Soloensis

Perbedaan Gaya Hidup

group-people-illustration_23-2148465598
Gambar: Freepik

     Seperti yang kita ketahui, bahwa negara kita Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan didalamnya, mulai dari suku,ras,agama,budaya,bahasa dan masih banyak lainnya. Dengan hal tersebut, seharusnya kita sebagai warga negara yang baik harus menyikapi perbedaan itu dengan baik pula. Justru dengan adanya perbedaan, dapat mendorong kita untuk selalu bersikap adil dan menghargai akan perbedaan itu tanpa saling menjatuhkan dan merasa dirinyalah yang paling benar.

     Keberagaman dalam hidup sangat luas maknanya, sering kali kita lihat dalam kehidupan sehari-hari pasti diantara kita dengan orang disekitar kita walaupun satu suku,rasa,agama,budaya dan lainnya yang sama, namun pasti akan tetap ada perbedaan diantara kita. Salah satunya gaya hidup. Tidak bisa dipungkiri, tentunya setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti kisah singkat berikut.

     Ada sebuah cerita dimana ada pertemanan satu kelas yang sering kali bertukar cerita mengenai gaya hidup mereka masing-masing. Mulai dari makan, belajar, cara berpakaian, tingkah laku dan lain sebagainya dalam menjalani hidup.

     Suatu hari ketika mereka sedang istirahat, mereka makan bersama dengan bekal yang sudah mereka bawa masing-masing dari rumah. Salah satu diantara mereka ada yang membawa nasi goreng. Ada satu siswi yang memulai percakapan ia bernama Starla , “eh kalian kalau masak nasi goreng tim goreng telur dulu atau nasinya dulu?atau bumbunya dulu?”. Seketika siswi lainnya berhenti sejenak sambil memperhatikan dan mencerna pertanyaan Starla tersebut. “Aku sih tim telur digoreng dulu ya, di orak arik bareng bumbunya, baru deh masukin nasinya” jawab salah satu diantara mereka yang bernama Asya. “Kalau aku sih bumbunya terlebih dahulu baru dimasukin nasinya dan terakhir adalah telur”  jawaban lain dari Anya. Starla pun terkejut dengan jawaban Asya dan Anya yang berbeda. “Wah, ternyata masak nasi goreng aja berbeda-beda ya urutannya sesuai dengan selera masing-masing” ucap Starla. Mereka pun akhirnya saling bertukar cerita sambil menghabiskan makanan yang mereka bawa. Tidak lama kemudian, bel masuk pun tiba dan semua murid harus bergegas melanjutkan pembelajaran.

     Sebelum guru pengajar mengakhiri pembelajaran, beliau memberitahu kepada murid nya bahwa minggu depan sudah masuk waktu Penilaian Tengah Semester (PTS) sehingga guru tersebut menasehati muridnya untuk belajar dengan giat.

     Bel pulang pun berbunyi, Starla bersama kedua temannya segera bergegas membereskan barang-barangnya kedalam tas. Namun, sebelum mereka pulang Anya memulai percakapan dengan bertanya “eh gais sebentar lagi kan PTS, pasti kalian bakal lebih rajin lagi dong belajarnya, nah aku pengen tau deh kalian kalau belajar gimana?”. Starla menjawab “Kalau aku sih harus di tempat hening ya, yang ga ramai orang karena itu bakal membuat aku lebih fokus dalam belajar apalagi menghafal materi”. Asya pun ikut menjawab “Kalau aku harus ada cemilan sih hehe biar nggak gampang ngantuk trus juga harus dengerin musik biar lebih santai. Kalau kamu sendiri gimana Anya?”. Anya menjawab “Kalau aku cukup sambil dengerin musik aja sih biar lebih mood kalau belajar, tapi terkadang aku juga lebih suka kalau di tempat sunyi seperti yang Starla bilang”. Starla kembali menjawab “Waw ternyata metode belajar kita pun berbeda-beda ya, namun itu semua baik sesuai dengan kemampuan kita masing-masing”. Mereka pun melanjutkan berjalan menuju parkiran dan segera pulang ke rumah.

      Dari cerita singkat tersebut, dapat kita simpulkan bahwa dalam mencapai suatu tujuan yang sama dapat melalui proses yang beragam dimana setiap orang mempunyai caranya masing-masing sesuai yang diinginkan. Tugas kita hanyalah menghargai di setiap perbedaan yang ada tanpa memandang rendah suatu perbedaan itu sendiri.

     Ada satu cerita singkat lagi yang dapat menjadi inspirasi kita untuk terus bersikap toleransi kepada sesama manusia dalam menghadapi perbedaan.

    Di dalam sebuah keluarga terdapat dua orang kakak beradik. Mereka perempuan semua. Sang kakak memiliki sifat penakut sejak ia kecil, sampai ia tidak berani tidur sendiri di kamar. Namun berbanding kebalik dengan sang adik, ia sangat pemberani dan lebih suka tidur sendiri karena menurutnya itu sebuah kenyamanan yang tentram apabila dikamar sendirian. Akan tetapi, sang kakak tersebut terus mencoba memberanikan diri untuk tidur sendiri. Namun usahanya itu tetap saja gagal, ia tetap tidak bisa tidur apabila sendirian di kamar.

     Sehingga, sang kakak mencoba bicara kepada adiknya agar ia menemani kakaknya untuk tidur bersama di kamar kakaknya tersebut. Sang adik pun menyetujuinya, karena dia tau jika kakaknya itu penakut, jadi dia mengalah demi kenyamanan kakaknya. Setelah mereka hendak tertidur si adik berkata, “Kak lampunya dimatikan saja ya, aku gabisa kalau tidur lampunya menyala, silau soalnya”. Karena posisinya saat itu lampu menyala menerangi ruang kamar si kakak. “Wah jangan dek, kakak  nggak berani kalau lampunya mati, kan kamu tau sendiri kakak penakut apalagi sama gelap”  jawab sang kakak dengan nada takut. “Yaudah deh gini aja kita matikan lampunya terus kita pakai lampu tidur yang cahayanya agak redup, aku punya di kamar, jadi biar tidak silau banget dan tidak gelap banget, jadinya adil kan” jawab sang adik dengan ide cerdas nya itu. Akhirnya sang kakak pun menyetujuinya dan mereka tetap bisa tidur berdua di kamar.

     Kesimpulan yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah bagaimana cara kita bersikap adil ketika kita mengalami sebuah masalah dari perbedaan itu. Kita harus mampu mencari jalan keluar yang terbaik yang tidak merugikan pilihan orang lain yang berbeda dengan kita. Junjung tinggi sifat toleransi dan solidaritas agar bangsa kita dapat dikenal khalayak ramai sebagai negara toleran yang penduduknya baik, ramah, sopan, tidak membeda-bedakan dan hal-hal baik lainnya. Seperti semboyan kita Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

 

Identitas Penulis :

Nama : Aisha Manda Luthfi Maharani

Sekolah : SMAN Gondangrejo

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment