Soloensis

Satu Desa Beda Aliran

family-members-outside-house_24877-50309
Gambar: Freepik

     Boyolali, 21 April 2023 – Nogosari menjadi saksi dari upaya Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan oleh warga desa Tarub , Nogosari . Dalam langkah ini, masyarakat penduduk Desa Sembungan khususnya di Dukuh Tarub, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali dengan berdampingan langsung dalam suasana toleransi yang erat, dengan menjalin komunikasi yang baik melalui pendekatan sosiologi komunikasi.

     Perbedaan adalah elemen fundamental dalam kehidupan manusia dan alam semesta. Perbedaan ini tidak hanya menjadi dasar untuk memahami lingkungan sekitar kita, tetapi juga seringkali menjadi pendorong perkembangan, pemikiran kreatif, dan inovasi. Namun, tidak dapat dihindari bahwa terkadang perbedaan juga memicu konflik yang melanda masyarakat. Akan tetapi, di Desa Sembungan terutama di Dukuh Tarub, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali cerita berbeda ini berkembang. Di sini, beragam perbedaan dalam kehidupan masyarakat justru menjadi penyatuan dalam keragaman keyakinan aliran.

     Desa Tarub menjadi rumah bagi dua aliran, NU dan Muhammadiyah, dengan mayoritas penduduk menganut aliran NU (sekitar ±326 jiwa) sementara berkeyakinan aliran Muhammadiyah (sekitar ±212 jiwa) penganut. Meskipun perbedaan aliran hadir dalam kehidupan mereka, Desa Tarub mampu menjadi contoh nyata tentang bagaimana keberagaman aliran dapat memperkuat persatuan sosial.

     Di desa ini, terdapat dua masjid yang digunakan sebagai tempat ibadah oleh kedua aliran tersebut. Yang lebih mengagumkan lagi adalah semangat toleransi, gotong-royong, saling melindungi, dan persaudaraan yang tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka meyakini bahwa meskipun keyakinan aliran mereka berbeda, mereka adalah satu saudara. Contohnya, saat pembangunan jalan di Dukuh Tarub ,warga desa, tanpa memandang aliran, bersatu dalam kerja sama gotong-royong. Ini adalah bukti bahwa semangat gotong-royong telah meresap dalam jiwa masyarakat Desa Sembungan, memperkuat persatuan mereka dalam keberagaman aliran yang dianut. Bahkan, saat perbedaan hari raya idul Fitri mereka tetap saling menjamu untuk bersilahturahmi dan merayakan bersama, hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bisa menjadi penyatuan dalam kehidupan mereka.

     Di dunia pendidikan, Dukuh Tarub di Desa Sembungan memiliki Sekolah Muhammadiyah dengan mayoritas muridnya adalah aliran NU. Yang menarik, meskipun orang tua memilihkan anak-anak mereka masuk ke sekolah NU, keyakinan aliran mereka tidak goyah. Ini menggambarkan bahwa Desa Sembungan, terutama Dukuh Tarub, berhak mendapat predikat sebagai “Desa Moderasi Beragam Aliran.” Melalui sikap moderat masyarakatnya terhadap perbedaan keyakinan aliran, mereka tetap menjaga kerukunan.

     Sebagaimana diungkapkan oleh warga sekitar, warga asli Dukuh Tarub, “Kami selalu bersama-sama, tidak pernah ada konflik di antara kami, bahkan kami saling melindungi karena semakin banyak perbedaan, semakin nikmat kehidupan kita, semakin lengkap.”

     Ungkapannya mencerminkan semangat Desa Sembungan, yang membuktikan bahwa menciptakan perdamaian dan harmoni di tengah perbedaan aliran bukanlah hal yang mustahil. Melalui semangat toleransi, gotong-royong, saling melindungi, dan persaudaraan yang kuat, desa ini telah menunjukkan bahwa keselarasan dan toleransi dapat menjadi dasar yang kokoh untuk kemajuan bersama dalam masyarakat yang beragam.

 

Nama:Yana Ambarwati

Sekolah: SMAN Gondangrejo

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment