Soloensis

Indahnya Toleransi

tabungamal.id-12

Yemima adalah nama akrab sapaan saya. Saya terlahir dari keluarga Kristen yang notabene di golongkan pada kelompok minoritas. Saya menyebutnya dengan kelompok minoritas di karenakan lingkungan saya di Ngargoyoso ini tidak banyak yang beragama Kristen, bahkan gereja di sekitar lingkup saya pun hanya ada dua gereja. 

           Tak hanya di lingkungan rumah, di lingkungan sekolah pun saya tetap menjadi kelompok minoritas. Keminoritasan saya tidak membuat saya goyah terhadap kepercayaan saya. Namun, sangat di sayangkan pada beberapa teman teman saya yang masih belum dapat memahami apa itu “toleransi”, sehingga terkadang mereka tidak dapat menghargai saya sebagai kelompok minoritas. 

          Sikap tidak toleran ditunjukkan lewat ucap candaan mereka misalnya, dengan mereka mengucapkan “kalau benar benar Tuhan kok punya seorang bapak punya seorang ibu? Kamu punya tiga Tuhan ya?” dan masih banyak lagi. Saya berpikir, untuk apa sih mencampuri agama lain yang sebenarnya kita tidak tau apa apa mengenai agama tersebut. Kalaupun penasaran tentang agama saya, bisa kok di tanyakan secara baik baik, tidak menggunakan kata – kata tersebut apalagi nadanya nada sedikit mengejek. Belum lagi beberapa dari mereka membuat stiker dengan tulisan yang kurang pas memakai foto nya tersebut foto Tuhan.

          Kita pasti bisa mewujudkan sebuah toleransi apabila kita sama sama saling menghargai satu sama lain, saling menghormati satu sama lain, juga support satu sama lain. Sama sama belajar berpikir dewasa lah intinya, tidak semua keyakinan orang lain harus sama dengan keyakinan yang kita anut, biarkan mereka menganut keyakinan yang benar benar dia yakini.

       Saya senang dengan dicanangkannya desa kerukunan umat beragama, sedikit demi sedikit mengubah pola pikir mereka tentang pentingnya sikap toleransi. Mereka yang dulunya memandang sebelah mata dengan umat nonis, sekarang sudah tidak lagi. Terbukti ketika bulan puasa mereka mengajak saya untuk buka puasa bersama, pada saat Idul Fitri mengundang saya untuk ikut Halal Bihalal, demikian juga pada pada saat hari raya Natal, mereka memberi ucapan selamat Natal.

      Perbedaan keyakinan tidak lagi menjadi gape diantara kita, justru perbedaan itu bagaikan pelangi yang berwarna warni menghiasi langit, yang terlihat indah di pandang mata. Demikian juga dengan keyakinan kita yang berbeda- beda ini menjadikan sesuatu yang indah di antara kita.

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Add comment