Soloensis

Kisah Toleransi Beragama, Shalat Id di Halaman Gereja Yesus Kayutang

organic-flat-people-celebrating-eid-al-adha-illustration_23-2148962254
Gambar: Freepik

      Sejumlah warga Muslim melaksanakan salat Idul Fitri di halaman Gereja Yusus Kayutangan, Kota Malang. Toleransi antarumat beragama yang ditunjukkan saat pelaksanaan shalat Idul Fitri 1444 H. Warga non-Muslim tak segan menunjukkan rasa toleransi saat umat Islam hendak menunaikan shalat yang menjadi penanda kemenangan setelah 30 hari berpuasa.

     Di Malang, kota yang terkenal dengan toleransi yang tinggi, menunjukkan betapa Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan, Kota Malang, menyediakan ruang bagi umat Islam melaksanakan shalat Idul Fitri. Masjid Jami di Kota Malang selalu ramai dikunjungi warga yang hendak shalat Id membuat masyarakat sampai menempati jalan raya dan alun-alun di sekitar masjid.

     Situasi ini mendorong warga Katolik di Gereja Paroki Hati Kudus Yesus, Kayutangan, Kota Malang, turut memberikan bantuannya. Mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Masjid Jami, pengurus gereja setempat menyediakan halaman gereja untuk dijadikan tempat shalat Id. Mereka pun memberikan kertas koran sebagai alas umat Islam melakukan shalat Id.

     Perwakilan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan, Romo Paulus Teguh mengatakan, sikap ini sebenarnya bukan pertama kali dilakukan. Sebenarnya sejak lama, tetapi kita mulai waktu yang pasti kita harus menyediakan tempat sebisanya itu mulai dua tahun lalu sejak Covid-19, kata dia saat ditemui wartawan di Kota Malang Paulus mengatakan, pihak gereja jika mengetahui umat Islam acap melaksanakan shalat Id setiap tahun di dekat gereja. Oleh karena itu, dia berinisiatif menyediakan tempat bagi umat Islam agar bisa shalat Id. Menurut dia, tindakan ini menunjukkan nilai toleransi yang sesungguhnya.

     Selain itu, pihak yang melibatkan para suster dan frater gereja muda dalam kegiatan tersebut. Aktivitas itu bertujuan agar mereka bisa terdidik dan dapat bersaudara dengan umat lainnya. Amel termasuk salah satu warga Malang yang ikut melaksanakan shalat Id di halaman Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus Kayutangan. Dia mengaku setiap tahun selalu menempati halaman gereja untuk shalat Id.

    “Sangat senang kalau shalat di sini (halaman gereja), mereka selalu hangat menyambut kami. Ini harus dicontoh dan diterapkan di tempat lain,” kata dia menjelaskan. Sangat senang kalau shalat di sini (halaman gereja), mereka selalu hangat menyambut kami. Ini harus dicontoh dan diterapkan di tempat lain.

AMEL Jamaah Sholat Idul Fitri

      Di Jayapura, Papua, pemuda gereja setempat juga membantu penyiaran shalat Idul Fitri. Ketua Takmir Masjid Agung Al-Aqsha Sentani, Ustaz Nurdin Syanmas mengatakan, sudah sejak lama umat Islam terjalin tali persaudaraan antar agama di Kabupaten Jayapura. “Hari ini pemuda gereja membantu pihak kepolisian dalam hal ini Polres Jayapura untuk menjaga ibadah shalat Id di Masjid Al-Aqsha Sentani,” kata dia. Menurut Ustaz Nurdin, tali persaudaraan antarumat beragama di Kabupaten Jayapura sangat kental. Oleh karena itu, memikirkannya selalu bekerja sama dengan gereja di wilayah ini.

    “Saat perayaan Natal kami dari masjid ikut membantu saudara kita yang Kristen untuk mengamankan serta mengatur lalu lintas bersama kepolisian, begitu pun sebaliknya dapat kita melihat hari ini umat Kristen yang membantu kami,” ujar dia.

    Selain pemuda gereja gereja, ada ikatan kerukunan Pemuda Maluku Bersatu (PMB) yang juga membantu keamanan, menjaga parkiran kendaraan, dan membersihkan masjid setelah pelaksanaan shalat Id digelar. “Alhamdullilah, karena pelaksanaan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriyah dapat berlangsung aman, damai, dan tertib berkat dukungan semua pihak, baik kepolisian, gereja juga ikatan kerukunan suku-suku Nusantara di sini,” kata dia.

    Ustaz Nurdin menambahkan, mengesampingkan mendoakan dan selalu berharap agar hubungan yang harmonis antaragama, suku, dan budaya di Kabupaten Jayapura dapat terus terpelihara dengan baik. Doa kami juga adalah harapan kami semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia agar kita semua umat beragama dari segala suku dan budaya yang hidup di Kabupaten Jayapura ini selalu harmonis dan damai, kata dia menambahkan.

    Warga Dusun Dampu, Desa Kalongan, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, merayakan momentum ‘kemenangan’, dengan melaksanakan takbir keliling lingkungan juga dalam nuansa harmoni dan semangat kerukunan antarumat beragama. Warga non-Muslim di lingkungan dusun ini juga ikut terlibat aktif dalam membantu dan mendukung kelancaran takbir keliling, yang diikuti oleh anak-anak hingga ibu rumah tangga tersebut.

     Salah satu warga non-Muslim, Octiana Shindu Theo Puspita (22 tahun) mengatakan, keterlibatannya dalam kegiatan takbir keliling didorong oleh semangat untuk melakukan praktik baik tentang toleransi, gotong royong, dan saling menghormati antarumat yang berbeda keyakinan. Sebagai salah satu warga Nasrani, ia mengaku sangat bersyukur hidup di tengah-tengah lingkungan –yang dengan kesadaran warganya– mampu menghargai segala perbedaan serta dalam merawat ‘keberagaman’.

     “Saat kami –warga Nasrani– merayakan Natal (misalnya), segenap warga Muslim di dusun ini juga aktif membantu berbagai persiapan dan mendukung kelancaran kegiatan ibadah di gereja,” kata mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Pada saat umat Islam tengah mempersiapkan dan merayakan hari raya Idul Fitri, ia juga terpanggil untuk terlibat dalam mendukung kelancarannya. “Salah satunya dalam acara takbir keliling ini,” kata dia.

     Salah satu warga Muslim, Bahtiar Aji Setiawan (22) pun mengapresisi partisipasi warga non-Muslim, yang juga mendukung kegiatan takbir keliling ini dengan penuh kesadaran untuk merawat semangat toleransi dan kerukunan antarumat beragama. Menurut dia, keterlibatan warga non-Muslim –dalam takbir keliling yang diprakarsai oleh Sanggar Budaya Conrowinoto, Dusun Dampu—ini bahkan dimulai sejak persiapan hingga pelaksanaan takbir keliling.

    Mereka menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti ‘kembang mayang’, menyiapkan suluh (obor dari batang bambu), hingga membantu membawa obor untuk menyampaikan peserta takbir keliling. Termasuk, membantu dalam mengatur dan mengamankan jalan yang dilalui rombongan takbir keliling ini. “Sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan tertib dan lancar,” kata dia.

    Pemilik Sanggar Budaya Condrowinoto, RNgt Eropeana Puspitasari mengungkapkan, puluhan anak-anak dan para remaja yang terlibat dalam kegiatan ini adalah para murid yang selama ini ngangsu kaweruh (belajar) budaya Jawa di sanggarnya. Mereka merupakan warga Dusun Dampu yang berasal dari berbagai keyakinan, baik Muslim, Nasrani, maupun Buddha. Selain budaya Jawa, para generasi muda bangsa ini juga mengajarkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati dan menghargai keberagaman dalam berbagai hal. Termasuk kepada warga di lingkungan Dusun Dampu.

     “Pada momentum Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriyah kali ini, semua juga ikut terlibat untuk mendukung dan membantu warga yang akan merayakannya,” kata dia.

 

Nama: Azalia Nala Maheswari

Sekolah: SMAN Gondangrejo

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment