Soloensis

Puja Mandala

hand-drawn-galungan-background_23-2149971945
Gambar: Freepik

     Puja Mandala, membuktikan indahnya toleransi dari pulau Bali untuk Indonesia yang memiliki arti “tempat beribadah”. Di dalamnya terdapat Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, Vihara Buddha Guna, Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Bukit Doa, dan Pura Jagat Natha.

·              Masjid Agung Ibnu Batutah, yang memiliki atap berbentuk limas seperti masjid pada umumnya di tanah Jawa. Masjid ini dinamai menurut nama seorang penjelajah dan cendekiawan Islam asal Maroko yang berkunjung ke Bali pada abad ke-14.

·               Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, yang memiliki desain menara lonceng tunggal dan dinding depan gevel mengikuti bagian atap. Gereja ini merupakan tempat ibadah bagi umat Katolik yang tinggal di sekitar Nusa Dua dan Benoa.

·                Vihara Buddha Guna, yang didominasi oleh warna kuning gading dan memiliki pagoda emas di bagian atas. Vihara ini mirip dengan vihara yang ada di Thailand, termasuk adanya dua patung gajah putih di pintu gerbang. Vihara ini menjadi pusat kegiatan umat Buddha di Bali.

·            Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Bukit Doa, yang memiliki desain unik berukiran Bali pada beberapa sudut dinding. Gereja ini merupakan gereja tertua di Puja Mandala dan menjadi tempat ibadah bagi umat Protestan dari berbagai suku dan daerah.

·            Pura Jagat Natha, yang merupakan Pura Hindu dengan arsitektur khas Bali. Pura ini memiliki candi bentar sebagai pintu masuk dan padmasana sebagai tempat pemujaan Dewa Siwa sebagai Jagat Natha atau Penguasa Alam Semesta.

     Puja Mandala berada di Desa Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Puja mandala terletak tepat di tepi Jl Raya Kurusetra jalur utama menuju sejumlah obyek wisata ternama seperti Pura Uluwatu, Pantai Dreamland, Jimbaran, dan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana. Wisatawan yang ingin menyaksikan indahnya toleransi di Puja Mandala tidak perlu membayar tiket masuk karena gratis. Hanya perlu membayar parkir kendaraan saja. Jika berminat untuk berkunjung ke Puja Mandala bisa mengikuti rute berikut ini:

1.     Dari arah Kuta, wisatawan bisa mengambil arah ke timur menuju Jl Raya Kuta dilanjutkan menuju ke Jl. Pantai Kuta.

2.     Kemudian wisatawan bisa masuk ke Jl. By pass Ngurah Rai.

3.     Selanjutnya belok kanan ke Jl.Pintas Siligita Selatan/Jl.Siligita (rambu Uluwatu).

4.     Kemudian lurus terus ke Jl. Siligita.          

      Menurut Wakil Ketua dari Paguyuban Peribadatan Puja Mandala, Muhamad Jumali, Puja Mandala didirikan diatas tanah yang disiapkan BTDC atau yang kini disebut ITDC. Ide awal didirikannya Puja Mandala awalnya dengan dilatarbelakangi pembangunan pariwisata yang tetap mengedepankan pembangunan mental dan spritual masyarakat. Puja Mandala sendiri diresmikan pada 22 Desember 1997.

“Puja Mandala merupakan penunjang dari kawasan pariwisata khususnya di bidang peribadatan. Tempat ini mengadopsi tempat ibadah yang ada di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.” kata Muhamad Jumali.

“Pengurus rumah ibadah disini sangat akrab bahkan kamu punya paguyuban. Semua kegiatan yang akan terselenggara akan di share di grup WA sehingga pengurus 5 tempat ibadah tahu.” kata Muhammad Jumali.

       Dirinya pun mengaku bahwa rasa toleransi antara umat di Puja Mandala terbilang tinggi. Hal tersebut tercermin dari sikap pengurus dan anggota rumah ibadah ketika salah satu rumah ibadah memiliki kegiatan, mereka akan saling membantu untuk menyukseskan kegiatan tersebut.

      Sejarah berdirinya Puja Mandala berawal dari kesulitan warga muslim yang umumnya datang dari Jawa dan bermukim di sekitar Benoa dan Nusa Dua untuk memiliki masjid sendiri. Saat itu, mereka merasa kesulitan menjangkau masjid karena masjid terdekat berada di Kuta, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari tempat tinggal mereka. Namun sebagai kaum minoritas, mereka terganjal Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama Nomor 1/BER/mdn-mag/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya.

      Keluhan mereka ini kemudian ditanggapi oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi Joop Ave (1993-1998). Menteri Joop Ave meminta kawasan pariwisata Nusa Dua hendaknya memiliki tempat ibadah untuk lima agama yang diakui di Indonesia, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dengan adanya lima tempat ibadah ini diharapkan dapat memfasilitasi setiap karyawan atau wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Nusa Dua. Menteri Joop Ave menugaskan PT Bali Tourism Development Center (BTDC) untuk menyiapkan lahan. Kemudian, pada 1992, BTDC memilih sepetak lahan dengan luas 2,5 hektare di Desa Kampial yang menghadap ke Tanjung Benoa.Setiap rumah dibangun di atas lahan tersebut dengan luas 5.000 meter persegi.Setelah lahan siap, proses pembangunan mulai dilakukan pada 1994 dan berlangsung hingga 1997. Pada 1997, ada tiga tempat ibadah yang sudah selesai dibangun, yaitu:

·       Masjid Agung Ibnu Batutah

·       Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa

·       Gereja GKPB Bukit Doa

       Sementara itu, vihara resmi digunakan pada 20 Desember 1997, dan Pura Jagat Natha menjadi rumah ibadah yang terakhir diresmikan, yakni pada 30 Agustus 2004.

 

Nama              : Pricilya Arum Kiss Maharani Indriyanti

Sekolah           : SMPN 9 Surakarta

 

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment