Perhotelan SMK Negeri 3 Sukoharjo. Saya memiliki saudara dan teman yang berbeda agama, termasuk di sekolah.

 

Di kelas XI terdapat 25 siswa termasuk saya. Semuanya beragama Islam kecuali satu siswa, namanya Laurel. Ia seorang perempuan cukup asik kalau diajak ngobrol atau cerita. Dia orangnya juga tidak gampang marah dan pandai kalau waktu pelajaran bahasa Inggris. 

 

Banyak teman saya yang tanya kepada dia ataupun kalau ada pelajaran yang belum paham mungkin teman saya yang bernama Laurel itu sudah paham. Dan teman saya yang bernama laurel juga mengikuti lomba LKS untuk mewakili sekolah atau jurusan dan alhamdulillahnya menang.

 

Waktu guru ngasih tugas kelompok, kami cukup kesulitan untuk menentukan hari untuk mengerjakannya. Kenapa sulit, waktu sekolah hanya 5 hari dan pulang ke rumah saat hari sudah sore. Seringkali hujan turun di sore hari sehingga tak mendukung untuk belajar bersama. 

 

Kami memang memiliki libur di hari Sabtu, namun di hari itu juga sulit mengumpulkan teman-teman untuk mengerjakan tugas kelompok. Saya dan kebanyakan teman lainnya mengikuti OSIS. Kegiatan ini cukup memakan waktu. Kami biasanya baru pulang di sore hari, hampir tak ada beda dengan sekolah.

 

Yang paling memungkinkan adalah mengerjakan tugas kelompok di hari Minggu. Meski itu artinya saya dan teman-teman yang muslim harus menunggu teman beragama Kristen yang berada satu kelompok dengan kami untuk menyelesaikan ibadah di gereja terlebih dahulu.  

 

Kami saling menghargai satu sama lain. Tidak membeda-bedakan mana yang muslim dan mana yang nonmuslim. Karena damai itu seru dan enak. Di sisi lain, temen saya yang beda agama itu juga seru buat curhat atau bermain. 

 

Pengalaman saya berinteraksi dengan orang berbeda agama  tidak hanya itu. Saya juga memiliki saudara berbeda agama. Tepatnya kakek saya. Kakek kebetulan adalah seorang pendeta. Dengan kesibukan Kakek, waktu berkumpul keluarga itu juga rada rumit, terutama dalam menentukan jamnya. Sulit mengadakan acara kumpul keluarga di hari kerja. Paling memungkinkan ya di hari Minggu, namun kami harus menunggu Kakek menyelesaikan ibadah di gereja dulu.

 

Selain kakek, kakak saya juga seorang penganut agama Kristen. Saat ia mengadakan prosesi pernikahan di gereja, saya dan saudara lain yang muslim hanya menunggu di rumah. Kami menyiapkan makanan untuk tamu yang datang ke rumah. Saat azan berkumandang, kami yang muslim akan berhenti sejenak untuk melaksanakan ibadah dulu.

 

Waktu Idulfitri saudara saya yang nonmuslim juga ikut merayakan maksudnya ikut meminta maaf antarsesama atau malah ikut ngasih fitrah. Mereka juga ikut bangun pagi karena Idulfitri itu kan kalau sholatnya emang harus pagi banget. Habis maaf-maafan, kami juga makan bersama, tidak membeda -bedakan agama mereka atau pun saya.

 

Saudara saya yang beragama nonmuslim juga termasuk orang yang tidak membeda-bedakan orang lain yang berbeda agama. Pada waktu itu, saudara saya yang nonmuslim ada yang meninggal. Biasanya kalau orang meninggal itu mestinya kayak berdoa terlebih dahulu atau menyanyi, maaf jika salah. Kita yang beragama muslim hanya menunggu dari  luar dan juga ikut mendoakan menurut agama masing-masing.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Della_putri

    Add comment