Soloensis

Keterpaksaan Demi Menuju Masa Depan

girl-communicate-video-conference-with-friends-home-scene_1308-52715
Gambar: Freepik

     Disaat saya duduk di bangku SD kelas 1. Pertama kali saya masuk dalam persekolahan. Dan seiring waktu tibalah ujian pertama kali saya di mulai. Saya hanya berusaha untuk bisa mengerjakan soal-soalnya. Dan waktu pembagian nilai di mulai. Di saat itu saya tidak tau apa itu peringkat dan di situ saya mendapat peringkat 27. angka absen saya sendiri. Di situ cara berfikir saya masih rendah, saya berfikir “ jika angkanya semakin besar maka nilainya akan semakin bagus ” ternyata tidak. Saya di marahin habis-habisan oleh ayah saya.

      Mulai dari situ saya di masukin ke tempat bimbingan belajar. Saya hanya di ikutkan 1 mapel pelajaran saja yaitu “Matematika” di situ saya terpaksa untuk ikut bimbingan itu. Sampai berjalannya waktu hingga saat ini. Dari kata “ TERPAKSA ” sekarang saya jadi suka dengan materi-materinya. Jujur saya pernah tidak kuat dengan bimbingan itu karena semakin lama semakin susah materinya. Saya ingin mengeluh namun saya takut. Disaat saya kelas 4 sd di situ saya sangat di tuntut akan Nilai. Namun saya bersyukur saya bisa terbantu dengan materi-materi yang belum diajarkan di sekolah tapi sudah diajarkan dari bimbiang tersebut.

      Dengan seiring berjalannya waktu saya hanya menjalani segalanya dengan ikhlas sampai akhirnya saya duduk di bangku SMP. Pertama kali saya menginjakkan kaki di SMP N 19 Surakarta. Dan pertama kali saya masuk sekolah, saya tidak kenal dengan siapapun. Tidak ada yang mengajak saya berkenalan ataupun bicara. Hingga disaat setiap pelajaran matematika saya selalu mudah mengerjakan dan menjawab soal-soalnya hingga ulangan saya paling terbaik. Sejak saat itu barulah teman-teman kelas saya ingin mengajak saya berkenalan dan berbincang-bincang, padahal sebelumnya mereka kelihatan sekali tidak ingin berteman dengan saya. Saya hanya meresponnya dengan baik juga. Saya berusaha tidak terlalu perduli dengan tanggapan orang-orang tentang saya. Jika mereka tidak ingin berkenalan atau berteman ya sudah kalaupun ingin silakan saja.

      Setelah itu disaat saya kelas 7 smp Baru saat itu ayah saya berbicara, kenapa saya harus belajar matematika. Ayah saya mengatakan “ Nak ayah itu menyuruh kamu untuk belajar matematika karena dari matematika pasti kamu bisa pecahkan masalahnya. Jika kamu bisa matematika berarti kamu pasti bisa menentukan segalanya dengan bijak, matematika itu ilmu pasti jika kamu tahu cara caranya dan rumusnya pasti kamu juga bisa menjalankannya dengan menemukan hasilnya sampai ketemu hasil yang pasti itu adalah jawabannya. Matematika itu pasti mendasar pada pemikiran yang pastinya harus logis nak, pasti ada teka-teki yang harus bisa kamu pecahkan, ketoka kamu bisa mengerjakannya dan menemukan hasilnya pasti kamu merasa sangat bahagia bukan?” aku menjawab “ benar ayah aku sungguh sangat merasakan bahagianya karena aku merasa belajarku tidak siasia ”. ayah ku menjawab “ nah sederhana namun penuh dengan banyak rintangan ”.

     Sekarang saya faham maksud dan tujuan ayah saya untuk membuat saya bisa mandiri dengan segala rintangannya. Dan mulai sejak saya smp saya sudah tidak terlalu terbebani dengan nilai. Saya berfikir “ jika usaha belajar saya tidak mendapatkan hasil yang maksimal saya akan menerima dan berusaha meningkatkannya lagi, belajar dari kesalahan akan jauh lebih baik, selalu berintrospeksi diri dan tidak mudah puas dengan nilai yang hanya sementara ( karena manusia tidak pernah merasa puas ) maka saya selalu berusaha menjadi terbaik dari yang terbaik walaupun saya belum tentu menjadi yang terbaik dari yang terbaik ”.

     “ Tidak semua yang kita inginkan harus tersampaikan dengan mudah lalaulah prosesnya dan nikmati prosesnya hingga mendapatkan hasil yang tidak pernah kamu banyangkan sebelumnya”


 

Nama : Puri Ayu Wijayanti

 

Sekolah : SMPN 19 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment