Soloensis

Bersukacita dalam Perbedaan Iman

big-happy-family-with-hand-drawn-style_23-2147823995
Gambar: Freepik

     Di keluarga besar kami, ada dua agama yang diyakini, yaitu  Islam dan katolik.  Jadi, aku dilahirkan di suasana yang sudah terbiasa dengan perbedaan agama tetapi tetap hidup dengan  saling menghormati dan penuh kasih. Kami tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada. Tetapi, malah semakin mendidik untuk terbuka terhadap perbedaan dan mencoba terus menghormati situasi yang ada  serta bersyukur atas suasana yang rukun.

     Kakek nenek kami beragama katolik karenanya seluruh keluarga dari garis ayah semua katolik. Tetapi karena perkawinan, tiga adik ayahku akhirnya beragama Islam. Karenanya kami kemudian hidup dalam perbedaan agama tetapi tidak pernah memisahkan. Setiap kali natal tiba, semua anak cucu pulang dan berkumpul merayakan natal bersama kakek nenek. Ucapan selamat natal datang dari semua. Setiap kali Idul Fitri tiba, semua saudara juga mudik untuk bertemu kakek nenek, kami semua bergembira. Kami merayakan dalam sukacita hari yang fitri, penuh berkah.

     Kakek nenek kami sudah tiada, tetapi kebiasaan kumpul bersama keluarga besar tetap kami rayakan di saat natal dan Idul Fitri tiba. Kami semua pulang ke rumah kakek nenek. Bersama berkumpul merayakan sukacita dalam perbedaan iman. Sungguh menyenangkan

     Sungguh menggembirakan hati. Kami merasakan betul kasih saudara sekalipun ada perbedaan iman di antara kami.  Rumah kakek nenek, menjadi saksi sekaligus  tempat kami merayakan sukacita persaudaraan dalam perbedaan iman. Sungguh kenyataan ini menjadikanku selalu berusaha menghormati perbedaan dalam hidup sehari-hari, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat. Kita memang berbeda, tetapi bukan untuk saling memaki. Kita memang berbeda, tetapi bukan untuk saling membenci.

     Kita memang berbeda, tetapi bukan untuk saling melukai.

     Kita memang berbeda untuk saling melengkapi dan berbagi hati.

 

Clara Gendis Pilaring Katresnan Jati

SMPN 11 Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment