Soloensis

Harga Batu Bara Masih Lesu, Saham Emiten di RI Masih Tertekan

bongkar-muat-batu-bara_169

Jakarta, Indonesia – Mayoritas emiten batu bara terpantau masih melemah pada perdagangan sesi I Kamis (5/10/2023), seiring masih lesunya harga batu bara acuan dunia hingga kemarin.

Per pukul 12:00 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 11 saham terpantau melemah, lima saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni empat saham masih menguat.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

Saham Kode Saham Harga Terakhir Perubahan
Alfa Energi Investama FIRE 96 -8,57%
Indo Tambangraya Megah ITMG 26.350 -3,12%
Atlas Resources ARII 332 -2,35%
Delta Dunia Makmur DOID 500 -1,96%
Bumi Resources BUMI 129 -1,53%
Indika Energy INDY 1.985 -1,24%
Harum Energy HRUM 1.675 -1,18%
Adaro Energy Indonesia ADRO 2.630 -1,13%
United Tractors UNTR 26.300 -1,03%
TBS Energi Utama TOBA 302 -0,66%
Bukit Asam PTBA 2.680 -0,37%
Golden Eagle Energy SMMT 1.215 0,00%
Baramulti Suksessarana BSSR 4.000 0,00%
Mitrabara Adiperdana MBAP 5.175 0,00%
Borneo Olah Sarana Sukses BOSS 50 0,00%
MNC Energy Investment IATA 51 0,00%
Bayan Resources BYAN 18.200 0,14%
ABM Investama ABMM 3.770 0,27%
Adaro Minerals Indonesia ADMR 1.195 3,91%
Prima Andalan Mandiri MCOL 5.225 3,98%

Sumber: RTI

Saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) menjadi yang paling parah koreksinya pada hari ini, yakni ambruk 8,57% ke posisi Rp 96/saham.

Sedangkan untuk saham raksasa batu bara, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi yang paling parah koreksinya yaknni ambles 3,12% ke Rp 26.350/saham.

Namun, untuk saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) terpantau berhasil rebound dan naik 0,14% menjadi Rp 18.200/saham.

Masih melemahnya saham batu bara RI terjadi seiring masih lesunya harga batu bara acuan dunia hingga kemarin.

Harga batu bara terkapar enam hari beruntun, hingga berada di bawah level psikologis US$ 144 per ton. Koreksi ini menyebabkan harga batu bara berada di titik terendahnya dalam 2 bulan atau sejak 4 Agustus 2023.

Merujuk data pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup ambruk 2,91% di posisi US$ 144 per ton pada perdagangan Rabu kemarin. Dalam pekan ini harga batu bara bahkan telah anjlok 7,9%.

Koreksi ini menjadikan ‘si pasir hitam’ belum pernah berada di zona hijau sepanjang Oktober. Pelemahan yang terjadi melanjutkan koreksi pada September sebesar 1,36%.

Pelemahan disebabkan oleh tingginya produksi India dan China, musim dingin Eropa yang belum terpantau mengalami penurunan suhu signifikan, serta kemungkinan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi.

Pelemahan terjadi seiring dengan kenaikan produksi di Provinsi pusat batu bara China, Shanxi. Melansir Xinhua, Provinsi Shanxi merupakan penopang produksi Negeri Tirai Bambu dengan kontribusi 81,8% dari keseluruhan. Tingginya produksi disebabkan oleh Shanxi yang tercatat berada di posisi coalbed metana dengan cadangan tinggi.

Tingginya produksi dapat menekan tingkat impor China, sehingga harga pun tidak mengalami kenaikan signifikan.

Beralih ke India, Produksi batu bara India secara keseluruhan meningkat 15,8% menjadi 67,2 juta ton pada September secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sepanjang Januari-September 2023, produksi batu bara India meningkat signifikan menjadi 428,2 juta ton dibandingkan setahun sebelumnya sebanyak 382,1 juta ton.

Sementara itu, harapan pasar terkait kebijakan ketat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), semakin meningkat.

Berdasarkan romanobet perangkat FedWatch Tool, menunjukkan bahwa sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) pada November mendatang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase 14% yang tercatat pada pekan sebelumnya.

Kebijakan ketat yang diadopsi oleh The Fed diperkirakan akan mengakibatkan perlambatan ekonomi AS dan global, sehingga permintaan akan komoditas, termasuk batu bara, akan mengalami penurunan.

 

SUMBER CNBC INDONESIA RESEARCH

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment