Soloensis

Keberagaman dan Diferensiasi di Kelas

cartoon-hand-drawn-teacher-character-set-character-vector-design_40876-3423
Gambar: Freepik

Keberagaman adalah pemahaman bahwa setiap orang berbeda dan unik, mengakui perbedaan individu. Perbedaannya mencakup jenis kelamin, gender, seksualitas, ras, usia, dan lain-lain. Kurikulum merdeka diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia pada tahun 2020. Target utama dari penerapan kurikulum ini ialah meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan cara mengubah paradigma lama yang masih berpusat pada guru menjadi paradigma baru dimana pembelajaran berpusat pada peserta didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar sesuai dengan kemampuan awal, fase belajarnya, minat yang mereka miliki, gaya belajarnya masing-masing namun tetap difasilitasi dan diarahkan untuk dapat berkolaborasi, berkomunikasi, dan memecahkan masalah secara bersama-sama.

Variasi dan inovasi yang disesuaikan dengan keberagaman peserta didik adalah kunci dalam menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi masing-masing peserta didik sebagaimana harapan dari kurikulum merdeka yang sudah mulai diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Dengan perbedaan seberagam ini, tentu peserta didik belajar dengan kebutuhan yang beragam pula. Seorang pendidik harus memahami bahwa sebuah metode, gaya mengajar, instruksi, tingkat kesulitan materi dan latihan tidak dapat disamaratakan bagi semua peserta didik dalam satu kelas. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan keragaman dan keunikan peserta didik dan mampu memberikan kesempatan bagi peserta didik supaya mampu belajar secara natural dan efisien. Aktivitas belajar peserta didik dalam proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan untuk bertanya mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas serta menjawab pertanyaan guru. Dengan keaktifan peserta didik akan menimbulkan motivasi belajar yang lebih baik yang pada akhirnya akan dapat mencapai tujuan pendidikan.

Dalam konteks pendidikan, tidak mengejutkan bahwa keberagaman yang sama dapat kita temui di lingkup yang lebih kecil seperti lingkungan kelas di sekolah. Masing-masing peserta didik datang dari berbagai latar belakang budaya, sosial- ekonomi, bahasa, keyakinan, dan lingkungan keluarga yang beragam. Hal tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi perkembangan sosial emosional, perkembangan kognitif, gaya belajar, hingga kebutuhan belajar peserta didik. Maka dari itu, sangat penting bagi seorang pendidik untuk memahami dan mengakui keberagaman tersebut agar tujuan pendidikan yang utama yakni memanusiakan manusia sehingga kemerdekaan peserta didik dari segala aspek baik fisik, mental, jasmani dan rohani dapat terwujud sebagaimana yang ditekankan oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pengertian mendidik.

Setiap peserta didik datang ke sekolah dengan membawa keunikan dan keragaman yang melekat pada diri mereka masing-masing. Dalam satu kelas yang bisa saja terdiri dari 30-an peserta didik, maka guru akan mendapati sejumlah keragaman yang melekat pada setiap diri peserta didik. Sekolah dapat menggunakan proses pembelajaran yang berbeda untuk membebaskan peserta didik dari keharusan menjadi sama dalam segala hal, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri sesuai dengan keunikan mereka sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa ada berbagai tipe peserta didik di sekolah atau bahkan kelas yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda-beda. Akibatnya, mereka membutuhkan layanan pengajaran yang berbeda satu sama lain agar mereka dapat memahami kompetensi dan materi pembelajaran berdasarkan karakteristik dan keunikan masing-masing sehingga dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan proses pembelajaran yang memperhatikan karakteristik peserta didik dan perbedaan individu. Guru dapat melayani peserta didik yang diajar sesuai dengan keadaan masing-masing dengan melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi.

Sekolah dapat menggunakan proses pembelajaran yang berbeda untuk membebaskan peserta didik dari keharusan menjadi sama dalam segala hal, memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri sesuai dengan keunikan mereka sendiri, meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Menjalin hubungan harmonis antara guru dan peserta didik agar peserta didik dapat lebih semangat dalam belajar, membantu peserta didik menjadi pelajar yang mandiri agar menjadi individu yang terbiasa dan juga memiliki sikap menghargai terhadap keberagaman, meningkatkan kepuasan guru karena ada rasa tertantang untuk mau mengembangkan kemampuan mengajarnya sehingga guru akan menjadi lebih kreatif, menyatukan peserta didik dari berbagai latar belakang, budaya, dan bakat. 

Menerima keragaman di kelas sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar dinamis yang mendorong pertumbuhan, pemahaman, dan empati peserta didik. Pendidik harus menyadari pentingnya keanekaragaman budaya di kelas. Saya berlatih mendekati setiap situasi pembelajaran atau pendampingan dengan pikiran terbuka dan bersedia mendengarkan tidak hanya apa yang peserta didik katakan, namun juga apa yang saya katakan kepada peserta didik. Saya dengan hati-hati memilih kata-kata saya dalam upaya menyampaikan makna supaya tidak tersandung pada keberagaman yang ada di kelas. Dengan perbedaan seberagam tersebut, tentu peserta didik belajar dengan kebutuhan yang beragam pula. Seorang pendidik harus memahami bahwa sebuah metode, gaya mengajar, instruksi, tingkat kesulitan materi dan latihan tidak dapat disamaratakan bagi semua peserta didik dalam satu kelas.

Saya percaya bahwa keberagaman dapat mengacu pada banyak aspek kehidupan kita termasuk interaksi pribadi, situasi pengajaran, perbedaan sosio-ekonomi, penerimaan (di luar toleransi) terhadap kelompok atau individu dengan latar belakang, kepercayaan, kebangsaan, dan gender yang berbeda. Contoh perilaku toleransi seperti memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan ibadahnya, tolong-menolong antarpeserta didik ketika melaksanakan aktifitas dan tidak membeda-bedakan peserta didik, dan menghargai perbedaan budaya yang ada pada peserta didik. Sikap dan perilaku toleransi terhadap keberagaman di lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah merupakan kunci untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan, serta mencegah proses perpecahan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Setiap individu hendaknya mengaplikasikan perilaku toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan antargota

 

Martanti Dwi Kristyanawati, S.S., M.Pd

           Guru Penggerak/ Guru SMP N 3 Kota Surakarta

    Apakah tulisan ini membantu ?

    Solopos Institute

    Add comment